Seusai berbicara, Dennis membuka kotak hadiah dan senyuman di wajahnya spontan terkaku. Sebab hadiah di dalam kotak itu bukanlah barang berharga, melainkan hanyalah sepotong kain kafan.“Ini hadiah yang kamu persiapkan untukku?” Kening Dennis tampak berkerut. Dia kelihatan tidak habis pikir.“Kenapa? Apa Ayah nggak suka?” Raut wajah Haden tidak berubah. Dia masih bersikap sangat sopan.“Suka?” Raut wajah Dennis seketika berubah muram. Dia langsung membuang hadiah ke lantai dan menjerit, “Buka matamu lebar-lebar. Lihat apa kamu kamu berikan!”“Bamm!” Suara bantingan terdengar keras.Kotak hadiah jatuh ke lantai dan kain kafan di dalamnya keluar. Semua orang terbengong ketika melihat gambaran ini.“Apa yang terjadi? Apa maksudnya menghadiahkan kain kafan di hari ulang tahun?”“Kain putih itu sepertinya digunakan orang membungkus mayat!”“Apa? Kain kafan? Nggak mungkin, deh? Siapa juga yang menghadiahkan kain kafan di hari ulang tahun?”“Pantas saja Pak Dennis bisa marah. Aku juga nggak
“Pftz!” Suara tusukan terdengar keras.Tusukan Haden datang tanpa aba-aba. Pisau itu pun menembus dada Henry. Darah segar seketika menetes ke atas lantai.“Ergh ….” Henry tertegun di tempat. Dia menunduk menatap pisau yang menusuk di dadanya. Dia merasa sangat tidak percaya. Mimpi pun Henry tidak menyangka bahwa adik bungsu yang paling disayangnya akan menusuknya dan bersikap sesadis ini.Kali ini, semua orang di tempat terbengong melongo. Siapa pun tidak menyangka Haden yang dari tadi menunjukkan senyum lembut itu akan turun tangan. Dia bahkan tidak melepaskan abang kandungnya sendiri.Jika Haden melakukannya di saat mabuk, semuanya masih bisa dijelaskan. Namun, kondisi saat ini berbeda sama sekali.“Kamu … Kamu malah berani ….” Kedua mata Henry terbelalak lebar. Saat dia hendak melanjutkan omongannya, darah segar langsung memuncrat dari mulutnya. Tubuhnya terhuyung-huyung, lalu jatuh lemas di atas lantai.“Kak, jangan panik. Tusukan ini nggak mengenai jantungmu. Kamu akan baik-baik s
Terdapat ribuan pasukan di dalam kediaman jenderal. Mereka semua bisa mengendalikan situasi dengan gampangnya. Itulah alasannya kenapa tidak ada yang berani membuat keonaran di sini.“Mana? Di mana mereka semua? Cepat datang!” Setelah menjerit, masih tidak ada respons dari luar sana. Richard pun membesarkan suaranya.“Kak Richard, jangan jerit-jerit lagi. Anggotaku sudah menyusup ke dalam kediaman. Semua pengawalmu sudah gugur.” Haden tersenyum.“Mana mungkin? Kamu lagi bohong!” Kedua mata Richard disipitkan. Dia sungguh tidak percaya dengan ucapan Haden. Apa mungkin ribuan prajurit yang melewati pelatihan profesional bisa dikalahkan dengan gampangnya?“Aku sudah merencanakannya selama 5 tahun. Kalau aku nggak sanggup menangani masalah sepele ini, aku juga nggak bakal ke sini hari ini,” balas Haden dengan acuh tak acuh.“Ternyata kamu sudah mempersiapkannya sejak awal.” Raut wajah Richard seketika berubah. Dia melirik Haden dengan tatapan dingin, lalu menjerit, “Haden, tak dipungkiri k
“Apa?” Semua orang merasa syok ketika melihat gambaran ini. Bukankah Richard adalah pesilat dengan tingkatan semi-master? Bukankah seharusnya dia berhasil mengalahkan mereka semua? Kenapa Richard malah muntah darah?”“Richard!”“Ayah!” Layla dan Lufita yang terkejut itu segera berlari pergi memapah Richard.“Uhuk uhuk uhuk ….” Tubuh Richard sedikit gemetar. Dia pun terbatuk-batuk, lalu muntah darah. Richard yang sekarang merasa sangat kaget. Sejak berlatih Teknik Mengisap Jiwa, dia sangat percaya diri dengan kemampuannya. Boleh dikatakan kekuatannya tiada tara. Kenapa? Kenapa dia malah kalah hari ini?Apa dirinya terlalu lemah atau lawannya terlalu kuat?“Siapa … siapa kamu sebenarnya?” Richard menggertakkan giginya. Dia merasa tidak puas.“Rakshasi dari Negara Wadarna.” Lelaki berjubah hitam melepaskan topi yang menutupi wajahnya. Wajah lelaki itu sangat kurus hingga pipinya tampak mencekung. Terlihat tatapan sinis dari kedua matanya.“Apa? Rakshasi? Bukankah Rakshasi Negara Wadarn
Rakshasi memang hebat, tapi masih kalah jika dibandingkan dengan Tetua.“Tetua? Hehe … sudah lama aku mendengar nama itu. Sayangnya, dia nggak bisa membantu kalian.” Raut wajah Haden tidak berubah sama sekali.“Mohon Tetua bisa keluar untuk mengulurkan bantuan!” Lantaran tidak ada respons, Richard kembali meninggikan volume bicaranya.“Kak Richard, kamu nggak usah jerit-jerit lagi. Tetua ada di sini.” Entah sejak kapan ada kotak kardus di tangan Haden. Dia pun membuangnya ke lantai.Tutup kotak kardus terbuka, lalu tampak kepala yang berlumuran darah bergelinding keluar kardus. Kepala itu adalah kepala Tetua yang sudah beruban. Kedua mata terbelalak lebar, kelihatan sekali dirinya merasa syok dan tidak puas.“Te … Tetua?” Richard sungguh terkejut ketika melihat gambaran ini. Saking terkejutnya, dia spontan melangkah mundur.Mengenai yang lain, mereka semua juga merasa sangat syok.“Ke … Kenapa bisa seperti ini? Tetua sudah meninggal?“Kekuatan Tetua telah mencapai tingkat master. Mana
Ucapan sederhana Haden terdengar sangat mengerikan bagi mereka semua. Semuanya ketakutan hingga sekujur tubuh gemetar.Tatapan mereka serempak tertuju ke diri Dennis. Sebagai sosok dengan kedudukan tertinggi dan kekuasaan terbesar, keputusannya akan menentukan hidup matinya seluruh anggota Keluarga Morgana.“Dasar durhaka! Kamu telah mencelakai keluargamu, sekarang kamu malah minta penjelasan sama aku? Apa kamu mengira dirimu itu korban?” jerit Dennis.Selama ini Dennis mengira Haden adalah penerus terbaiknya. Kepintaran dan kegagahannya pasti akan membuat keluarga jenderal kembali ke masa kejayaannya. Sayangnya, putra yang unggul ini malah berjalan ke jalur yang salah. Dia malah bermusuhan dengan anggota keluarganya sendiri. Selain merasa murka, Dennis juga merasa sakit hati.“Ayah, asal kamu tahu aku bisa berbuat seperti ini juga karena kamu. Kalau kamu nggak membuat istriku mati, mana mungkin aku akan seperti sekarang ini?” balas Haden dengan datar.“Apa hubungannya kematian wanita
“Baik!” Sekelompok pengawal langsung menghunuskan senjata, lalu mendekat dengan penuh waswas.Anggota Keluarga Morgana merasa panik. Biasanya mereka selalu hidup dengan dilayani. Tak peduli ke mana pun mereka pergi, mereka akan selalu dilindungi oleh prajurit. Jadi, mereka semua merasa bingung ketika menghadapi situasi ini.“Swoosh swoosh swoosh ….” Di saat kondisi genting, tetiba jarum perak ditembakkan. Belasan pengawal yang berdiri di depan langsung tertegun di tempat. Tangan mereka yang memegang senjata berhenti di udara. Mereka semua pun terbengong “Siapa? Siapa yang berulah?” Raut wajah Haden menjadi serius. Dia mengamati sekeliling dengan tajam.“Aku.” Luther berdiri dengan perlahan. Dalam seketika, tatapan semua orang tertuju pada dirinya.Dalam kondisi sekarang, para tamu merasa dalam bahaya. Mereka tidak berani ikut campur lagi. Siapa juga tidak menyangka akan ada yang berani maju lagi.“Siapa kamu?” Haden mengamatinya dengan bingung.“Tamu undangan,” balas Luther dengan d
Hening …. Seluruh isi aula seketika menjadi hening. Semua orang terbengong ketika melihat Rakshasi dipukul hingga melayang. Mata mereka semua terbelalak lebar. Sepertinya mereka tidak percaya dengan apa yang mereka lihat.Siapa si Rakshasi itu? Dia adalah pesilat tangguh tingkat master yang sangat terkenal di Negara Wadarma. Tokoh hebat seperti itu malah kalah di tangan Luther? Mana mungkin?“Apa? Tak disangka bocah itu hebat sekali? Serius?”“Padahal dia kurus kering, tak disangka dia akan sehebat itu.”“Serius! Kita nggak boleh menilai orang dari penampilannya!”Setelah hening selama beberapa saat, isi aula seketika ricuh kembali. Sebelumnya mereka semua mengira Luther telah bosan hidup. Sekarang mereka akhirnya mengerti bahwa lelaki itu sangatlah hebat.“Apa? Jangan-jangan lelaki itu juga sudah mencapai tingkat master?” Terlihat rasa kaget di wajah Richard. Richard sendiri juga telah membuktikan betapa hebatnya Rakshasi. Hanya dengan satu pukulan, Richard pun kalah telak.Namun seka