“Kak Luther!” Ketika menyadari Luther hendak pergi, Lufita merasa gugup. Dia segera mengejar langkah Luther, lalu berkata dengan penuh rasa bersalah, “Kak Luther, maaf sekali. Aku juga nggak menyangka Pak Yamada akan datang. Semua ini salahku. Kamu jangan marah, ya.”“Lufita, aku nggak lagi marah. Dari sudut pandang dokter, aku juga berharap ayahmu bisa sembuh. Sayangnya, nggak ada yang memercayaiku.” Luther menggeleng. Dia sudah mengingatkan berkali-kali, tapi tidak ada yang menganggap ucapannya. Dia juga tidak tahu harus berbuat apa lagi.“Kak Luther, aku percaya sama kamu, tapi ….” Lufita terdiam.Ibunya Lufita telah membuat keputusan, Lufita sebagai anak juga tidak bisa melakukan apa-apa.“Lufita, nggak apa-apa. Kamu kembali ke kamar dulu. Aku pergi minum kopi di luar. Kalau kamu butuh bantuanku, kamu bisa telepon aku kapan saja.” Luther menepuk-nepuk pundak Lufita dengan tersenyum.“Baiklah.” Lufita mengangguk, lalu berjalan ke dalam kamar pasien dengan rasa bersalah. Dia sungguh
Lantaran dihina habis-habisan, para spesialis dan profesor di dalam kamar pasien tampak sangat muram. Teknik medis mereka memang tidak bisa dibandingkan dengan Yamada. Hanya saja, mereka semua juga adalah elite. Sekarang mereka malah dihina oleh kaum sebangsa mereka, wajar jika mereka tidak bisa menerimanya.Hanya saja dengan posisi mereka, para dokter juga tidak berani berkata lain, hanya bisa menunduk berlagak tidak mendengar apa-apa.“Pak Yamada, kapan suamiku akan bangun?” tanya Layla. Sekarang kondisi Richard memang sudah kembali normal, tetapi dia masih belum menyadarkan diri. Wajar jika Layla merasa khawatir.“Jangan panik! Setelah aku mencabut jarum perak itu, suamimu pasti akan bangun,” balas Yamada dengan percaya diri, lalu mencabut semua jarum perak yang ditusuknya tadi.Begitu jarum dicabut, tetiba tubuh Richard tampak gemetar. Detik demi detik berlalu. Richard mulai melebarkan matanya.“Bangun! Akhirnya dia sudah bangun!” Semua orang sungguh gembira saat ini.“Semua ini be
“Sudah … mati?” Semua orang terbengong ketika melihat Yamada mati di tempat. Mata semua orang terbelalak lebar dan terlihat sangat kaget.Siapa pun tidak menyangka Richard akan menggila tanpa aba-aba, apalagi membunuh Yamada.Kenapa bisa seperti ini? Bukankah kata Yamada, hal itu adalah hal sepele? Bukankah kata Yamada, kondisi itu sangat wajar? Bukankah Yamada mengatakan dia bisa menanganinya? Apa yang terjadi sekarang?“Ah ….” Yamada dilempar ke sisi tembok dengan kuat hingga tembok roboh. Satu detik kemudian, tubuhnya seketika memerosot ke lantai.“Pak Yamada!” Semua orang seolah-olah baru terbangun dari mimpi mereka, terutama Irish dan juga Nowy. Mereka kelihatan sangat bersedih bagai kehilangan orang tua mereka saja.“Cepat! Cepat tahan Paman Richard!” Respons Osiris sangatlah cepat. Dia segera memerintah orang-orang untuk mengepung Richard. Namun, Richard yang menggila itu malah kelihatan semakin ganas lagi. Dia bahkan mengabaikan anggota keluarganya. Kekuatan Richard semakin m
“Kalau kamu nggak kembali, kami semua pasti akan dalam bahaya.” Luther kembali melayangkan sebatang jarum perak. Richard yang hendak meronta langsung tertegun tidak bisa bergerak sama sekali.“Luther, semua ini berkat bantuanmu. Aku mohon bantuanmu untuk menyelamatkan suamiku!” mohon Layla dengan tulus.“Maaf, pengetahuan medisku nggak bisa dibandingkan dengan Pak Yamada. Kamu minta bantuan dia saja,” balas Luther dengan datar.“Pak Yamada?” Layla melihat mayat di ujung ruangan dengan sangat canggung. Seandainya Yamada bisa menyembuhkan suaminya, apa mungkin nyawanya akan melayang?“Luther, aku minta maaf karena telah menyinggungmu. Aku harap kamu nggak masukkan ke hati.” Layla mengambil inisiatif untuk minta maaf.Layla tahu bagaimana kemampuan medis Luther. Hanya saja, jika dibandingkan dengan Yamada, reputasinya masih tergolong rendah.Itulah sebabnya Layla tidak membuat keputusan yang tepat tadi. Sekarang Yamada sudah meninggal. Dia hanya bisa mengandalkan Luther saja.“Kak Luther
Setelah tidak ada gangguan dari yang lain, Luther langsung memukul leher Richard hingga dia kehilangan kesadarannya. Dia mulai melakukan pengobatan dengan serius.Berhubung Richard berlatih teknik iblis, meridian dan organ vitalnya mulai rusak. Apalagi ditambah dengan pengobatan yang diberikan oleh Yamada tadi, kondisi Richard semakin parah lagi.Sekarang Richard bagai balon yang bisa meledak kapan saja. Luther hanya bisa menggunakan teknik akupunkturnya untuk melancarkan aliran darah Richard. Kemudian, dia menggunakan energi sejati untuk melancarkan meridian yang tersumbat dan memulihkan bagian yang terluka. Setelah itu, juga perlu diresepkan obat untuk pemulihan Richard.Detik demi detik berlalu. Satu per satu jarum perak di tangan Luther tak berhenti menusuk ke atas tubuh Richard.Awalnya jarum ditusuk di bagian kepala, dada, lalu bagian perut. Richard yang sekarang sungguh mirip dengan seekor landak saja.Setelah melakukan teknik pengobatan akupunktur, Luther menggerakkan jari tang
“Ahh?” Semua orang terbengong ketika melihat gambaran ini. Apalagi si Irish, kedua matanya terbelalak lebar. Sepertinya dia tidak bisa percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Kenapa Richard bisa menyadarkan dirinya?“Sudah siuman! Ayah sudah siuman!” jerit Lufita dengan kegirangan.“Dia benar-benar sudah bangun? Apa lelaki itu adalah dewa?” Semua orang saling bertukar pandang. Mereka juga merasa syok.Bahkan Yamada saja sudah angkat tangan. Sekarang penyakit Richard malah disembuhkan oleh seorang junior yang tidak terkenal. Semuanya sungguh di luar prediksi mereka.“Gimana Kak Irish? Sekarang kamu tahu betapa hebatnya Kak Luther, ‘kan?” Lufita melirik Irish dengan raut bangga.“Ergh ….” Terlintas ekspresi canggung di wajah Irish. Wajahnya seketika merona.Baru saja Irish mengatakan dirinya akan loncat dari atap rumah sakit jika Richard menyadarkan diri. Sekarang Richard malah ….“Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa ada di sini?” Richard langsung membangkitkan tubuhnya dengan kebingu
“Bukan begitu! Semuanya bukan seperti yang kalian katakan!” Ketika melihat orang-orang memfitnah Luther, Lufita segera menggeleng dan menjelaskan, “Kalian salah paham. Kak Luther bukan orang jahat. Kalian jangan sembarangan bicara!”“Dasar bodoh! Kamu terlalu muda, kamu nggak ngerti betapa kelamnya dunia ini. Berbeda dengan Ayah, Ayah sudah banyak bertemu dengan orang di luar sana. Itulah sebabnya Ayah bisa menyadarinya,” balas Richard dengan serius.“Iya, Lufita. Luther pasti memendam niat buruk. Jangan sampai kamu dikelabui sama dia,” bujuk yang lain.“Aku nggak percaya! Aku nggak percaya! Kak Luther nggak bakal celakai orang!” Kedua mata Lufita tampak memerah. Dia menatap ke sisi Layla, lalu berkata, “Ibu, ngomong, dong! Kak Luther pernah selamatin aku. Sekarang dia juga sudah selamatin Ayah. Kamu melihat dengan mata kepalamu sendiri, ‘kan? Kamu bisa jadi saksi mata, ‘kan?”“Richard, jangan-jangan ada salah paham dalam masalah ini?” Layla mencoba untuk melakukan pembelaan.“Kamu mem
Layla tidak berharap putrinya akan mengikuti langkah anak-anak orang kaya itu.“Kenapa? Kenapa bisa begini?”Saat ini, langit sudah gelap.Setelah Lufita berlari keluar rumah sakit, dia berjongkok di samping lampu jalan dengan menangis terisak-isak.Di bawah pancaran lampu remang, bayangan tubuhnya tampak memanjang. Lufita tidak peduli dengan identitas Luther dan juga tidak peduli dengan kekuasaan maupun kedudukannya. Dia hanya murni menyukai Luther saja. Lufita sungguh tidak habis pikir. Kenapa semua orang malah menentangnya? Apa kedua orang baru boleh bersama jika tidak ada kesenjangan dalam ekonomi? Apa yang harus Lufita lakukan sekarang? Apa dia mengabaikan tentangan semua orang, berusaha untuk mendapatkan cintanya? Atau dia mesti menuruti apa kata keluarganya, memendam rasa suka di hatinya?“Citt!”Pada saat ini, sebuah mobil hitam berhenti di pinggir jalan. Pintu mobil dibuka. Sekelompok lelaki yang menutup wajahnya dengan masker itu berlari menuruni mobil, lalu mengepung Lufita