"Jawab Lucia, apa kau masih mencintaiku?" Dean kembali mengulang pertanyaannya, karena Lucia tidak kunjung menjawab sejak tadi. "Atau sudah ada pria lain yang menempati hatimu?"Lucia menelan salivanya dengan susah payah ketika melihat tatapan menuntut dari Dean. "Aku-aku ..." Dia kembali terdiam dengan kepala tertunduk."Baik, jika kau tidak bisa menjawabnya, akan kucari jawabannya dengan cara lain."Mendengar itu, Lucia seketika mengangkat wajahnya hingga dia kembali bertatapan dengan Dean."Jika kau tidak mencintaiku lagi, kau bisa menolakku kali ini." Dean merengkuh pinggang Lucia dan menarik ke arahnya hingga kedua tubuh mereka kembali menempel. "Tapi, jika kau tidak menolak sentuhanku, maka kuanggap kau masih mencintaiku."Belum juga Lucia sempat memberikan respon atas ucapan Dean, suaminya itu sudah menyatukan bibir keduanya.Setelah 5 menit berlalu, Lucia tidak juga menolak dan mendorongnya menjauh, Dean pun menarik sudut bibirnya disela-sela pagutannya dengan perasaan senang.
"Cemburu dengan mereka?" tanya Dean dengan tatapan lekatnya. Sudut bibirnya tertarik ketika melihat wajah Lucia nampak memerah."Tidak," elak Lucia seraya memalingkan wajahnya ke samping.Dean menangkup wajah Lucia, lalu berkata, "Kukatakan sekali lagi padaku, aku hanya mencintaimu. Mereka tidak berarti apa-apa untukku. Kau harus ingat itu."Wajah Lucia semakin merona. Melihat itu, Dean tidak tahan untuk mencium bibirnya. "Jangan tampilkan wajah seperti itu. Kau sama saja memancingku." Setelah itu, dia menjauhkan wajah setelah melumat singkat bibir istrinya hingga membuat wajah Lucia semakin merona. "Cepat keluar, sebelum aku berubah pikiran."Dia bisa saja menerkam istrinya kembali jika terus berada di dalam kamar mandi itu. Dean melangkah keluar dari kamar mandi, meninggalkan Lucia yang nampak masih mematung di tempat dengan ekspresi bingung.“Cepatlah, jika tidak, aku akan masuk kembali.”Lusia bergegas turun dan merapihkan rambutnya. Sudah tidak ada waktu lagi untuk menyemarkan b
"Masih lelah?" tanya Dean sembari menunduk menatap istrinya yang masih memejamkan mata. Lucia hanya mengangguk sebagai jawaban, dia semakin membenamkan wajah di dada suaminya ketika rambutnya dibelai dengan lembut. Nampaknya, Lucia masih betah berada di pelukan suaminya dan enggan untuk membuka mata."Maaf. Karena terlalu menahannya. Jadi, aku tidak bisa mengendalikan diriku."Bagaimana tidak, selama 3 tahun dia menahannya. Tidak pernah sekali pun dia mau menyentuh wanita lain, walaupun hasratnya sudah berada di puncak. Padahal, kalau dia mau, banyak sekali wanita yang secara suka rela menyerahkan tubuh mereka padanya. Bahkan banyak yang berusaha menggoda Dean secara terang-terangan. Namun, tidak pernah sekali pun Dean tergoda oleh mereka. Dia justru merasa jijik. Sudah banyak yang berusaha mendekatinya. Namun, tidak ada yang berhasil. Jangan wanita lain, Rebecca yang sudah jelas memiliki kecantikan di atas rata-rata saja ditolak mentah-mentah oleh Dean. Sepertinya, malam yang suda
Melihat Lucia sedang berdiri di balkon kamar mereka, Dean segera menyusulnya dan memeluknya dari belakang. "Kenapa langsung pergi?" tanya Dean lembut, tepat di dekat telinga kiri Lucia."Tidak apa-apa. Aku pikir kau sedang sibuk."Tadinya, dia berencana untuk menyusul Dean ke restoran untuk sarapan bersama setelah selesai mandi. Namun, ternyata dia sudah lebih dulu melihat Dean kembali bersama dengan wanita lain. Jadi, dia memutuskan untuk kembali ke kamar dan memesan layanan kamar saja."Tidak sibuk. Kau hanya berbicara dengan Nolan sebentar, dan Karin tiba-tiba datang."Dean tentu saja tahu maksud dari kata "sibuk" yang diucapkan oleh istrinya. itu sebabnya dia langsung menjelaskan pada Lucia mengenai wanita yang tadi bersamanya."Karin nama wanita tadi?" Nama itu terdengar familiar di telinga Lucia. Namun, dia lupa di mana dia mendengarnya. Apa mungkin itu salah satu wanita yang dulunya pernah mengejar Dean, melihat suaminya itu nampak akrab dengan wanita itu. Bahkan Dean sempat m
"Kenapa kak Dean jahat sekali denganku?" Karin bertanya dengan wajah kesal setelah dibawa masuk oleh Nolan ke dalam kamarnya. "Dia langsung berlari mengejar istrinya dan meninggalkanku begitu saja. Dia seperti bukan kakak Dean yang kukenal."Nolan yang sedang berdiri di depan Karin, mencoba untuk menenangkannya ketika melihat adik sepupu Dean itu terlihat sedang kesal. "Nona, seharunya kau tidak boleh terlalu menempel pada Tuan Dean.”“Apa yang salah dengan itu?” Karin bertanya dengan ekspresi marah. “Aku sudah sering melakukannya dulu. Lagi, pula, aku melakukan itu, karena aku merindukannya.”Nolan menghela napas sejenak, sebelum memberikan pengertian kembali pada wanita muda di depannya itu. “Nona, Tuan Dean sudah menikah, kau tidak boleh melakukan itu lagi. Kau bisa membuat mereka salah paham jika kau terus melakukan itu.” Dia masih berusaha tetap bersikap sopan pada Karin, meskipun wanita di depannya sudah mulai meninggikan suaranya tadi."Biarkan saja dia salah paham padaku. Aku
Saat terbangun di pagi hari, Lucia tidak melihat keberadaan Dean tidak kamar tersebut. Dia pun segera menyingkap selimut dan turun dari ranjangx kemudian melangkah menuju jendela kamarnya yang langsung menghadap ke arah teras luar. Dia melihat Dean sedang berenang di kolam renang pribadi.Senyuman lebar langsung terukir jelas di bibir tipisnya ketika melihat itu. Dengan segera, dia berjalan menuju kamar mandi untuk menggosok gigi serta mencuci wajahnya. Baru setelah itu, dia melangkah keluar, menyusul suaminya. “Sudah bangun?” tanya Dean ketika melihat istrinya berjalan mendekat ke arah kolam renang.“Iya,” jawab Lucia seraya mengangguk. “Kenapa tidak membangunkanku?” Lucia bertanya seraya duduk di kursi pantai yang berada di dekat kolam renang.“Aku tidak mau mengganggu tidurmu.” Dean berenang ke tepian, setelah itu naik ke atas. Ketika melihat pemandangan di depannya itu, Lucia nampak tertegunn dengan ekspresi kagum.'Astaga, kenapa dia terlihat sangat tampan dan seksi dalam keadaan
“Dean, kita akan pulang ke mana?” Lucia akhirnya bertanya setelah dia memasuki mobil yang terparkir tidak jauh dari pintu keluar bandara. Mereka baru saja tiba di kota Y, setelah berbulan madu selama 12 hari, lebih panjang dari rencana sebelumnya. Orang yang menjemput mereka adalah supir pribadi dari kakek Dean.“Kita ke tempat kakek dulu. Nanti kita baru pindah.”Itu sebenarnya permintaan kakek dan nenek Dean. Mereka merasa kesepian. Sebab itu meminta cucu mereka untuk tinggal sementara di kediaman Anderson.“Baiklah.”“Apa kau keberatan jika kita tinggal sementara di tempat kakek?”Lucia menoleh pada suami seraya tersenyum. “Tidak. Aku justru senang,” jawab Lucia. Setibanya di kediaman Anderson, keduanya langsung disambut antusias oleh kakek dan nenek Dean. Mereka terlihat sangat bahagia melihat kedatangan Lucia dan Dean. Tuan Federick dan nyonya Sheema segera membawa mereka ke ruangan keluarga, dan menyuruh pelayan untuk menyiapkan makan untuk Lucia dan Dea.Setelah makan siang d
“Ada apa denganmu? Kenapa wajahmu murung begitu?” Renata bertanya seraya memandang wajah Lucia yang nampak tidak bersemangat. Sudah satu jam, Renata berada di apartemen miliknya yang masih di tempati orang tua Lucia, dan sejak tadi, Renata perhatikan kalau Lucia terus menatap ke arah ponselnya. Seperti sedang menunggu sesuatu.“Bukankah seharusnya kau bahagia, karena sudah menikah dengan Dean?” tanya Renata lagi setelah mendengar helaan napas halus sahabatnya.“Dean pergi sejak pagi tadi dan dia belum menghubungiku sampai sekarang.” Setelah menelpon Jossy, Lucia meminta izin pada pada tuan Federick dan nyonya Sheema untuk mengunjungi orang tuanya. Beruntung, Renata juga sedang tidak bekerja. Jadi, dia menghubungi Renata dan memintanya untuk datang menemuinya.“Memangnya dia ke mana?”Lucia yang sedang berbaring di tempat tidur, akhirnya menggeleng dengan wajah lesu. “Dia tidak memberitahuku.” “Mungkin saja dia ada urusan penting.”“Urusan penting apa sampai dia tidak bisa mengabarik