Kantor manajemen Rasky pagi itu masih terlihat sibuk menjawab panggilan yang tiada henti menanyakan klarifikasi gosip antara Rasky dengan Janeta.
Gosip yang beredar tentu saja merugikan Rasky. Karena ada banyak kontrak yang tiba-tiba dibatalkan sepihak karena berita yang dibuat oleh Janeta. Rasky dan timnya pun dibuat frustasi dengan berita yang sangat tiba-tiba itu.
Di antara semua orang, Rasky yang terlihat paling frustasi dengan berita yang beredar. Bahkan, kliennya tidak segan-segan memutuskan kontrak kerja yang sudah deal sama dengan dirinya. Membuat Rasky syok, belum lagi beberapa perusahaan yang tiba-tiba meminta uangnya kembali karena Rasky dianggap sudah merugikan brand mereka.
Rasky benar-benar merasa jatuh. Ia yang sudah susah payah membangun karirnya harus menerima jika karirnya tengah tidak baik-baik saja hanya karena menolak keinginan Janeta yang dianggapnya tidak masuk akal.
Rasky tahu jika wanita itu menginginkan dirinya untuk berpur
Elena sudah duduk di dalam restoran. Siang tadi Diaz memberitahukannya jika manajer Rasky mengajak mereka bertemu sore ini. Kesempatan ini tentu saja tidak Elena sia-siakan. Mengingat ucapan Arletta yang sangat menginginkan Elena segera mendapatkan kontrak kerja itu.“Selamat sore, Mas Rasky dan Mas Gerald. Silakan duduk,” sapa Elena begitu melihat kedua pria itu masuk ke dalam restoran.“Terima kasih. Sebelumnya pihak kami meminta maaf kepada Mbak Elena karena baru sempat menghubungi hari ini,” ucap Gerald membuka pembicaraan dengan berbasa-basi.“Gak masalah, Mas Gerald. Saya paham kalau manajemen Mas Rasky pasti sedang sangat sibuk menyelesaikan masalah kemarin,” balas Elena santai, sementara lawan bicara kini menatap Elena dengan senyum kecut.Seolah tidak menyadari raut muram lawan bicaranya, Elena justru terus melanjutkan obrolannya membahas masalah Rasky dan Janeta tempo hari.“Sempat ramai, loh, beritanya. Ta
Elena melesat cepat masuk ke dalam kamarnya. Ia buru-buru melakukan panggilan ke nomor Rasky. Saat itu ia benar-benar marah dengan sikap Rasky yang seenaknya itu. Elena tahu jika ia berhutang pada Rasky karena telah menolongnya, tetapi bukan berarti dengan begitu Rasky bisa bersikap seenaknya kepada Elena."Halo, Len. Kenapa? Ada yang ketinggalan?" sapa Rasky dengan nada santai, seolah kejadian beberapa menit lalu tidak pernah terjadi."Mas tuh maunya apa? Apa maksud Mas bilang begitu ke Ibu saya? Mas sadar gak sih baru aja bikin masalah?" semprot Elena tanpa mau peduli dengan pertanyaan Rasky sebelumnyaRasky menyunggingkan senyum begitu mendengar nada amarah dari suara Elena. "Kamu tahu pasti maksud aku.""Apa? Mas, saya tekankan, yah. Saya bukan cewek gampangan kayak cewek-cewek yang biasa Mas mainin. Saya harap mas gak terlalu lancang untuk ikut campur urusan orang lain," ucap Elena penuh penekan. Jujur ia merasa jika sikap pria itu terlalu kelewatan ji
Elena berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya dengan keadaan setengah mengantuk. Langkah wanita itu terhenti kala membuka pintu ruangan divisinya. Ia menghembuskan napas panjang ketika melihat Nayla dan Miko tengah adu mulut pagi itu. Ia geleng-geleng kepala melihat keduanya yang seolah sudah memiliki energi penuh di pagi hari ini untuk bertengkar.Miko menoleh ke arah Elena begitu menyadari jika ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan mereka. Pria itu melemparkan senyum manis andalannya dan menyapa dengan nada menggoda, "selamat pagi, Bu Lena. Pagi ini terlihat cantik sekali. Beda banget auranya sama yang ada di depan saya." Elena yang melihat kelakuan Miko, hanya bisa menarik senyumannya terpaksa lalu menyapa balik Miko seadanya."Pagi Mba," sapa Nayla sambil tersenyum. Ia yang sudah bangkit dari duduknya, terlihat membawa kantong yang berisi makanan.Wanita itu menghampiri Elena dan memberikan kantung tersebut kepada wanita itu. "Pagi, Nay. Uangnya sudah kan?" tan
Elena begitu terkejut ketika mendapati seseorang yang beberapa hari ini ia coba jauhi. Bahkan kepergiannya keluar kota di samping karena ingin menggantikan Diaz, juga karena ia ingin sedikit menjauh dari pria itu. Elena masih malu dengan kelakuan jarinya yang telah lancang menekan gambar hati di sosial media pria itu.Suasana canggung langsung terasa. Ia berusaha menerka-nerka, sejak kapan pria ini berada di hotel yang sama dengannya. Seingatnya, selama beberapa hari Elena di sini, ia tidak pernah bertemu dengan pria itu. Lalu, sejak kapan pria itu menempati kamar tepat di depannya saat ini? Ini... hanya sekedar ketidaksengajaan bukan? Astaga apa yang sedang Elena harapkan memangnya? Ia mulai mencela pikiran sesaatnya itu.Tatapan pria itu mengenai tepat di matanya. Membuat tubuhnya entah mengapa canggung dengan keadaan saat ini. Tatapan pria itu memang tajam. Tetapi tidak menyiratkan intimidasi untuknya. Melainkan, menunjukkan sorot... rindu? Ah, lagi-lagi Elena men
Rasky menginjakkan kakinya di lobi kantor Elena sore itu. Sejak pagi ia sudah merindukan wanita itu. Ah, bukan-bukan. Sepertinya sudah sejak dirinya pergi keluar kota beberapa minggu lalu ia merindukan wanita yang sudah ia tandai sebagai wanita incarannya. Sehingga, tanpa mau pikir panjang, begitu pria itu menjejakkan kakinya di kota itu, Rasky langsung berencana untuk bertemu dengan Elena.Sepanjang dirinya memasuki kantor Elena, ada banyak pasang mata yang menatapnya penuh kekaguman. Wajah tampan dengan rahang tegas. Tubuh tegap dan atletis dengan kakinya yang jenjang sudah pasti menghipnotis banyak wanita untuk menatap Rasky tanpa berkedip. Senyuman tipis Rasky berikan untuk membalas sapaan resepsionis yang kini menyambutnya. “Saya mau bertemu dengan Elena.” Rasky langsung to the point menyebutkan nama wanita yang menjadi tujuannya datang ke kantor itu.Sang resepsionis yang paham jika lawan bicaranya tidak suka berbasa-basi langsung menghubungi ruanga
Melihat Elena yang tidak kunjung melanjutkan perkataannya dan malah terdiam sambil menatap ke arah pintu masuk, tentu saja membuat Rasky heran. Rasky mengikuti arah pandang Elena. Pria itu menengok ke arah pintu masuk.Tatapan Rasky tepat menatap ke arah Janeta yang datang bersama dengan seorang pria yang sudah beberapa kali Rasky lihat wajahnya. Ah, pantas saja Elena seperti itu. Ia lagi-lagi menemukan mantan kekasihnya bersama dengan selingkuhannya.Pandangan Rasky kembali tertuju pada Elena. Wanita itu menatap keduanya dengan pandangan nanar. Ada kecewa dan sedih dalam tatapannya, seolah menyampaikan segala isi hatinya yang mungkin tidak bisa ia gambarkan. Tanpa sadar, jika Elena tidak berhenti menatap keduanya hingga mereka duduk di kursi yang berada cukup jauh dari dirinya dan Rasky.Segala macam pikiran mulai berebut masuk di dalam kepala Elena. Ia mulai membandingkan dirinya dengan wanita yang kini duduk sambil tertawa bersama pria yang pernah menja
Janeta mengetuk pintu di hadapannya. Ia sudah mengetuk pintu itu berulang kali. Janeta sedikit merengut karena lama menunggu. Seorang pria muncul dari balik pintu. Wajahnya terlihat bingung mendapati Janeta berdiri di depan pintu kamarnya. "Lo ngapain?" tanyanya."Kangen," jawab wanita itu yang langsung masuk ke dalam kamar, meski tidak dipersilahkan masuk. Sementara Damar berdecak kesal karena Janeta masih saja bersikap seenaknya."Jangan bercanda. Ini sudah malam, Jan. Sebaiknya lo pergi," ucap Damar dengan wajah kesal. Seingatnya ia sudah mengantarkan wanita itu ke hotel tempatnya menginap. Lalu, untuk apa wanita itu muncul kembali di hadapannya seperti ini."Kamar kamu besar. Kalau tahu begini, mending aku tidur di sini aja, gak sih?" tanyanya tanpa tahu malu. Pasalnya Damar sudah menunjukkan ekspresi tidak bersahabat saat ini. Pria itu bahkan terlihat terganggu dengan kedatangannya."Mukanya biasa aja dong. Biasanya juga kita berbagi kamar. Malah... kita ser
Elena pernah berada di keadaan membenci Rasky. Sanga-sangat membenci pria itu. Ia yang awalnya begitu mengagumi bahkan mengidolakan pria itu, mendadak sangat tidak menyukainya. Elena masih ingat bagaimana kejadian beberapa tahun lalu, kejadian di mana ia pada akhirnya memilih untuk berhenti menyukai Rasky.Setelah kejadian dirinya bersitegang dengan pihak keamanan di lokasi syuting. Keesokan harinya Ia mendatangi kantor manajemen Rasky dengan emosi yang masih meledak-ledak. Hari itu ia berhasil bertemu dengan manajer Rasky.Seorang pria yang dengan wajah gugup mendatanginya. Membawa berita jika sang artis kembali tidak bisa bertemu sekaligus meminta maaf. Dengan ekspresi bersalah, pria itu mewakili Rasky meminta maaf kepadanya. Tidak. Bukan ini yang Elena inginkan. Ia ingin Rasky yang meminta maaf langsung kepadanya dan bukan orang lain.Bersama dengan Diaz yang turut datang menemaninya, Elena kembali memaksa untuk bertemu dengan Rasky dan menuntut permohonan maaf dari sang artis.Ma
Rasky terdiam beberapa detik begitu mendapatkan tubuh Elena yang menubruk tubuhnya. Merasa heran dengan Elena yang tiba-tiba menenggelamkan wajahnya di dada Rasky dengan tubuh bergetar kuat.Pria itu menduga jika Elena sedang tidak baik-baik saja dan membutuhkan dirinya. Berusaha menenangkan Elena, Rasky kemudian melingkarkan tangannya memeluk wanita itu. Memberikan rasa aman dari tubuhnya yang ketakutanCukup lama mereka berada di posisi itu. Saling berpelukan dan hanya ada keheningan malam yang menemani mereka.Rasky tidak ingin bertanya apa yang menyebabkan Elena bersikap seperti ini. Baginya, yang saat ini Elena perlukan hanya rasa aman. Sedangkan hal lain, Rasky bisa menunggu. Menunggu Elena percaya untuk menceritakan semuanya.Pelukan mereka pun terurai setelah beberapa menit kemudian. Rasky tampak terkejut begitu mendapati wajah Elena terlihat pucat. Seulas senyuman coba Elena berikan ketika melihat ekspresi terkejut yang Rasky berikan. Seola
Damar masih berdiam di dalam mobilnya yang ia parkir tidak jauh dari pintu masuk restoran. Ia masih setia berada di sana, walaupun Elena dan teman-temannya sudah sepuluh menit lalu meninggalkan resto.Damar diam dalam semua pikiran yang terus berjejal masuk ke dalam otaknya. Dan sekarang, kepalanya sudah benar-benar dipenuhi berbagai dugaan.Belakangan ini ternyata ia terlalu percaya diri. Terlalu percaya jika seorang wanita yang pernah ia sakiti akan menerimanya kembali dengan tangan terbuka. Akan kembali bersedia merajut cinta yang bahkan sudah ia rusak tidak bersisa.Yah, ia lupa jika Elena bukan wanita yang hanya bisa menangis ketika dirinya disakiti. Damar lupa jika luka yang ia berikan pada Elena bukanlah sekedar kesalahan yang bisa dimaafkan hanya dengan kata maaf.Damar sudah berhubungan cukup lama dengan Elena. Namun, baru kali ini ia tertampar dengan kenyataan jika ia tidak begitu mengenal mantan kekasihnya itu.Hah... mantan
Damar baru saja menyelesaikan syutingnya bersama tim dari Lunar TV. Hari baru saja beranjak siang. Tapi entah mengapa ia sudah sangat kelelahan dan tidak bersemangat.Lelah. Hanya kata itu yang bisa Damar gambarkan untuk dirinya kali ini. Niat awal ia terlibat dengan Lunar TV adalah demi mengejar kembali Elena. Dan..., yah memang. Ia jadi lebih sering melihat Elena. Tapi... hanya sebatas itu.Elena dekat dengannya. Masih dapat ditangkap keberadaannya oleh matanya. Namun, wanita itu sebenarnya sungguh jauh. Jauh, hingga tidak tergapai oleh tangannya.Hubungan mereka tidak hanya kembali ke titik nol. Tapi mungkin bisa jadi ada di posisi minus. Elena bukan lagi memandangnya dengan tatapan asing. Tetapi dari kilat matanya, Damar tahu jika amarah itu masih ada. Dan itu jelas membuatnya sadar jika Elena sudah pasti tidak mau berhubungan apapun dengan dirinya.Kali ini, Elena lebih sulit ia dekati. Lebih sulit daripada ketika mereka belum saling mengenal.
Elena berdiri tidak jauh dari Rasky yang sedang fokus menjalani syuting. Ia sengaja berada di situ karena permintaan Rasky untuk berada tidak jauh dari pria itu dengan alasan agarmudah merespon apa yang dibutuhkan Rasky.Elena menyadari itu semua hanyalah akal-akalan Rasky saja. Karena semenjak proses syuting berlangsung, apa yang menjadi kebutuhannya sudah disiapkan oleh asisten pria itu.Sementara Elena hanya diminta duduk manis saja tanpa melakukan apapun. Jadi dia minta gue yang handle syuting cuma buat liatin dia doang? bener-bener modus.Tatapan menyipit Elena lemparkan ke arah pria itu begitu menyadari cara lelaki itu mendekatinya. Ia memandang Rasky yang tengah sibuk di depan kamera. Pria itu terlihat luwes sekali mengikuti arahan tim kreatif. Ia juga tidak kesulitan untuk bergaya walaupun saat itu ada banyak orang yang turut ikut dalam pekerjaan kali ini.Tanpa sadar, Elena jadi memperhatikan setiap gerak Rasky. Kulit putih pria itu terliha
Elena tengah bersiap-siap di dalam ruangannya. Ia melakukannya dengan terburu-buru karena sebelumnya ia baru saja selesai memberikan briefing kepada timnya yang akan ia tinggal seharian ini.Yah, seharian ini ia akan menemani Rasky. Pria satu itu benar-benar luar biasa. Karena hanya seorang Rasky Karindra saja artis yang memberikan syarat secara personal untuk ditemani oleh Elena selama proses syuting berlangsung."Aku gak balik kantor lagi, yah. Tapi kalau ada yang penting bisa hubungi aku kok," ucapnya di depan pintu ruang kerjanya sambil menatap Diaz dan Nayla."Siap, Mba. Kita justru yang khawatir Mba ada apa-apa di sana. Mengingat Mas Rasky bakalan seharian recokin Mba terus." Nayla menatap Elena dengan tatapan prihatin.Nayla sudah mendengar kabar jika Rasky memiliki permintaan khusus untuk kerjasamanya dengan perusahaan milik Arletta. Di mana pria itu ingin segala keperluannya selama bekerjasama ditangani langsung oleh Elena. Tahu
Elang dan Rasky sama-sama saling mengayunkan bogem mereka ke tubuh lawannya. Tentu saja hal ini membuat Elena berteriak histeris untuk menghentikan pertikaian keduanya yang entah apa sebabnya.Elena bahkan tanpa pikir panjang menghadang Rasky yang bersiap kembali memukul wajah Elang yang sudah membiru di beberapa sisi. "Udah! Berhenti! Dia adik aku!" teriak Elena.Tinju Rasky yang sudah hampir mengenai wajah Elang, menggantung di udara begitu saja. Tatapan tajam yang sejak awal ia pasang kini berubah menjadi tatapan terkejut begitu melihat Elena menatapnya tajam."Kamu ngapain sih, Mbak? Kalau kena pukul gimana?" teriak Elang yang tanpa sadar menaikkan nada suaranya yang khawatir jika sampai Elena terkena pukulan."Kamu yang ngapain?" ucap Elena dengan nada tidak kalah tinggi, wanita itu bahkan sudah menatap Elang tajam."Dan kamu juga. Ngapain kamu pukul Adik aku, hah?" tanya Elena pada Rasky yang kini terlihat kebingungan.
Rasky sudah rapi di hari libur yang seharusnya pria itu habiskan untuk meringkuk seharian di atas kasur seperti biasanya. Namun, itu tentu saja berbeda untuk hari ini dan mungkin akhir pekan selanjutnya."Lo ganteng banget ternyata," ucap Rasky pada bayangan dirinya yang tengah tersenyum di dalam cermin. Memastikan sekali lagi penampilannya sudah benar-benar memuaskan, ia pun melangkah keluar apartemennya.Sambil bersiul riang ia berjalan di koridor. Sesekali ia tersenyum memikirkan apa yang akan ia lakukan seharian ini bersama… ekhem pacarnya. Ah, membayangkan saja sudah membuat dadanya berdebar.Rasky menjalankan mobil kesayangannya seorang diri tanpa ditemani asisten ataupun manajernya. Ia benar-benar ingin berdua saja dengan Elena.Pria itu menepikan mobilnya di sebuah komplek perumahan yang sudah beberapa kali pria itu singgahi. Ia sempat melirik kaca spion untuk memastikan kembali penampilannya.Dengan senyum terkembang. Ra
Elena masih bergelung di dalam selimut pagi itu. Ia sudah berniat untuk menghabiskannya akhir pekan ini untuk hibernasi saja di dalam kamar. Wanita itu benar-benar ingin mengistirahatkan pikirannya dari semua masalah yang terjadi belakangan ini.Ketukan di pintu kamarnya kembali terdengar. Elena yang sedang dalam mode malas, bukan tidak mendengar. Tetapi ia terlalu enggan untuk menemui sosok di balik pintu."Mba... ini udah siang. Mau sampai kapan lo tidur?" teriak Elang yang mulai menggedor pintu kamar Elena dengan tidak sabaran.Elang sepertinya benar-benar gigih mengganggu waktu libur Elena kali ini. Padahal biasanya pria itu sudah pergi bekerja di pagi hari.Walaupun masih menjadi mahasiswa, Elang terkadang mengambil pekerjaan freelance di waktu libur.Elena yang tahu jadwal Elang, awalnya merasa aman. Ia memang berniat menghindari pria itu. Memilih diam di dalam kamar sampai Elang pergi bekerja. Namun, jika begini caranya, bagaimana bisa E
Elena sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. Hidupnya di beberapa bulan belakangan mendadak rumit. Ia kehilangan kehidupan ketenangannya yang dulu.Entah ini bermula sejak ia menemukan Damar yang berselingkuh. Atau ketika ia bertemu dengan pria bernama Rasky.Kedua hal itu terjadi hampir bersamaan. Dan keduanya juga berhasil mengguncang kehidupan Elena. Tetapi… mengapa hanya pria itu yang ada di pikirannya kini. Pria yang berhasil membuat Elena yang cuek menjadi penasaran karena tingkahnya yang tidak bisa diprediksi.Terkadang pria itu mengejarnya. Tetapi keesokannya bisa saja pria itu menghilang. Atau bisa saja ia menjadi orang paling manis tetapi terkadang pria itu bisa jadi sosok yang menyebalkan.Kadang bisa sangat mengalah tapi di beberapa pertemuan bisa menunjukkan sikap keras kepalanya.Ini membingungkan Elena. Ia bingung akan menentukan keputusan apa yang akan ia buat karena tidak ada hal yang bena