Share

Melempar Kesalahan

Sebuah suara yang sangat tidak ingin Elena dengar, menyapa telinganya begitu Elena menjejakan kakinya di lobi kantor. Tanpa menoleh pun, wanita itu tahu jika saat ini Damarlah pria yang pagi itu menyapanya. Tanpa tahu malu pria itu mendekat ke arah Elena yang tengah bersiap pergi. "Len, kenapa panggilanku dari semalam gak kamu jawab?" tanya Damar dengan wajah khawatir yang bisa Elena tangkap.

Jika saja Elena tidak mengetahui perselingkuhan Damar, mungkin wanita itu akan merasa bersalah karena sudah membuat kekasihnya khawatir. Tetapi saat ini, setelah ia mengetahui semuanya. Elena justru merasa jijik dengan sikap khawatir yang pria itu tunjukan kepadanya.

Elena memilih mengabaikannya dan berjalan cepat melewati pria itu. Ia tidak ingin membahas apapun yang akan membuat suasana hatinya memburuk. 

Langkahnya terpaksa terhenti karena pria itu dengan kurang ajar mencekal tangannya. "Kamu mau kita ngomong di sini supaya orang lain dengar atau ikut aku, kita bicara baik-baik?" ucap Damar dengan penuh penekanan, membuat Elena mau tidak mau mengikuti keinginan pria itu.

Elena menyentak cekalan tangan Damar. Damar yang merasa Elena tengah emosi dengannya membawa Elena masuk ke dalam mobilnya untuk membicarakan masalah mereka, karena sesungguhnya pria itu penasaran dengan perubahan sikap Elena yang sedemikian drastis ini.

"Apa yang mau kamu omongin?" tanya Elena langsung pada intinya.

“Loh, bukannya kamu yang harusnya ngomong apa alasan kamu ngilang dari kemarin?” Damar menatap Elena dengan heran, karena bukankah seharusnya Damar yang marah saat ini?

“Kamu yakin nanya ini ke aku? Ke mana kamu kemarin? Oh, pasti kamu lupa, lah. Orang lagi enak-enakan selingkuh,” sindir Elena yang berhasil membuat wajah Damar pucat pasi.

“Ka-kamu ngomong apa sih? Aku gak ada selingkuh. Kemarin aku sibuk dan baru pulang tengah malam,” bohong Damar.

“Oh, yah? Lalu kamu bisa jelaskan siapa wanita berambut merah yang ada di kamar kamu? Kamu bisa jelaskan apa yang kalian lakukan di dalam kamar kemarin?” todong Elena dengan tatapan tajam yang tertuju pada Damar.

Pria itu menelan salivanya susah payah. Tamat. Tamat sudah ia kali ini. Elena sudah mengetahui semuanya. Wanita itu sudah tahu tentang perselingkuhannya dengan Janeta.

"Aku minta maaf." Damar mencoba meraih tangan Elena, tetapi dengan sigap wanita itu menjauhkan tangannya dari jangkauan Damar. Elena merasa jijik dengan pria itu. Bahkan hanya dengan sentuhannya saja bisa membuat Elena bergidik. Jangankan untuk disentuh. Berada didalam ruangan yang sama dengan pria itu saja sudah membuat Elena muak. 

Bayangan Damar dan perempuan itu melakukan hubungan badan di saat mereka masih menjadi pasangan kekasih terus berputar di kepalanya. Membuat Elena muak dengan Damar yang saat ini menatapnya dengan tatapan sendu.

"Kamu ingin aku memaafkan kamu? Oke, aku maafkan. Setelah ini tolong jangan pernah lagi muncul di hadapanku," ucap Elena yang sudah bergerak memegang membuka pintu, tetapi dengan sigap ditahan oleh Damar.

Pria itu panik begitu mendengar ucapan Elena. Nada suara Elena terdengar dingin yang menyiratkan jika situasi saat ini tidak baik-baik saja. Damar hafal bagaimana sikap Elena. Wanita itu akan bersikap datar jika sedang marah dan Damar tidak menyukainya. 

"Len, tolong kasih aku kesempatan. Sekali ini aja, sayang?" tanya Damar dengan hati-hati. 

Elena hanya bisa memandang wajah pria di hadapannya ini dengan tatapan mencemooh. Sayang katanya? Mungkin ketika hubungan mereka masih baik-baik saja kata 'sayang' akan terdengar romantis di telinga Elena. Tetapi setelah kejadian kemarin, entah mengapa kata itu terdengar sangat memuakkan baginya, apa lagi itu terlontar dari bibir pria yang tega menghujani ciuman di sepanjang tubuh wanita lain di depan matanya.

"Len. Lebih baik kamu pukul aku. Kamu bentak-bentak aku daripada kayak gini. Aku tahu aku salah. Tapi kasih aku kesempatan sekali ini aja, Len," bujuk Damar dengan tatapan memohon. Sementara Elena hanya memandang pria itu dengan tatapan datar. 

Elena sudah tidak ingin kembali bersama Damar. Ia berprinsip jika perselingkuhan tidak akan pernah termaafkan olehnya. Terlalu bodoh baginya untuk memberikan kesempatan bagi orang yang tega mengkhianati kepercayaannya.

"Buat apa?" tanyanya dengan sebelah alis terangkat. Membuat Damar menelan salivanya kasar, begitu mendengar nada dingin yang keluar dari bibir Elena. Sungguh, ia benar-benar takut saat ini.

"Memangnya dengan begitu, kejadian kemarin tidak akan terjadi?" lanjutnya.

"Maafin aku, Len. Aku janji gak akan mengulangi hal kayak kemarin lagi. Asal kamu gak pergi ninggalin aku,” mohon Damar yang tidak ingin Elena meninggalkannya. Ia memohon dengan sangat. Damar rela merendahkan dirinya demi meraih Elena kembali.

"Apa kalian sering melakukan hal kayak kemarin?" tanya Elena dengan tatapan tajam yang terarah pada pria di hadapannya itu. Membuat Damar kembali menelan salivanya dengan susah payah. Pertanyaan yang Elena lemparkan bukanlah pertanyaan yang mudah untuk dijawab. Dirinya tahu risiko yang akan didapatkan jika menjawab pertanyaan dari wanita itu. Damar tahu Elena tidak akan memaafkannya kali ini.

"Len, maafin aku. Kamu mau aku gimana supaya kamu maafin aku?" tanya Damar mencoba mengalihkan pembicaraan.

"Kamu mau melakukan apa permintaan aku?" Damar menganggukkan kepalanya dengan cepat, ia akan melakukan apapun agar hubungannya dengan Elena bisa terselamatkan. Sungguh ia sangat mencintai Elena dan tidak mau kehilangan wanita itu.

"Jangan pernah ganggu aku lagi. Jangan pernah menghubungi aku lagi. Pergi sejauh-jauhnya dari hidup aku," ucap Elena dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya. Perasaan Damar memanas. Ia tidak terima dibuang begitu saja oleh Elena. Apakah perjuangannya untuk mendapatkan hati Elena tidak menjadi pertimbangan wanita itu untuk membuat keputusan? Mengapa hanya karena kesalahan kecil saja, Elena dengan mudah membuangnya? Terlebih, ia sudah merendahkan dirinya demi mendapatkan Elena kembali padanya.

"Kamu ngomong apa? Kamu minta kita putus? Segampang itu?" tanya Damar dengan wajah memerah. Emosinya naik secara drastis, begitu mendengar permintaan Elena. Ia tidak mau melepaskan Elena. Wanita itu adalah masa depannya. Hanya dengan wanita itu Damar membayangkan pernikahan. Jadi, jangan harap Elena akan semudah itu ia lepaskan.  

"Kenapa? Tadi kamu sendiri kan yang tanya apa mau aku? Aku rasa itu hal yang mudah buat kamu lakukan," ucap Elena merespon kemarahan Damar.

"Gak waras kamu, yah? kita udah lama pacaran dan seenaknya kamu minta putus?" sembur Damar dengan nada sarat akan emosi.

“Iya. Aku memang sudah gak waras.” Elena menjawab dengan ekspresi marah..  

“Wanita mana yang masih bisa waras ketika melihat pacarnya tidur sama wanita lain!“ teriak Elena di depan wajah Damar. Wanita itu akhirnya lepas kendali setelah berusaha sekuat tenaga menahan gejolak amarah di dadanya.

"Kamu tahu kalau aku gak akan pernah memaafkan perselingkuhan apapun alasannya. Kamu tahu itu. Tapi, kamu.” Tunjuk Elena di depan wajah Damar. “Kamu dengan mudah hancurkan kepercayaan aku. Kamu yang sudah hancurin hubungan kita,” ucap Elena dengan suara meninggi. 

Elena marah, ia sudah tidak bisa lagi berpura-pura terlihat baik-baik saja. Semua topeng yang ia pakai untuk menutupi hatinya hancur. Elena tidak sekuat itu untuk menghadapi hancurnya hubungan mereka. Empat tahun bukan waktu yang singkat untuk menyudahi hubungan mereka ini. Hubungan mereka tidaklah sebercanda itu. Tetapi mengapa dengan mudah pria di hadapannya ini bersikap seolah apa yang ia lakukan hanyalah kesalahan kecil.

"Aku gak selingkuh, Len,” ucap Damar dengan nada frustasi begitu melihat Elena hancur seperti ini karena ulahnya. Melihat Elena seperti itu nyatanya juga membuat perasaannya hancur. 

"Kamu pikir aku buta? Aku melihat dengan jelas apa yang kalian lakukan!" ucap Elena disela tangisnya yang belum mereda, ia menarik nafasnya terlebih dahulu sebelum melanjutkan kalimatnya. Amarah membuat dadanya sesak dan ia butuh menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Aku bahkan mendengar desahan puas dari mulut kamu yang kotor itu!" Elena meledakan amarahnya di depan wajah Damar. Sosok yang selama ini bersikap lembut, kini berubah menjadi sosok yang tidak Damar kenal. Ia tidak menyangka jika Elena hilang kontrol seperti ini.

Ternyata wanita yang selama ini diam dan lembut. Jika dalam keadaan marah, akan jauh lebih menyeramkan. "Kita cuma friends with benefit. Aku bahkan gak pernah pakai perasaan saat ngelakuin itu. Aku cuma cinta sama kamu.” Damar berusaha memberikan penjelasan kepada Elena. Semarah apapun Elena saat ini padanya, Damar tetap tidak ingin mereka berpisah.

"Apa? Cinta? Kamu pikir aku bodoh? Cinta model apa yang biarin tubuhnya dinikmati wanita lain?" ucap Elena penuh penekanan.  

"Cinta macam apa yang dengan mudah menghancurkan kepercayaan pasangan kamu?" Elena menatap tajam penuh kebencian pada pria itu.

"Cinta macam apa yang menyakitkan kayak gini?" teriak Elena di depan wajah Damar. Ia benci pria yang sudah salah namun masih membela dirinya seperti apa yang dilakukan Damar saat ini. Benar-benar brengsek.

"Aku cinta banget sama kamu, Len. Cinta aku cuma buat kamu. Bahkan walaupun tubuh aku dinikmati sama wanita manapun hati aku cuma buat kamu. Aku berhubungan sama dia gak pakai hati. Itu semua pure karena aku butuh. Tapi kamu, gak pernah mau penuhi kebutuhan aku." Akhirnya segala yang Damar tutupi ia bongkar dengan sendirinya. 

Pria itu mengakui telah menjalani hubungan friends with benefit dengan wanita itu karena membutuhkan seseorang sebagai penyalur hasratnya. Hasrat yang tidak bisa dibagi kepada Elena karena wanita itu menolak dengan tegas hubungan badan sebelum menikah.

"Sekarang kamu nyalahin aku?" tanya Elena dengan tatapan tidak percaya. Ternyata selama ini Damar hanya memakai topeng sebagai pria baik-baik. Nyatanya kini semua terbongkar. Sepengecut apa pria ini. Elena tidak habis pikir, bagaimana pria di hadapannya ini betah mengenakan topengnya selama bersama Elena. Berpura-pura menjadi sosok yang mencintai Elena dengan mengalah, seolah menghargai keputusan Elena untuk tidak berhubungan badan sebelum menikah. Namun, nyatanya pria itu berhubungan dengan wanita lain selama berpacaran dengan Elena.

“Aku menghargai keputusanmu. Aku gak pernah maksa kamu. Tapi jangan salahin aku berhubungan dengan Janeta kalau kamu sendiri aja gak mau memenuhi kebutuhan aku.”

Jawaban yang diberikan Damar membuat Elena terkekeh. Mungkin saat itu ia sudah tidak waras karena masih tetap diam tanpa menampar mulut menjijikan Damar. Elena menghapus air matanya dengan gerakan santai. “Gini yah, Dam. Janeta-mantan kamu itu. Kalian sudah berkali-kali kan hubungan sex?” tanya Elena sambil menyeringai disertai senyum mengejek.

“Tapi… nyatanya kalian putus juga, kan? Terus… kalau aku ikutin caranya Janeta dengan kasih tubuh aku sama kamu. Memang menjamin kamu bakal terus sama aku?” Tubuh Damar membeku. Pertanyaan yang Elena lemparkan benar-benar menamparnya kali ini.

"Aku hanya akan memberikan tubuhku pada suami aku kelak. Aku menjaga tubuh ini untuk orang yang nantinya secara sah jadi suami aku. Jadi jangan harap aku mau memberikan tubuh ini hanya untuk lelaki yang tidak jelas akan jadi apa di masa depan aku nanti. Dan... benar, kamu cuma sampah yang hanya bisa melemparkan kesalahan kamu pada orang lain.” Elena menyeringai. Menyadari kesalahannya yang pernah buta untuk menyadari sifat asli Damar.

“Aku mau jadi suami kamu, Len. Aku bahkan sudah berkali-kali melamar kamu. Tapi apa? Kamu selalu nolak kan?”

Elena menggelengkan kepalanya, tidak percaya jika Damar masih mempunyai keberanian untuk menyalakannya lagi. Jadi pria itu benar-benar sebrengsek ini yah? Benar-benar akan menyudutkannya? “Kamu tau kenapa aku berkali-kali nolak kamu?” tanyanya.

“Gak. Aku gak tahu salah aku di mana. Selama ini aku sudah berusaha memberikan yang terbaik untuk kamu dan aku gak mengerti kenapa kamu gak pernah coba percaya sama aku.”

“Aku mencobanya,” jawab Elena sambil menatap Damar tepat di matanya. 

“Berkali-kali aku coba. Aku coba meyakinkan diri aku bahwa kamu yang terbaik walaupun itu sulit. Tapi… sekarang aku sadar. Ternyata perasaan aku benar.” Elena menatap Damar dengan tatapan kecewa. 

“Seharusnya sebelum melakukan itu kamu sudah memikirkan resikonya. Resiko kamu akan kehilangan aku. Jadi, dengarkan ucapan aku baik-baik. Hubungan kita sudah berakhir. Jadi jangan pernah menunjukkan wajah kamu lagi di depan aku." Elena mengatakannya dengan penuh penekanan. Membuat Damar membeku tanpa menyadari jika Elena mulai bergerak keluar dari mobil dan berharap pria itu mengerti jika semua sudah berakhir.

"Aku gak akan lepasin kamu gitu aja, Len. Sampai kapan pun kita gak akan putus," teriak Damar agar Elena yang sudah berada di luar mobil dapat mendengar apa yang ia katakan. Gak akan, Len. Sampai kapan pun kamu cuma milik aku. Aku akan melakukan apapun supaya kamu kembali sama aku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status