Layla tidak berharap putrinya akan mengikuti langkah anak-anak orang kaya itu.“Kenapa? Kenapa bisa begini?”Saat ini, langit sudah gelap.Setelah Lufita berlari keluar rumah sakit, dia berjongkok di samping lampu jalan dengan menangis terisak-isak.Di bawah pancaran lampu remang, bayangan tubuhnya tampak memanjang. Lufita tidak peduli dengan identitas Luther dan juga tidak peduli dengan kekuasaan maupun kedudukannya. Dia hanya murni menyukai Luther saja. Lufita sungguh tidak habis pikir. Kenapa semua orang malah menentangnya? Apa kedua orang baru boleh bersama jika tidak ada kesenjangan dalam ekonomi? Apa yang harus Lufita lakukan sekarang? Apa dia mengabaikan tentangan semua orang, berusaha untuk mendapatkan cintanya? Atau dia mesti menuruti apa kata keluarganya, memendam rasa suka di hatinya?“Citt!”Pada saat ini, sebuah mobil hitam berhenti di pinggir jalan. Pintu mobil dibuka. Sekelompok lelaki yang menutup wajahnya dengan masker itu berlari menuruni mobil, lalu mengepung Lufita
Pada saat ini, di dalam sebuah pabrik besi telantar.Lufita sedang diikat dan digantung di atas. Kedua matanya pun ditutupi oleh kain hitam. Saat ini, dirinya telah dipukul hingga jatuh pingsan.Kimtara yang berpakaian mewah sedang menikmati steik sapi berkualitas tinggi dengan alkohol. Gerakannya sangatlah anggun. Terlintas senyuman di wajahnya. Dapat terasa wibawa bangsawan dari gerak-geriknya.“Tuan, waktunya sudah lewat. Sasaran kita masih belum datang-datang. Jangan-jangan dia nggak berani datang?” Beberapa saat kemudian, seorang prajurit berpakaian merah masuk dan melapor.“Jangan buru-buru. Tunggu sebentar lagi.” Kimtara meletakkan garpu dan pisaunya, lalu menyeka mulut dengan saputangan. Dia berkata sembari tersenyum, “Aku sudah menyelidikinya. Hubungan Luther dengan Lufita nggak biasa. Dengan karakternya, dia pasti akan menyelamatkan wanita ini.”“Aku khawatir Luther nggak merelakan Jamur Tujuh Warna itu. Bagaimana kalau aku bawa yang lain untuk langsung menyerbu ke Vila Embun
“Lancang!” Prajurit berpakaian merah sangat gusar saat ini. Dia langsung menghunuskan pedang di pinggangnya hendak memulai pertarungan.“Tuan Luther, kalau kamu serahkan Jamur Tujuh Warna kepadaku, aku pasti akan melepaskan kalian berdua. Kalau kamu berani menolak, kalian akan mati!” ancam Kimtara.“Dengan kekuatan kalian, kalian malah ingin membunuhku? Apa kalian sanggup?” Luther tertawa terbahak-bahak.“Kalau kamu nggak percaya, kamu boleh mencobanya?” Kimtara menjentikkan jari tangannya.“Swoosh!” Prajurit berpakaian merah segera mengarahkan pedang ke sisi Luther. Dia pun menunjukkan senyuman menghina. “Kalian Negara Drago hanyalah pecundang. Hari ini aku akan beri pelajaran kepada kalian!”“Apa katamu?” Raut wajah Luther menjadi dingin. Aura membunuhnya terlintas di wajahnya.Sekitar 80 tahun silam, Negara Dikara pernah menjajah Negara Drago. Pada saat itu, Negara Drago baru selesai dari peperangan. Negara sedang kekurangan personel. Negara Dikara malah memanfaatkan kesempatan untu
Tinjuan Luther menembus dada prajurit berpakaian merah. Darah segar pun bercucuran di atas lantai.“Ergh ….” Prajurit berpakaian merah terbengong di tempat. Dia menunduk menatap tinjuan yang menembus dadanya dengan tatapan tidak percaya. Bukankah warga Negara Dikara hanyalah pecundang? Bukankah prajurit Negara Drago sangat lemah? Kenapa? Kenapa lelaki di hadapannya ini bisa sehebat ini? Dengan rasa kaget, takut, dan tidak rela, prajurit berpakaian merah jatuh berbaring di atas lantai. Dia pun meninggal dengan rasa benci.“Dasar nggak tahu diri!” Luther menunjukkan wajah sinisnya. Lantaran amarahnya masih belum reda, dia pun menginjak kepala prajurit berpakaian merah dengan kuatnya.“Bamm!” Terdengar suara yang sangat keras. Kepala prajurit berpakaian merah bagai semangka yang meledak di tempat. Jasad seketika tak berwujud lagi.Biasanya Luther tidak akan menganiaya jasad. Hanya saja, ucapan prajurit berpakaian merah tadi telah menyentuh batas kesabarannya. Saking kesalnya, dia bahkan
Jangan-jangan bocah ini adalah monster?“Giliranmu sekarang!” Tiba-tiba Luther mengangkat kepalanya. Tatapan tajamnya seketika tertuju pada Kimtara yang gemetar.“Tuan Luther, kita bisa bicara dengan baik-baik, nggak usah menggunakan pedang. Aku akan kembalikan wanitamu kepadamu. Aku akan pergi, nggak akan muncul di hadapanmu lagi!”Kimtara merasa panik, segera mengakui kekalahan. Semua rencana yang disusunnya malah telah dihancurkan oleh satu tebasan pedang lawan. Sungguh mengerikan!“Sejak kamu menculik wanita itu, kamu sudah ditakdirkan untuk meninggal. Sekarang sudah terlambat untuk mengatakan semuanya.” Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajah Luther. Dia mengangkat pedangnya dengan perlahan.“Berhenti!” Pada saat ini, terdengar suara jeritan dari depan pintu. Disusul, Osiris membawa prajurit-prajurit memasuki pabrik. Irish, Nowy, dan yang lain juga ada di dalam sana.“Kalian datang tepat pada waktunya. Orang-orang Negara Dikara ini telah menculik Lufita. Kalian bisa tangkap dan b
“Emm?” Kening Luther berkerut ketika melihat ponsel diremuk hingga hancur. Raut wajahnya seketika menjadi serius.Luther sungguh tidak menyangka Osiris akan melakukan perilaku seperti ini. Di bawah tatapan semua orang, dia malah menghancurkan barang bukti demi melindungi Kimtara. Apa Osiris menganggap Luther sebagai angin lalu?Saat ini, bahkan Kimtara sendiri juga terbengong di tempat. Padahal bukti sudah terpampang jelas di depan mata, dia mengira hidupnya akan segera berakhir. Siapa sangka Osiris akan berbuat seperti ini. Semuanya di luar dugaan Kimtara.“Kak Kimtara, kamu nggak usah panik. Selama ada aku, nggak ada yang bisa melukaimu,” ucap Osiris dengan tegas.Osiris juga tidak peduli dengan masalah penculikan Lufita. Hanya saja, sepertinya ini adalah kesempatan untuk menjalin hubungan baik dengan Kimtara. Mana mungkin Osiris akan melepaskannya? Siapa pun tahu Keluarga Antama masuk peringkat 10 besar keluarga terhebat di Negara Dikara.“Dengan adanya bantuan Kak Osiris, aku pun
Osiris tersenyum dingin. “Buka matamu lebar-lebar dan lihat sekitar. Semuanya adalah anggotaku. Kalau kamu berani bertindak sembarangan, aku jamin kamu akan segera ditembak!”“Tuan Luther, peluru itu sangat mengerikan. Lebih baik kamu mengakui kekalahanmu,” timpal Kimtara dengan tersenyum bangga.Kebiasaan buruk warga Negara Drago masih belum berubah. Masih banyak sekali konflik internal mereka. Tentu saja, Kimtara merasa gembira dengan situasi sekarang.“Luther! Kalau kamu nggak ingin mati, lebih baik kamu menyerah saja. Kalau nggak, nggak ada gunanya kamu menyesal nantinya!” Irish dan yang lainnya sungguh arogan.“Osiris, kalian yang memulai.” Luther memperingati dengan dingin, “Berhubung aku hormat dengan Pak Dennis, aku nggak akan melukaimu. Kalau kalian segera meninggalkan tempat ini, aku anggap nggak pernah terjadi apa-apa. Kalau kamu bersikeras ingin melindungi anggota Negara Dikara, jangan salahkan aku bersikap nggak sungkan!”“Nggak sungkan? Hehehe ….” Osiris tersenyum, lalu m
“Berhenti!” Saat Luther sedang memukul Osiris dengan sadisnya, tetiba terdengar suara jeritan dari belakang.Luther spontan menoleh. Kemudian, tampak sosok Lufita yang sudah siuman. Dia terlihat sangat kaget dan tidak percaya. Dia sungguh tidak menyangka akan melihat gambaran seperti ini ketika melebarkan kedua mata.Lufita juga tidak mengerti kenapa Luther mesti memukul kakak sepupunya?“Kak Luther, apa yang lagi kamu lakukan?” Lufita mengerutkan keningnya merasa bingung.“Osiris telah memutarbalikkan fakta. Aku hanya membantu Pak Dennis untuk beri pelajaran kepadanya agar nggak berjalan ke jalan yang salah. Perbuatannya akan mencelakai dirinya sendiri,” ucap Luther dengan terus terang.“Omong kosong!” Irish segera membantah, “Lufita, Luther telah menculikmu. Untung saja kami datang tepat waktu. Sekarang kakakmu malah dipukulinya. Coba kamu lihat kakakmu itu, dia sudah dipukul hingga memar!”“Iya! Lelaki itu memang berengsek. Setelah wajah aslinya terbongkar, dia malah marah dan meluk