Home / Romansa / Dikejar Lagi Oleh Suamiku / Bab 50 Hati Yang Terluka

Share

Bab 50 Hati Yang Terluka

last update Last Updated: 2024-09-21 09:03:28

Mahira duduk di ruang tamu, tangannya menggenggam secangkir teh yang kini telah mendingin. Matanya menatap pintu ketika dia mendengar suara langkah kaki Birendra pulang dari luar. Birendra masuk dengan wajah lelah, jaket kulitnya tergantung di bahunya. Dia melemparkan jaketnya ke sofa dan duduk di kursi tanpa menyapa.

"Mau aku buatkan segelas teh dingin, Mas?" tanya Mahira pelan.

"Tidak usah," jawab Birendra singkat.

Mahira memutuskan untuk mengajak Birendra berbicara dari hati ke hati. Lampu redup, dan hujan turun di luar, menciptakan suasana hening yang memunculkan ketegangan. Mahira duduk di sofa dengan tangan tergenggam, menatap Birendra yang sedang sibuk memegang ponselnya.

"Mas, bolehkah kita bicara sebentar?" tanya Mahira pelan, tapi tegas.

Birendra menghela napas dan melirik Mahira dengan sekilas. Dia mengangkat bahunya, seolah enggan. Mahira bisa melihat perubahan kecil itu, yang membuat hatinya semakin berat.

"Tentang apa lagi, Hira? Aku capek," ucap Birendra tanpa banyak em
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 51 Birendra Bertemu Sanur

    Birendra sedang duduk di kursi direktur, matanya terfokus pada laporan di tangannya, tetapi pikirannya tampak berada di tempat lain. Rudi tanpa mengetuk pintu langsung masuk dengan membawa folder yang di dalamnya berisi informasi yang diminta Birendra."Kalau kau ke sini hanya untuk menasehatiku. Lebih baik diam saja," ucap Birendra tanpa melihat ke arah Rudi yang mendesah kesal."Pak Birendra yang terhormat, saya sudah mendapatkan informasi yang Anda minta," sahut Rudi menaruh folder di atas meja lalu dia berjalan menuju sofa.Birendra mendongak, matanya penuh harapan dan juga tegang. Dia menatap Rudi lalu matanya berpindah ke atas meja melihat folder map yang dia pinta pada sahabatnya untuk mencari tahu nama wanita tersebut."Kenapa malah bengong, Birendra? Bacalah sendiri. Jangan menyuruhku membacanya," kata Rudi menggelengkan kepala."Tolong bacakan saja, Rud. Apa salahnya membantuku sekedar membaca," jawab Birendra dengan memijit keningnya."Namanya Sanur Ningrum. Tinggal di Bela

    Last Updated : 2024-09-22
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 52 Sanur Menjalankan Rencananya

    Perlahan gosip mengenai Mahira mulai hilang dan tak ada lagi yang membicarakannya, tetapi sikap para perawat dan dokter ada yang berubah terhadapnya. Mahira tahu ada beberapa tak suka karena mereka menganggap Mahira adalah pelakor dalam rumah tangga Birendra.Arya menyadari situasi tersebut dan Agustin pun sudah memberi peringatan kepada semua pekerja di rumah sakit agar rumor seperti itu dihentikan. Agustin juga menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya."Di mana sekarang Mahira, Arya?" tanya Agustin saat tak mendapati Mahira tak makan siang di kantin."Saya rasa dia ada di ruang istirahat, Dok," sahut Arya yang ikut cemas melihat kondisi psikis Mahira."Bawakan beberapa makanan untuknya setelah kita makan siang. Aku tak mau dia sakit," kata Agustin dan disambut anggukan Arya.Setelah rumor itu menganggunya, Mahira memilih berdiam diri di ruang istirahat sembari belajar atau mengetik laporan. Dia sudah malas menanggapi pertanyaan rekan kerjanya dan mereka akan menyalahkannya."Benar-

    Last Updated : 2024-09-23
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Ban 53 Birendra Berkencan Dengan Sanur

    Ruang tamu terlihat hangat diterangi cahaya lampu temaram. Tampak Birendra mengenakan setelan jas abu-abu elegan, berdiri di depan cermin, merapikan dasinya. Mahira yang sedang duduk di sofa menutup buku yang dibacanya lalu memperhatikannya dengan tatapan penuh pertanyaan.Lalu Mahira menghampiri dan mendekat Birendra dengan ekspresi lembut tapi cemas. Ada sesuatu yang menganggunya beberapa hari ini. Kadang kala Mahira melihat Birendra menatap layar ponsel sambil tersenyum tanpa memedulikan dirinya."Mas, ini sudah malam. Mau ke mana?" tanya Mahira tersenyum tipis yang terlihat dipaksakan dan matanya mencari penjelasan."Cuma ada urusan kerja sebentar. Tidak lama," sahut Birendra tanpa melihat ke arahnya, fokus pada dasinya, sikap tubuh tegang dan berdiri tegap."Kok malam urusan kerjanya, Mas?" Mahira bersuara sedikit bergetar menahan perasaan lalu matanya menatap wajah Birendra dengan harapan."Iya mereka bisanya malam. Jangan berpikir yang aneh-aneh," sahut Birendra dengan suara da

    Last Updated : 2024-09-24
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 54 Bayang-Bayang Pengkhianatan

    Di dalam ruang IGD yang biasanya ramai, suasana hari itu terasa sunyi. Hanya terdengar suara detak mesin pemantau yang menandakan kehidupan pasien. Lampu neon yang terang menciptakan bayangan di dinding, menambah kesan sepi yang menggelayuti ruangan itu.Mahira berdiri di dekat meja perawat. Dengan wajah tenang, dia memeriksa catatan pasien yang tergeletak di depannya. Sesekali, dia melangkah menuju ranjang pasien yang terbaring, memberikan perhatian penuh meskipun keadaan mereka stabil."Bagaimana keadaan Pak Hermawan, Suster Rina?" Mahira bertanya soal pasien yang kemarin malam dioperasi karena masalah paru."Semua dalam kondisi baik, Dok," sahut salah satu perawat yang ikut berjaga bersamanya.Mahira mendekat, memeriksa denyut nadi dan respons alat pemantau. Dia mengangguk puas, mengetahui bahwa semua dalam keadaan baik. Dia lalu kembali ke meja, menyeka peluh di dahinya."Pulanglah Suster Rina. Jam tugasmu sudah selesai, bukan?" Mahira melihat ke arah jam dinding yang menunjuk ang

    Last Updated : 2024-09-25
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 55 Senyum Yang Tersembunyi

    Sejak Mahira bertemu tak sengaja dengan Birendra dan Sanur, dia ingin menanyakan kepastian mengenai hubungan mereka saat ini. Ketika ada kesempatan seperti malam ini, Mahira pun mendekati.Alih-alih diajak bicara oleh Birendra, Mahira malah merasa terasing di samping suaminya sendiri yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Mahira berusaha menjalin komunikasi, tetapi Birendra hanya menjawab dengan sepatah kata."Mas Bi ...." panggilnya pelan saat dia duduk berhadapan sambil menggendong Abisatya.Mahira memerhatikan Birendra yang sibuk dengan ponselnya seakan sedang membaca pesan. Mahira melihatekspresi Birendra yang berubah, menunjukkan sisi lembut dan penuh cinta yang selama ini terpendam."Mas, lagi sibuk ya?" tanya Mahira pelan."Tidak," jawab Birendra pendek tanpa memerhatikan Mahira."Apa bisa kita bicara sebentar saja?" tanya Mahira lagi.Dengan suara pelan, tetapi jelas. Mahira menggigit bibirnya, matanya penuh harap, tapi tangannya gemetar halus. Dia mencoba untuk tidak terlalu me

    Last Updated : 2024-09-26
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 56 BIrendra Yang Egois

    Di sebuah rumah sakit besar, di lorong yang lengang setelah shift panjang, Arya sedang berdiri di dekat ruang istirahat dokter. Dua jam lalu dia menangani operasi dengan dibantu Mahira. Kini jam luangnya dia pergunakan untuk bersantai sejenak.Selesai menangani operasi darurat, Arya melihat Mahira duduk sendirian di balkon rumah sakit, menatap ke arah langit yang mendung. Tidak ada lagi topeng senyum yang biasa dia pakai. Mahira tampak rapuh, dan tanpa pikir panjang, Arya mendekat."Shift yang berat, ya?" Arya memulai percakapan dengan nada yang sedikit lebih ringan dari biasanya lalu dia memberi jus alpukat."Seperti biasa," jawab Mahira tersenyum tipis sambil menoleh ke arah Arya. “Tapi, kita kan sudah terbiasa.”"Saya tidak tahu kesukaanmu apa jadi kubelikan yang sama sepertiku," kata Arya menunjuk jus-nya."Ah tak apa-apa. Terima kasih ya, Dok. Kebetulan saya juga ingin jus," kata Mahira mengambil jus lalu meminumnya."Untunglah saya tak salah beli," kata Arya tertawa kecil, berus

    Last Updated : 2024-09-27
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 57 Teruskanlah Kau Begitu

    Wisnu berdiri diam di depan makam Sarayu. Angin semilir menggoyang rambutnya, dan dedaunan kering berterbangan di sekelilingnya. Tangan Wisnu gemetar sedikit saat dia memegang bunga lili putih di tangannya. Wajahnya terlihat murung, matanya sendu, namun ada batas yang muncul di balik tatapannya.Wisnu melihat ada bunga lain yang diletakkan di sana. Dia hanya berpikir mungkin sang kakak yang membawanya dan baru datang ke sini.  Wisnu menghela napas panjang, berusaha menenangkan diri sebelum mulai bicara."Hai Sarayu, aku di sini lagi. Sudah hampir satu tahun ya. Selama kamu pergi banyak hal yang berubah dalam hidupku dan ... rasanya seperti baru kemarin aku masih mendengar tawamu, melihat senyummu," ujar Wisnu tersenyum tipis namun penuh duka, tatapannya tertunduk.Wisnu meletakkan bunga di makam lalu duduk berlutut di tanah. Matanya menatap nisan itu dengan berat seolah-olah ada yang ingin dia katakan tapi sulit keluar dari bibirnya. Dia memegang

    Last Updated : 2024-09-28
  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 58 Pura-Pura Lupa

    "May, aku titip Abisatya. Aku hanya sampai jam dua saja," kata Mahira pagi ini sebelum berangkat kerja."Memangnya tidak bisa minta ijin, Non? Kasihan Mas Abi butuh non Mahira," sela Maya sambil menunggu Mahira di depan pintu kamar."Bukannya saya tidak mau, Non. Saya bisa jaga Mas Abi, saya masuk kuliah sore tapi saya takut kalau sakit Mas Abi tambah parah," imbuh Maya seolah mengiba."Nanti kamu hubungi aku saja ya. Tidak lama kok, May," timpal Mahira menepuk bahu Maya lalu dia memanggil taksi online.Mahira pun tak tega harus meninggalkan Abisatya, tetapi hari ini dia ada meeting dan juga sebagai seorang dokter residen dia tak bisa seenaknya membolos. Apalagi ketika didapati ada lebam biru di lengan Abisatya, dirinya semakin was-was.["Bukan dari demam-nya lengan Abisatya seperti itu. Aku merasa dia habis jatuh atau terjadi sesuatu di penitipannya."]Kata Arya, lebam itu bukan dari sakitnya. Itu membuat hati Mahira bertanya-tanya. Ada apa dengan Abisatya? Apa telah terjadi sesuatu

    Last Updated : 2024-09-29

Latest chapter

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 171 Perpisahan Yang Bahagia

    "Takdir itu tak bisa diubah dan akan menghampiri setiap insan manusia.""Ini sudah takdir ayahmu. Jangan merasa bersalah.""Allah menempatkan ayahmu di sisi-Nya."Kerabat ayah dan teman-teman sesama TKI datang ke pemakaman ayah. Mereka menguatkan aku di hari yang paling menyedihkan. Andai mereka tahu, aku tak bisa kuat seperti yang mereka katakan.Saat kabar itu datang—bahwa Ayahku dan Ayah Dani meninggal bersamaan dalam kecelakaan itu, rasanya seperti seseorang mencabut seluruh napas dari paru-paruku. Dan seakan belum cukup, Ibu Tari... koma. Antara hidup dan mati layaknya menggantungkan harapan kami di benang yang nyaris putus.Aku mengunci diri di kamar. Dua hari. Dua malam. Aku tidak bicara. Tidak makan. Bahkan air mataku pun seakan berhenti mengalir. Yang tersisa hanya kebisuan dan rasa marah—pada dunia, pada semesta dan juga pada takdir."Kenapa Ayah harus semobil dengan mereka?""Sebenarnya Ayah mau ke mana?"Aku tak menyangka jika ayah semobil dengan kedua orang tua Mas Birend

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 170 Inilah Takdir Yang Harus Aku Terima

    ["Mahira, kamu bisa ke rumah sore ini? Ada yang mau aku bicarakan denganmu."]"Rumah ayah Dani atau ke rumahnya Mas di jalan Cempaka?"["Datanglah ke jalan Cempaka."]Pagi ini aku mendapat notif pesan dari Mas Birendra. Dia menyuruhku untuk datang ke rumahnya. Katanya ada yang sesuatu yang hendak dia bicarakan. Aku langsung membalas pesannya dan mengiyakan permintaannya.Setelah menyelesaikan tugasku, aku segera melangkah pergi menemui Mas Birendra di rumahnya. Aku mengambil kunci mobil. Sudah dua bulan ini aku belajar lagi menyetir setelah pernah mengalami trauma."Selamat sore, Mbak Hira. Lama tidak ke sini.""Senang bisa melihat Mbak Hira lagi."Sesampainya di depan pintu gerbang rumah Mas Birendra, aku disambut hangat para pekerja di sini. Dulu sebelum Mas Birendra menikah dengan Sarayu, aku sering ke sini bersama ibu Tari hanya untuk beberes dan menyetok makanan, karena tempat kerja Mas Birendra lebih dekat daripada di rumah utama."Ah iya Pak. Hira juga kangen sama kalian," sapa

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 169 Takdir Yang Berbeda

    Aku berdiri di depan lift dengan jantung berdegup kencang. Wanita itu tersenyum, tetapi bukan ditujukan padaku melainkan pada dua sosok di belakangku. Aku menoleh dan melihat seorang pria bersama gadis remaja.Dia dengan langkah anggun. Tubuh ini menegang karena orang yang aku kenal ada di hadapanku sekarang. Ibu Fatma mengangkat tangan, melambai dengan semangat pada dua sosok yang juga membalas lambaian tangannya."Ibu Fatma!" seruku disertai langkah maju dengan penuh harap.Wanita itu berhenti dan alisnya berkerut. Tatapannya kosong seolah aku hanyalah orang asing di matanya dan menatapku dengan penuh kebingungan."Maaf, apakah kita saling mengenal?" tanyanya dengan suara tenang, tapi ada kehati-hatian di matanya.Dadaku seketika terasa sesak. Aku mengerjap dan mencari jawaban di wajahnya lalu berharap ada secercah pengakuan. Namun tidak ada dan ku tersenyum kaku, berharap dia sedang bercanda."Ibu tidak ingat aku?" suaraku terdengar ragu.Wanita itu menghela napas, menggigit bibirn

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 168 Apa Yang Terjadi Di Tahun Ini

    Aku melangkah masuk ke ruang lobi rumah sakit dengan sedikit rasa gugup. Saat kakiku berjalan lebih jauh, aku merasa ada sesuatu yang aneh. Dua kali aku dihidupkan kembali oleh semesta.Semua yang ada di gedung rumah sakit ini terlihat sama. Tak ada perubahan sama sekali. Aku menghela napas sembari terus berjalan menuju ruang UGD, tempat aku akan bertugas.Mataku menyapu ruangan yang penuh dengan staf dan dokter. Beberapa dari mereka tersenyum ramah, sementara yang lain sibuk dengan tugas masing-masing. Dua perawat senior mendekat, wajahnya lembut, menyodorkan tangan untuk berjabat. Aku kenal dengan mereka."Selamat datang di rumah sakit ini, Dokter Mahira.""Senang rasanya bisa berkenalan dengan anak dokter Dani.""Terima kasih Sus Mariani dan Sus Siska," sahutku seraya berjabat tangan dan mengetahui nama mereka dari name tag.Satu per satu staf memperkenalkan diri. Beberapa bersalaman dengan tatapan penasaran, mungkin mendengar kabar tentang aku dan pemilik rumah sakit ini. Namun ti

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 167 Mesin Waktu

    Aku menggeliat di atas kasur dan tubuhku masih enggan untuk bangun. Matahari pagi menerobos melalui celah jendela hingga menyilaukan pandanganku yang masih setengah terpejam. Saat aku hendak menarik selimut kembali ada suara ketukan dari luar kamar terdengar, diiringi panggilan namaku."Mahira, ayo bangun Nak." Terdengar suara dari luar pintu, memanggilku dengan nada tegas. Aku tak memerhatikan siapa yang berada di luar pintu kamarku.“Iya... sebentar lagi.” Aku mendesah pelan dan menjawab dengan suara serak.Namun suara dari luar kembali terdengar, kali ini dengan nada yang lebih mendesak seperti ada sesuatu yang serius karena aku mendengar namaku dipanggil lagi."Mahira ... kamu baik-baik saja, bukan?""Bangunlah ... kita ditunggu ayah Dani dan ibu Tari di rumahnya."Mataku terbuka lebar. Jantungku berdegup lebih cepat. Ada sesuatu dalam nada suara itu yang membuatku terkejut. Aku bangkit dengan enggan lalu menyibak selimut dan turun dari tempat tidur. Begitu aku membuka pintu kamar

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 166 Selamat Jalan Mahira

    "Biar Abisatya bersama kami, Pak. Bapak ke ruang rawat dokter Mahira saja."Setelah mendapat telepon dari Agustin dan menitipkan Abisatya bersama dokter anak yang dikenalnya Birendra segera berlari menembus koridor rumah sakit yang panjang dan sunyi. Nafasnya tersengal disertai wajahnya dipenuhi kegelisahan. Sesekali dia menyeka keringat di dahinya dengan punggung tangan."Aku mohon Mahira, bertahanlah."Pandangannya lurus ke depan dan penuh tekad. Sesampainya di depan ruangan rawat inap, Birendra berhenti sejenak, menunduk dan menahan napas mencoba menenangkan degup jantungnya yang tak terkendali.Begitu Birendra membuka pintu, dia melihat Mahira dikelilingi para dokter yang sibuk dengan wajah mereka dipenuhi ketegangan. Di balik tirai yang setengah terbuka, tubuh Mahira terlihat lemah dan tak berdaya. Matanya terpejam dan wajahnya pucat, sementara mesin-mesin medis di sekelilingnya berdengung cepat. Birendra mengepalkan kedua tangannya berusaha menahan diri agar tidak panik."Berik

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 165 Bertahanlah, Mahira

    "Sebentar lagi kita akan sampai menemui ibu, Nak.""Ayah berharap ibumu segera sadar."Birendra memegang erat tubuh kecil Abisatya yang sedang tertidur dalam gendongannya. Balita berusia dua tahun itu tampak damai, wajahnya bersandar di dada Birendra. Setiap harinya Birendra membawa Abisatya ke rumah sakit untuk mengunjungi Mahira. Harapan akan keajaiban tidak pernah surut dari hati Birendra, meski waktu terus berlalu dan kondisi Mahira tak juga menunjukkan perubahan."Selamat pagi, Pak Birendra," sapa satpam melihat Birendra berjalan menuju lobby."Selamat pagi juga, Pak," balas Birendra menyunggingkan senyum.Sejak Mahira dinyatakan koma, mau tak mau Birendra mengambil alih urusan rumah sakit dibantu oleh sahabat ayahnya sementara pekerjaan yang dibangunnya sendiri ditangani oleh Rudi.Setiap hari Birendra mengambil alih tugas Mahira sebagai direktur pelaksana rumah sakit dan mengerjakan semuanya di ruang rawat inap hingga rumah sakit menjadi rumah kedua bagi Birendra."Pak Hasan ti

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 164 Memilih Jalan Yang Tepat

    "Selamat pagi dunia.""Terima kasih untuk berkat-Mu hari ini, Allah."Cahaya pagi menyelinap masuk melalui jendela rumah sakit, menerangi lorong-lorong yang mulai sibuk dengan aktivitas para dokter dan perawat. Di antara mereka, seorang pria dengan jas dokter yang baru saja dikenakan kembali setelah sekian lama berjalan dengan langkah penuh harapan sembari bergumam sendiri.Wajahnya masih sedikit pucat, tetapi terlihat di matanya berbinar. Dia menarik napas dalam-dalam seolah ingin meresapi udara rumah sakit yang begitu familiar, tempat yang pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya sebelum semuanya berubah."Dokter Arya, senang berjumpa dengan anda lagi," kata seorang perawat yang kebetulan berpapasan dengannya."Saya juga senang berjumpa dengan kalian lagi," balas Arya seraya tersenyum."Selamat bertugas kembali, Dok," ucap salah satu perawat wanita."Terima kasih suster Wina."Arya melanjutkan kembali langkah kakinya menuju ruang berkumpulnya para dokter sebelum bertugas di pagi i

  • Dikejar Lagi Oleh Suamiku   Bab 163 Kapan Kamu Bangun, Mahira?

    "Ayo Mahira ....""Kamu pasti bisa melewati ini semuanya. Berjuanglah."Di ruang operasi yang dipenuhi suara mesin pemantau detak jantung dan alat-alat medis, Dokter Gatot berkeringat di balik masker bedahnya. Tangannya yang bersarung tangan lateks bergerak cepat, berusaha menghentikan pendarahan hebat di otak Mahira. Para perawat dan petugas anestesi bekerja dengan cekatan, saling bertukar pandang setiap kali tekanan darah pasien turun drastis.“Tekanan darahnya anjlok lagi, Dok!” seru seorang perawat, suaranya tegang.Dokter Gatot mengatupkan rahangnya dengan napasnya yang tertahan. “Tambahkan satu ampul epinefrin. Kita harus stabilkan dia dulu.”"Baik, Dok."Jarum jam terus berdetak, tapi keadaan Mahira tak juga membaik. Sudah tiga jam lamanya Dokter Gatot yang menggantikan Arya mengoperasi Mahira, keadaan di ruang operasi sungguh mendebarkan."Dokter Mahira, jangan menyerah. Anda harus berjuang demi dokter Arya!" seru perawat Raka mendampingi dokter Gatot.Para dokter dan perawat

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status