Home / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 62 Bertemu Dua Orang Yang Menjengkelkan

Share

Bab 62 Bertemu Dua Orang Yang Menjengkelkan

last update Huling Na-update: 2024-10-03 08:36:09

Cahaya matahari lembut menyusup melalui celah-celah jendela, menciptakan bayang-bayang halus di lantai dapur yang berkilau bersih. Angin pagi yang sejuk bertiup pelan, membawa aroma rumput basah ke dalam rumah. Di dapur Mahira dengan wajah letih sibuk memasak sambil sesekali menenangkan Abi yang merengek di boksnya. Bayi itu memanggilnya tanpa henti dengan suara lirih, sementara Mahira sesekali mendekati boksnya, tersenyum meski kelelahan jelas tergambar di wajahnya.

"Tunggu sebentar ya, Abi. Ibu lagi masak," ucapnya lembut.

"Sudah Non. Biar bibi yang memasak. Non sama Mas Abi saja ya," kata Sumiati mengambil sendok sayur dari tangan Mahira.

"Non lebih tanyakan sama Mas Birendra sama Pak Rahmat. Mereka mau dimasakkan apa untuk nanti malam."

"Iya Bi." Mahira menjawab singkat seraya menuju luar.

Birendra duduk di teras depan. Kedua tangannya memegang koran pagi, sesekali mengganti posisi duduknya sambil menikmati udara pagi. Di dekatnya Rahmat duduk dengan tenang, tangannya yang sudah k
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 63 Dua Sisi Birendra

    Pertemuan dengan Mahira tadi membuat Fatma yang awalnya senang berubah menjadi kegeraman luar biasa. Dia akan mengatur strategi agar Mahira menyerah dan melepaskan Birendra.Dan saat dia melihat Mahira begitu tenangnya meski dia memprovokasi, tetap saja tak bergeming. Justru dirinya yang dibuat bingung dengan perkataan Mahira mengenai Sanur."Ini tak bisa dibiarkan!"Fatma berdiri, berjalan mendekati jendela besar dan melihat ke luar dengan rahang yang mengeras. Tangannya gemetar, tetapi dia berusaha menahan amarah yang menggelegar dalam dadanya."Apa yang kamu lakukan selama ini, Sanur? Kamu pikir ini lelucon? Kamu pikir aku membawamu sejauh ini untuk melihat wanita itu tetap tersenyum, seakan-akan kamu tak ada artinya baginya?" Fatma dengan nada dingin dan tajam.Sanur menggigit bibirnya, lalu menunduk, tidak berani menatap mata Fatma. Kakinya bergoyang-goyang kecil di lantai, tanda kecemasan yang semakin meningkat. "Aku tidak tahu, Bibi. Aku pikir wanita itu akan hancur. Aku pikir

    Huling Na-update : 2024-10-04
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 64 Mau Kamu Apa, Mas

    Sebuah kafe yang hangat dengan suasana senja dan suara gemericik kopi dari barista yang sedang bekerja. Wisnu sedang duduk di sudut tak jauh dari meja tempat Sanur dan Fatma duduk, tanpa mereka sadari bahwa Wisnu ada di sana.Sanur duduk di depan Fatma yang tampak elegan dan tegas, dengan rambut tertata rapi dan wajah serius. Sanur terlihat gelisah, memainkan sendok kecil di tangannya dan sesekali menatap sekeliling dengan gugup."Kamu sudah berbicara dengan Wisnu? Jika belum segera kamu putuskan hubunganmu dengannya, Sanur," ucap Fatma dengan suara agak keras dan mendesak.Sanur menunduk terlihat ragu dan matanya berkedip cepat.Wisnu yang duduk tidak jauh mulai menegakkan punggung, merasa jantungnya berdegup lebih cepat saat mendengar nama dirinya disebut. Dia tidak sengaja mendengar percakapan itu dan diam-diam fokus mendengarkan dengan jari-jarinya mencengkeram cangkir kopi."Belum, Bi. Aku masih mencari waktu yang tepat," jawab Sanur."Kenapa kamu belum memutuskannya? Cinta?" Fat

    Huling Na-update : 2024-10-05
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 65 Kita Perlu Bicara, Mas

    Mahira duduk di sofa, wajahnya tenang meski ada kesedihan di matanya. Sebelum sang ayah pulang ke rumahnya, Mahira sudah meminta restu pada sang ayah untuk berbicara dengan Birendra. Apapun keputusan Mahira, Rahmat tetap mendukung."Non, saya tinggal dulu masuk ke kamar ya sama Mas Abi," pamit Maya yang sedari tadi menemani Mahira di ruang tamu.Birendra baru saja masuk dari pintu, terlihat lelah namun pikirannya terbebani oleh sesuatu yang lebih dari sekadar pekerjaan. Dia melonggarkan dasinya dan duduk di kursi di seberangnya. Ada keheningan yang menggantung di udara sebelum Mahira memutuskan untuk berbicara."Mas, bisa luangkan waktu sebentar. Ada yang ingin aku bicara," kata Mahira dengan suara pelan nan tegas, sambil memandang lurus ke depan dan tangannya menggenggam erat satu sama lain di pangkuannya."Tentu. Bicara saja. Ada apa?" Birendra menyahut sambil menghela napas, tahu bahwa pembicaraan ini akan berat, tetapi berusaha bersikap seolah semuanya baik-baik saja.Mahira terdi

    Huling Na-update : 2024-10-06
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 66 Di Antara Pilihan

    Wisnu kecewa. Dia benar-benar tak menyangka Sanur memainkan dua pria sekaligus. Dan parahnya Sanur memanfaatkan dan mendekati sang kakak atas perintah Fatma. Wanita tua yang gila kekayaan.Sejak dulu wanita tua itu selalu saja menghalangi dirinya mendekati Sarayu dan kini kejadian serupa lagi. Wisnu harus mengalah, karena Sarayu memang mencintai Birendra dan dia memilih membiarkan Birendra menikahi wanita yang dia cintai.Kini setelah dia bertemu wanita yang disukainya meski usia lebih tua, dia ingin memilikinya. Namun lagi-lagi, ada dua orang yang menghalanginya. Fatma dan Birendra."Kenapa harus terjadi lagi seperti ini, Sarayu?""Bukankah aku sudah mengatakan padamu, tolong bantu aku sekali ini saja agar aku bisa bersama wanita yang kusukai. Jangan biarkan Mas Birendra memilikinya.""Aku sudah mengalah saat Mas Bi menikahimu. Sekarang suamimu pun ingin memiliki Sanur kakakmu sendiri.""Apa aku memang ditakdirkan untuk tak memiliki siapapun, Sarayu?"Wisnu terus berbicara di depan m

    Huling Na-update : 2024-10-08
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 67 Sanur Bimbang, Mahira Pasrah

    Arya melirik ke arah Mahira yang sedang duduk di meja kerjanya. Matanya terlihat kosong, seolah tenggelam dalam pikirannya sendiri. Arya mengamati wajahnya yang lelah dan sesekali memijit pelipisnya."Hira, kamu baik-baik saja?" Arya mendekat dengan lembut. Kini dia lebih leluasa memanggil Mahira tanpa memanggil dengan sebutan anda."Ah, Dokter Arya... Iya, hanya sedikit capek. Banyak pikiran."Mahira tersentak sedikit, lalu tersenyum tipis.Arya memperhatikan ekspresi wajah Mahira. Senyumnya tidak mencapai matanya. Arya pun duduk di seberangnya, mencoba mencari cara untuk meringankan beban yang ia lihat."Bagaimana kalau setelah kerja, kita ambil jeda sebentar? Jalan-jalan, makan es krim, apa saja. Cuma untuk melepaskam semua beban sejenak," kata Arya dengan suara lembut.Mahira menatap Arya, sejenak tampak terkejut dengan tawaran itu, lalu kembali fokus pada layar komputer. Dia mendesah pelan."Saya tidak bisa, Dokter Arya. Banyak banget yang harus saya pikirin. Rasanya kalau saya

    Huling Na-update : 2024-10-09
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 68 Katakan Siapa Kamu Sebenarnya, Sanur

    Café Senja di sore hari. Lampu-lampu mulai dinyalakan, memantulkan cahaya lembut ke permukaan meja kayu di dalam café. Mahira duduk dengan rapi di sudut ruangan, mengenakan pakaian sederhana, namun elegan. Tangan-tangannya tenang, melipat di pangkuan, sementara matanya sesekali memandang pintu masuk.Setelah beberapa menit, Sanur datang. Langkahnya ragu-ragu dan wajahnya tetap mencoba menunjukkan ketenangan. Mahira tersenyum kecil dan mengangguk pelan saat Sanur mendekat."Silakan duduk. Terima kasih sudah mau datang, Mbak Sanur." Mahira sambil berdiri untuk menyambut Sanur.Sanur duduk dengan sedikit canggung, meletakkan tas di pangkuannya dan menghindari kontak mata sejenak. Mahira duduk kembali dengan tenang, menatap langsung ke arah Sanur, ekspresinya netral, namun tajam."Aku... aku tidak tahu kenapa kamu mengundangku ke sini. Aku kira—" Sanur mencoba bicara dan canggung."Kamu sudah tahu alasannya, Mbak Sanur." Mahira memotong dengan lembut.Sanur menelan ludah, kedua tangannya

    Huling Na-update : 2024-10-10
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 69 Kebimbangan Sanur

    Di meja kafe, Sanur terlihat gelisah. Ia memainkan cangkir kopinya yang sudah mendingin, tangannya gemetar sedikit saat memutar sendok di dalamnya. Wisnu duduk di seberangnya tanpa tersenyum."Wisnu, aku perlu bicara sesuatu yang penting."Matanya menunduk, tak berani menatap langsung ke arah Wisnu. Napasnya terhirup perlahan seolah sedang mempersiapkan dirinya untuk sesuatu yang berat. Bahunya terangkat sedikit dalam usaha menahan beban emosionalnya."Kamu ingin membicarakan hal kemarin?" Wisnu menyahut dengan dingin.Sanur mencoba menyentuh tangan Wisnu, tapi Wisnu dengan lembut menarik tangannya, membuat jarak. Sanur memiringkan kepalanya, bingung."Aku tahu aku salah, Wisnu. Aku benar-benar minta maaf jika aku tak jujur padamu," ungkap Sanur dengan nada pelan, merasa bersalah."Aku... sebenarnya, aku punya alasan kenapa aku dekat dengan kakakmu dari awal," ucap Sanur bersuara pelan dan berat.Sanur memandang Wisnu dengan mata yang berkaca-kaca. Dia berusaha tersenyum tipis, namun

    Huling Na-update : 2024-10-12
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 70 Birendra Membawa Sanur Ke Rumah

    Di sore hari setelah pulang kerja, Mahira menyempatkan diri sejenak di ruang tamu bersama Wisnu yang sengaja berkunjung hanya untuk menemui Abisatya. Di saat santai sembari menikmati rujak buah buatan Maya, mereka dikejutkan suara mobil."Non ..." panggil Maya pelan sambil menatap Mahira saat dia menengok ke arah luar."Siapa Maya?" tanya Wisnu ikut penasaran."Mas Birendra sama perempuan itu, Non," kata Maya menunjuk dua orang yang sedang bercanda memasuki rumah."Ya sudah buatkan mereka es teh dan bawakan kukis yang saya beli tadi, May." Mahira memerintah dengan suara pelan, menyiapkan hatinya.Birendra membuka pintu dengan suara keras, langkahnya tegas dan mantap. Tangan Sanur erat menggenggam miliknya, meski Sanur tampak agak ragu, matanya berputar memeriksa rumah yang asing baginya. Di ruang tamu, Mahira menatap dengan tenang, senyumnya tipis. Wisnu, yang duduk di sampingnya, mengepalkan tangan, terlihat jelas dia menahan emosi.“Lihat, aku membawa tamu spesial. Sanur, ini istrik

    Huling Na-update : 2024-10-13

Pinakabagong kabanata

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 164 Memilih Jalan Yang Tepat

    "Selamat pagi dunia.""Terima kasih untuk berkat-Mu hari ini, Allah."Cahaya pagi menyelinap masuk melalui jendela rumah sakit, menerangi lorong-lorong yang mulai sibuk dengan aktivitas para dokter dan perawat. Di antara mereka, seorang pria dengan jas dokter yang baru saja dikenakan kembali setelah sekian lama berjalan dengan langkah penuh harapan sembari bergumam sendiri.Wajahnya masih sedikit pucat, tetapi terlihat di matanya berbinar. Dia menarik napas dalam-dalam seolah ingin meresapi udara rumah sakit yang begitu familiar, tempat yang pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya sebelum semuanya berubah."Dokter Arya, senang berjumpa dengan anda lagi," kata seorang perawat yang kebetulan berpapasan dengannya."Saya juga senang berjumpa dengan kalian lagi," balas Arya seraya tersenyum."Selamat bertugas kembali, Dok," ucap salah satu perawat wanita."Terima kasih suster Wina."Arya melanjutkan kembali langkah kakinya menuju ruang berkumpulnya para dokter sebelum bertugas di pagi i

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 163 Kapan Kamu Bangun, Mahira?

    "Ayo Mahira ....""Kamu pasti bisa melewati ini semuanya. Berjuanglah."Di ruang operasi yang dipenuhi suara mesin pemantau detak jantung dan alat-alat medis, Dokter Gatot berkeringat di balik masker bedahnya. Tangannya yang bersarung tangan lateks bergerak cepat, berusaha menghentikan pendarahan hebat di otak Mahira. Para perawat dan petugas anestesi bekerja dengan cekatan, saling bertukar pandang setiap kali tekanan darah pasien turun drastis.“Tekanan darahnya anjlok lagi, Dok!” seru seorang perawat, suaranya tegang.Dokter Gatot mengatupkan rahangnya dengan napasnya yang tertahan. “Tambahkan satu ampul epinefrin. Kita harus stabilkan dia dulu.”"Baik, Dok."Jarum jam terus berdetak, tapi keadaan Mahira tak juga membaik. Sudah tiga jam lamanya Dokter Gatot yang menggantikan Arya mengoperasi Mahira, keadaan di ruang operasi sungguh mendebarkan."Dokter Mahira, jangan menyerah. Anda harus berjuang demi dokter Arya!" seru perawat Raka mendampingi dokter Gatot.Para dokter dan perawat

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 162 Apa Ini Akhir

    Mahira membuka pintu kamar rawat inap dengan pelan agar tak menganggu ketenangan pasien di ruangan. Mahira berjalan mendekati ranjang yang berada di dekat jendela. Di sana tampak Arya terbaring diam dan tubuhnya tak bergerak sedikit pun, tertelan oleh ketenangan alat medis yang terus berbunyi terus menerus. Mahira menatapnya sejenak, ada rasa rindu dan sedih tercampur dalam tatapan matanya yang berkaca-kaca.Mahira berdiri dalam diam seakan takut mengganggu tidur Arya yang terlalu panjang. Wajahnya yang dulu penuh semangat kini tampak pucat, bekas air mata masih terlihat di sudut matanya. Setelah sekian lama berdiri di sisi tempat tidur Arya, Mahira mengulurkan tangan, menyentuh jemari Arya yang dingin dan tak merespons."Halo Dokter Arya ....""Tiga hari lagi memasuki tahun baru dan sudah empat bulan anda tidur. Apa anda tidak ingin bangun?""Banyak kawan-kawan yang menantimu membuka mata."Mahira berjalan ke jendela dan menutup tirainya karena malam telah tiba. Kemudian Mahira kemba

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 161 Pilihan Mahira

    Mahira perlahan membuka mata dan penglihatan yang buram. Ruangan putih yang asing menyambutnya, dengan bau karbol yang khas. Dia mencoba duduk, tetapi seketika rasa nyeri menusuk di kepalanya membuatnya meringis. Tangan kanannya bergerak memegang pelipis, sementara matanya menyipit menahan sakit yang kian terasa."Jangan banyak bergerak dulu, Hira," kata suara berat dan tenang milik Dokter Agustin terdengar di sebelahnya. Dia berdiri dengan tangan terlipat di depan dada disertai sorot matanya yang lembut."Kamu baru saja pingsan. Mahira. Untung Birendra segera membawamu ke sini.""Kenapa dengan saya, Dok?" tanya Mahira berusaha untuk bicara."Kondisimu semakin parah, Hira. Hematomamu sudah terlalu besar dan kita harus melakukan operasi secepatnya. Tidak bisa kamu biarkan seperti ini terus."Mahira terdiam, dadanya terasa sesak mendengar kata-kata itu. Bibirnya mengatup rapat seraya matanya menatap lurus ke depan dan berusaha mengusir pikiran-pikiran buruk. Sambil menarik napas dalam-d

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 160 Kebahagian Birendra

    Di balik jeruji besi yang dingin, Maya duduk bersandar pada dinding yang lembap. Wajahnya pucat, matanya sembab dan bahunya sedikit bergetar, menahan perasaan yang berkecamuk dalam dada.Hidupnya telah berubah. Dia bukan lagi Maya seorang mahasiswi kedokteran atau adik asuh kesayangan sang nona. Dia telah mengecewakan sang nona juga ibunya yang malu kepada dirinya."2012 ada yang menemuimu. Keluarlah." Seorang sipir wanita membuka jeruji besi tempat Maya berada sekarang."Siapa yang mau menemui saya, Bu?" tanya Maya. Hampir dua bulan tak seorang pun sudi menjenguknya."Kamu akan tahu nanti."Maya didampingi dua sipir wanita dengan tangan yang terborgol. Langkah-langkah halus terdengar mendekat ke ruang pertemuan dan tak lama kemudian seorang wanita berdiri di hadapannya. Mahira.Wanita itu tetap anggun meskipun ada kelelahan yang terlihat di matanya. Dengan ekspresi tenang, tetapi sarat kekecewaan, Mahira menatap Maya dalam-dalam. Maya menundukkan kepala seraya jari-jarinya saling men

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 159 Maukah Kau Berkorban Untuknya, Mahira?

    "Apa yang ingin kamu bicarakan, Mas?" Mahira menatap Birendra dengan pandangan serius. "Ini tentang kita, Hira. Tentang pernikahan yang telah kita jalani," kata Birendra. Birendra duduk di ruang tamu seraya menghadap Mahira yang duduk di seberangnya. Tatapannya berat seolah menimbang setiap kata yang akan dia ucapkan. Kedua tangannya berada di pangkuan dan jemarinya saling mengait erat, sesekali bergerak gelisah. Mahira menatap Birendra dengan lembut, wajahnya tenang walau ada sedikit kerutan di dahinya menunjukkan kekhawatiran yang dia coba sembunyikan sejak tadi saat Birendra memanggilnya. "Aku siap mendengarnya, Mas. Katakan saja," sahut Mahira ingin mengetahui keputusan yang diambil Birendra. Dia sudah tahu Birendra hendak membicarakan perceraian. "Aku tidak tahu harus memulai dari mana pembicaraan ini, Hira. Kamu tahu sendiri pernikahan kita bukan didasari oleh cinta di hatiku. Aku hanya menganggapmu sebagai adik bukan seorang istri," ucap Birendra mengungkapkan isi hati

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 158 Bangunlah Arya

    Sanur berdiri di terminal keberangkatan memandang pesawat yang akan membawanya dan putrinya, Alya, meninggalkan Indonesia. Hatinya terasa berat, tetapi dia yakin bahwa ini adalah keputusan yang tepat. Dia sudah berpamitan dengan Mahira juga Birendra dan mereka mengerti alasannya pergi. Namun ada satu orang yang tak diberi tahu, Sanur tak bisa membiarkan Wisnu ikut terikat dalam kehidupannya yang penuh luka. Dia merasa dirinya tak pantas bagi Wisnu. “Semua akan baik-baik saja,” bisiknya pada diri sendiri meskipun hatinya masih bimbang sembari menggandeng tangan kecil Alya. "Ibu, kita akan ke mana? Kenapa naik pesawat?" Alya gadis kecil berjaket dan bertopi itu tampak bingung. "Kita akan ke Amerika, Nak. Kita akan memulai kehidupan yang baru di sana," jawab Sanur memberi pengertian pada Alya. "Apa Paman Wisnu dan Kakek Rahmat ikut juga bersama kita?" tanyanya lagi. "Hanya kita berdua, Nak." Sanur melihat kesedihan di wajah Alya. Dua bulan bersama Wisnu dan Rahmat ayah Mahir

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 157 Bertahanlah, Dokter Arya

    Tanpa disadari oleh Fatma, seorang polisi diam-diam berjalan di belakangnya. Polisi tersebut mendekati Fatma dengan sigap dan sebelum dia bisa melakukan sesuatu yang lebih berbahaya, polisi berhasil melumpuhkannya."Sudahi permainan anda, Ibu Fatma!""Tidak ... aku tak berakhir seperti ini!" Fatma berteriak tidak terima.Pistol yang dia genggam jatuh dengan bunyi keras ke lantai beton. Bayi Abisatya yang hampir terlepas dari genggamannya langsung diselamatkan oleh seorang petugas polisi dan dengan hati-hati diserahkan kembali kepada Mahira.Mahira meraih Abisatya dengan tangan gemetar, dan begitu dia mendekap putranya, air mata mengalir deras di pipinya. Rasa syukur dan kebahagiaan meluap-luap di hatinya setelah berhari-hari terjebak dalam mimpi buruk ini."Ibu di sini, Sayang. Kamu aman sekarang," kata Mahira memeluk erat Abisatya."Jangan menangis lagi. Kita pulang ya sekarang," imbuh Mahira sembari mencium wajah Abisatya yang sudah berhenti menangis.Birendra dengan cepat menghampi

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 156 Serahkan Dirimu, Fatma

    Mahira berdiri terpaku, tangan gemetar saat menatap pisau di hadapannya. Fatma menunggunya membuat keputusan, tetapi bagaimana mungkin ia bisa memilih? Di satu sisi ada Abisatya, putranya yang bahkan belum bisa berbicara. Di sisi lain, ada Sanur, yang meski bukan siapa-siapa baginya secara pribadi, tetaplah seseorang yang berharga bagi Wisnu."Kenapa anda begitu menginginkan kematianku, Bibi Fatma?" tanya Mahira sengaja untuk mengalihkan pembicaraan.Fatma mendengkus kesal, dia menatap Mahira dengan tatapan kebencian. Tidak ada rasa iba pada Mahira yang notebene adalah keponakannya. Rasa bencinya telah mengakar di hatinya."Karena dengan kematianmu, aku bisa mewarisi harta ibumu. Semua yang dia miliki seharusnya jatuh kepadaku bukan kepada ibumu. Sejak kecil aku diabaikan dan tak seorang pun menyayangiku hanya karena ibumu memiliki penyakit jantung," ucap Fatma sinis."Bukankah anda telah mengambil semuanya? Kenapa anda masih menginginkan kematianku?" ulang Mahira."Wajahmu mengingatk

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status