Elena baru saja melangkahkan kakinya keluar dari restoran sebuah hotel. Malam itu ia baru saja menyelesaikan meeting dengan seorang klien yang kebetulan menginap di hotel tersebut. Sambil menunduk, Elena yang saat itu tengah fokus memesan taksi online yang saat itu entah mengapa sulit sekali ia dapatkan.
"Hari ini kamu menginap yah, temenin aku?" Suara wanita yang terdengar tengah merayu terdengar di telinga Elena yang masih enggan menegakkan pandangnya.
"Kamu kan udah putus dari Elena. Jadi gak ada alasan lagi dong buat kamu balik cepet-cepet ke apartemen. Ayo lah, malam ini akan aku galau kamu karena perempuan itu hilang," lanjut si wanita terdengar menggoda, membuat Elena terdiam beberapa detik begitu mendengar namanya disebut.
"Yah, bener juga. Gue emang butuh hiburan buat hilangin stres gue," ucap si pria dengan suara yang teramat sangat Elena kenal.
Secara refleks Elena menegakkan kepalanya. Matanya tepat menatap Damar dan Janeta yang tengah berjalan sambil merangkul mesra layaknya sepasang kekasih yang tengah dimabuk asmara.
Elena menggigit bibir dalamnya. Berusaha sekuat tenaga menahan emosinya yang memuncak. Elena merasa dipermainkan dan merasa terhina dengan sikap mantan kekasihnya itu.
Baru kemarin pria itu memohon kepadanya agar tidak memutuskan hubungan mereka. Baru beberapa menit lalu pria itu mengatakan rindu dan berharap agar diberikan kesempatan untuk kembali bertemu. Baru beberapa detik lalu pria itu mengirimkan pesan jika ia akan memperjuangkan Elena kembali kembali padanya seperti dulu.
Tetapi apa yang Elena lihat saat ini sudah cukup membuatnya tersadar. Jika penghianat akan selamanya seperti itu. Jika orang yang gemar selingkuh akan selamanya mendua. Jika pembohong tidak akan pernah jera.
Hati Elena teriris. Bohong jika ia mengatakan dirinya baik-baik saja. Bohong jika Elena mengatakan dirinya tidak terluka karena nyatanya sakit itu nyata. Luka itu kembali menganga.
Kurang apa dirinya hingga Damar tega mengkhianatinya? Apa salah Elena hingga ia harus menerima hukuman yang tidak pernah ia bayangkan perihnya.
Rasa marah, kecewa dan terluka menjadi satu. Hubungannya bersama Damar bukanlah main-main. Mereka bahkan sudah menjalin hubungan cukup lama, bahkan hitungan tahun. Tidak semudah itu bagi Elena untuk menghapus semua kenangan mereka. Namun, untuk tetap bertahan pun ia juga sudah sangat terluka.
Elena bahkan tidak tahu sudah selama apa Damar mengkhianatinya di saat ia benar-benar sudah memberikan hatinya pada pria itu. Karena sejujurnya bagi Elena jatuh cinta itu tidaklah mudah.
Selepas mengetahui perselingkuhan Damar, hidup Elena tak lagi sama. Tidak ada satu malam pun yang ia lewati tanpa air mata. Tidak ada satu malam pun ia lewati tanpa menyalahkan dirinya yang gagal dalam hubungan ini. Tiada satu malam pun Elena lewati tanpa bertanya apa salahnya? Mengapa semua harus Elena alami? Apakah belum cukup penderitaan Elena akibat pengkhianatan selama ini?
Jika belasan tahun lalu ia sudah menjadi korban dari keluarganya yang hancur karena perselingkuhan sang Ayah. Kini Elena kembali harus menjadi korban dari perselingkuhan Damar. Seakan hidup memang ia tidak diperbolehkan mengecap kebahagiaan dari cinta seorang pria yang memang tulus kepadanya.
Setetes air mata mengalir dari pelupuk mata Elena. Ia pikir air matanya sudah kering karena menangisi pria itu. Elena pikir dirinya sudah mati rasa. Nyatanya perasaannya sendiri pun berkhianat karena masih menyimpan rasa kecewa yang akhirnya kembali ia tangisi.
Sehelai sapu tangan terulur tepat di depan wajahnya. Dengan ekspresi bingung Elena menoleh kepada si pemilik yang ternyata berhasil membuat dirinya terkejut.
"Cepet hapus. Kalau mau nangis jangan di depan umum gini, nanti kamu malu," celotehnya tanpa mau memandang wajah Elena.
Wanita itu mengusap air matanya kasar. Menolak benda yang diberikan Rasky kepadanya. "Terima kasih. Saya permisi duluan, Mas," balas Elena yang sudah tidak memiliki tenaga untuk sekedar berbasa-basi dengan Rasky.
Wanita itu berjalan menuju pintu keluar secepat yang ia bisa. Malam ini ia tidak mau terlibat apapun dengan Rasky. Ia tidak ingin lagi dikasihani oleh pria itu.
Kembali mengotak-atik ponselnya, wajah Elena tiba-tiba berubah pucat kala melihat ponselnya mati kehabisan daya. "Ya ampun... kenapa harus mati di saat kayak gini, sih," gerutunya yang mulai kesal. Hari yang beranjak malam disertai hujan yang mengguyur sejak siang membuat Elena benar-benar membuat dirinya kesusahan untuk pulang dari hotel itu.
Menghela napas kasar, Elena kemudian berjalan keluar dari area hotel. Berharap ada taksi yang lewat untuk mengantarkannya pulang.
Bunyi klakson terdengar mengejutkan Elena. Dengan wajah kasar wanita itu menoleh ke arah si pemilik mobil. "Ayo masuk, biar aku antar kamu pulang. Udah malam gini gak bakalan ada taksi kosong yang lewat," tawar Rasky dari dalam mobil yang pria itu kendarai.
Gerimis yang saat itu berubah menjadi hujan lebat membuat Elena tidak punya pilihan lain. Ia dengan terpaksa akhirnya masuk ke dalam mobil Rasky dan menerima tawaran pria itu untuk mengantarkannya pulang.
Kesunyian mulai merajai suasana di dalam mobil selepas Elena menyebutkan alamat rumahnya. Sepanjang perjalanan tidak ada yang mau membuka mulut baik Rasky maupun Elena sama-sama tenggelam dalam pikirannya.
Pria itu sebenarnya sedari tadi memperhatikan Elena. Lebih tepatnya ia mengkhawatirkan Elena. Rasky berada di sana sejak Elena menjejakkan kakinya di lobi hotel. Awalnya ia bernita menyapa, tetapi melihat Elena yang berekspresi kaku dan tiba-tiba menitikkan air mata sambil memandang sepasang pria dan wanita yang masuk ke dalam lift membuat Rasky sadar jika ada yang tidak beres dari Elena saat itu.
Raksy sekali lagi melirik Elena yang kini terlihat tengah memeluk dirinya sendiri. Tanpa banyak kata Rasky melepaskan jaket yang ia kenakan dan memberikannya kepada Elena. "Pakai ini. Baju kamu basah, nanti yang ada kamu masuk angin," ucapnya.
Elena awalnya ragu, namun tubuhnya tidak bisa berbohong karena saat itu ia sudah menggigil kedinginan. "Terima kasih. Maaf saya jadi merepotkan," balas Elena canggung.
Mobil Rasky berhenti tepat di depan rumah Elena. Wanita itu pun turun dari mobil setelah sebelumnya kembali mengucapkan terima kasihnya kepada Rasky. Tanpa mau banyak berbasa-basi, Elena pun buru-buru masuk ke dalam rumah.
Langkahnya terhenti ketika mendengar suara Rasky mengatakan sesuatu. "Itu bukan salah kamu. Jangan salahin diri kamu atas hal buruk yang orang lain lakukan pada kamu." Perkataan Rasky masuk ke dalam hati Elena, pria itu seakan tahu apa isi hati dan pikirannya saat itu.
Elena menoleh dan memandang Rasky dengan tatapan datarnya. "Buruan masuk. Cepat mandi air hangat dan jangan lupa makan. Pura-pura bahagia juga butuh energi," ucapnya sebelum meninggalkan Elena yang tercengang dengan perkataan pria itu.
Sebaris pesan masuk ke dalam ponsel Elena. Membuatnya menduga jika itu adalah pesan yang dikirimkan Rasky untuk kembali mengirimkan kata-kata sindiran kepadanya. Namun ia salah. Karena pesan yang ia dapatkan justru berisikan hal yang akan ia pikirkan sepanjang malam.
Jovita
El, hubungan lo sama pacar lo baik-baik aja, kan?"
Lo kenal sama Janeta?
Tidak semua sakit hati itu bisa disembuhkan dengan maaf, karena tidak semua kesalahan bisa selesai dengan berjabat tangan.Elena ingat sebuah kejadian di masa lalunya. Saat itu semua orang tengah sibuk dengan pekerjaannya pagi itu. Tidak terkecuali dengan Elena. Ia bahkan sudah mondar-mandir sejak pagi, menyiapkan beberapa dokumen dan laporan yang akan digunakan untuk rapat dengan beberapa manajer siang ini. Rapat penting dengan perwakilan setiap divisi yang akan bergabung bersamanya untuk menangani proyek penting perusahaan mereka.Hari itu, ia mendapatkan tugas cukup berat sebagai perwakilan dari divisinya untuk menangani sebuah acara cukup besar. Acara pagelaran busana yang bekerja sama dengan seorang desainer kenamaan, yang sudah terkenal sampai mancanegara.Ini kali pertama perusahaannya mendapatkan kesempatan untuk mengadakan acara sebesar itu. Tentu saja hal ini membuat Elena tertantang sekaligus takut. Yah, tertantang karena ia juga berkesempatan bekerja sama dengan orang-oran
Ancaman Janeta rupanya tidak bisa diremehkan sama sekali. Wanita itu sepertinya benar-benar kehilangan kewarasannya karena berani mengambil resiko dengan membuat sebuah berita yang berhasil membuat kegaduhan di antara para penggemar Rasky.Sebuah berita mengisi hampir semua tayangan gosip di televisi dan akun gosip sosial media. Sebuah kabar yang menjadi pergunjingan banyak orang karena kali ini yang menjadi sasaran utamanya adalah Rasky, si artis terkenal yang sudah banyak memenangkan hati para penggemar.Akun-akun gosip pun berlomba membahasnya seakan menjadi orang yang paling tahu dengan kejadian yang sesungguhnya, padahal mungkin saja itu hanyalah sebuah asumsi belaka. Tayangan Janeta yang tengah memberikan pernyataan baru saja dicampakan oleh Rasky menjadi berita utama. Berita ini sebenarnya adalah lanjutan dari pernyataan Rasky yang mengelak jika dirinya dikabarkan memiliki hubungan asmara dengan Janeta. Pria itu menyangkal ucapan Janeta yang mengatakan jika mereka punya hubung
Kantor Elena tampak heboh pagi itu. Beberapa orang tampak menonton video yang sedang ramai diperbincangkan di akun-akun gosip. Dan sisanya tengah asik memberikan opininya setelah menonton gosip itu. "Jadi itu alasannya Mas Damar udah gak pernah keliatan jemput Mbak Elena," ucap Nayla dengan nada lemas, merasa kasihan dengan bosnya itu."Mana Elena?" Nayla dan Miko yang berada di dalam ruangan, terkejut akibat ulah Tania yang baru saja masuk ke dalam ruangan divisi mereka."Belum datang, Mbak," jawab Nayla begitu keterkejutannya mereda.Tania menghembuskan napas kasar begitu mendapati temannya belum sampai pagi itu. "Kalian sudah tahu beritanya?" tembak Tania sambil memandangi wajah Miko dan Nayla. Mencari jawaban apakah keduanya tahu jika Elena sudah putus dengan Damar."Kita juga baru tahu infonya pagi ini." Jawaban Nayla membuat Tania berdecak. Berarti ada kemungkinan jika Elena juga belum mengetahui kabar tersebut.“Pagi semua,
Kantor manajemen Rasky pagi itu masih terlihat sibuk menjawab panggilan yang tiada henti menanyakan klarifikasi gosip antara Rasky dengan Janeta.Gosip yang beredar tentu saja merugikan Rasky. Karena ada banyak kontrak yang tiba-tiba dibatalkan sepihak karena berita yang dibuat oleh Janeta. Rasky dan timnya pun dibuat frustasi dengan berita yang sangat tiba-tiba itu.Di antara semua orang, Rasky yang terlihat paling frustasi dengan berita yang beredar. Bahkan, kliennya tidak segan-segan memutuskan kontrak kerja yang sudah deal sama dengan dirinya. Membuat Rasky syok, belum lagi beberapa perusahaan yang tiba-tiba meminta uangnya kembali karena Rasky dianggap sudah merugikan brand mereka.Rasky benar-benar merasa jatuh. Ia yang sudah susah payah membangun karirnya harus menerima jika karirnya tengah tidak baik-baik saja hanya karena menolak keinginan Janeta yang dianggapnya tidak masuk akal.Rasky tahu jika wanita itu menginginkan dirinya untuk berpur
Elena sudah duduk di dalam restoran. Siang tadi Diaz memberitahukannya jika manajer Rasky mengajak mereka bertemu sore ini. Kesempatan ini tentu saja tidak Elena sia-siakan. Mengingat ucapan Arletta yang sangat menginginkan Elena segera mendapatkan kontrak kerja itu.“Selamat sore, Mas Rasky dan Mas Gerald. Silakan duduk,” sapa Elena begitu melihat kedua pria itu masuk ke dalam restoran.“Terima kasih. Sebelumnya pihak kami meminta maaf kepada Mbak Elena karena baru sempat menghubungi hari ini,” ucap Gerald membuka pembicaraan dengan berbasa-basi.“Gak masalah, Mas Gerald. Saya paham kalau manajemen Mas Rasky pasti sedang sangat sibuk menyelesaikan masalah kemarin,” balas Elena santai, sementara lawan bicara kini menatap Elena dengan senyum kecut.Seolah tidak menyadari raut muram lawan bicaranya, Elena justru terus melanjutkan obrolannya membahas masalah Rasky dan Janeta tempo hari.“Sempat ramai, loh, beritanya. Ta
Elena melesat cepat masuk ke dalam kamarnya. Ia buru-buru melakukan panggilan ke nomor Rasky. Saat itu ia benar-benar marah dengan sikap Rasky yang seenaknya itu. Elena tahu jika ia berhutang pada Rasky karena telah menolongnya, tetapi bukan berarti dengan begitu Rasky bisa bersikap seenaknya kepada Elena."Halo, Len. Kenapa? Ada yang ketinggalan?" sapa Rasky dengan nada santai, seolah kejadian beberapa menit lalu tidak pernah terjadi."Mas tuh maunya apa? Apa maksud Mas bilang begitu ke Ibu saya? Mas sadar gak sih baru aja bikin masalah?" semprot Elena tanpa mau peduli dengan pertanyaan Rasky sebelumnyaRasky menyunggingkan senyum begitu mendengar nada amarah dari suara Elena. "Kamu tahu pasti maksud aku.""Apa? Mas, saya tekankan, yah. Saya bukan cewek gampangan kayak cewek-cewek yang biasa Mas mainin. Saya harap mas gak terlalu lancang untuk ikut campur urusan orang lain," ucap Elena penuh penekan. Jujur ia merasa jika sikap pria itu terlalu kelewatan ji
Elena berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya dengan keadaan setengah mengantuk. Langkah wanita itu terhenti kala membuka pintu ruangan divisinya. Ia menghembuskan napas panjang ketika melihat Nayla dan Miko tengah adu mulut pagi itu. Ia geleng-geleng kepala melihat keduanya yang seolah sudah memiliki energi penuh di pagi hari ini untuk bertengkar.Miko menoleh ke arah Elena begitu menyadari jika ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan mereka. Pria itu melemparkan senyum manis andalannya dan menyapa dengan nada menggoda, "selamat pagi, Bu Lena. Pagi ini terlihat cantik sekali. Beda banget auranya sama yang ada di depan saya." Elena yang melihat kelakuan Miko, hanya bisa menarik senyumannya terpaksa lalu menyapa balik Miko seadanya."Pagi Mba," sapa Nayla sambil tersenyum. Ia yang sudah bangkit dari duduknya, terlihat membawa kantong yang berisi makanan.Wanita itu menghampiri Elena dan memberikan kantung tersebut kepada wanita itu. "Pagi, Nay. Uangnya sudah kan?" tan
Elena begitu terkejut ketika mendapati seseorang yang beberapa hari ini ia coba jauhi. Bahkan kepergiannya keluar kota di samping karena ingin menggantikan Diaz, juga karena ia ingin sedikit menjauh dari pria itu. Elena masih malu dengan kelakuan jarinya yang telah lancang menekan gambar hati di sosial media pria itu.Suasana canggung langsung terasa. Ia berusaha menerka-nerka, sejak kapan pria ini berada di hotel yang sama dengannya. Seingatnya, selama beberapa hari Elena di sini, ia tidak pernah bertemu dengan pria itu. Lalu, sejak kapan pria itu menempati kamar tepat di depannya saat ini? Ini... hanya sekedar ketidaksengajaan bukan? Astaga apa yang sedang Elena harapkan memangnya? Ia mulai mencela pikiran sesaatnya itu.Tatapan pria itu mengenai tepat di matanya. Membuat tubuhnya entah mengapa canggung dengan keadaan saat ini. Tatapan pria itu memang tajam. Tetapi tidak menyiratkan intimidasi untuknya. Melainkan, menunjukkan sorot... rindu? Ah, lagi-lagi Elena men
Rasky terdiam beberapa detik begitu mendapatkan tubuh Elena yang menubruk tubuhnya. Merasa heran dengan Elena yang tiba-tiba menenggelamkan wajahnya di dada Rasky dengan tubuh bergetar kuat.Pria itu menduga jika Elena sedang tidak baik-baik saja dan membutuhkan dirinya. Berusaha menenangkan Elena, Rasky kemudian melingkarkan tangannya memeluk wanita itu. Memberikan rasa aman dari tubuhnya yang ketakutanCukup lama mereka berada di posisi itu. Saling berpelukan dan hanya ada keheningan malam yang menemani mereka.Rasky tidak ingin bertanya apa yang menyebabkan Elena bersikap seperti ini. Baginya, yang saat ini Elena perlukan hanya rasa aman. Sedangkan hal lain, Rasky bisa menunggu. Menunggu Elena percaya untuk menceritakan semuanya.Pelukan mereka pun terurai setelah beberapa menit kemudian. Rasky tampak terkejut begitu mendapati wajah Elena terlihat pucat. Seulas senyuman coba Elena berikan ketika melihat ekspresi terkejut yang Rasky berikan. Seola
Damar masih berdiam di dalam mobilnya yang ia parkir tidak jauh dari pintu masuk restoran. Ia masih setia berada di sana, walaupun Elena dan teman-temannya sudah sepuluh menit lalu meninggalkan resto.Damar diam dalam semua pikiran yang terus berjejal masuk ke dalam otaknya. Dan sekarang, kepalanya sudah benar-benar dipenuhi berbagai dugaan.Belakangan ini ternyata ia terlalu percaya diri. Terlalu percaya jika seorang wanita yang pernah ia sakiti akan menerimanya kembali dengan tangan terbuka. Akan kembali bersedia merajut cinta yang bahkan sudah ia rusak tidak bersisa.Yah, ia lupa jika Elena bukan wanita yang hanya bisa menangis ketika dirinya disakiti. Damar lupa jika luka yang ia berikan pada Elena bukanlah sekedar kesalahan yang bisa dimaafkan hanya dengan kata maaf.Damar sudah berhubungan cukup lama dengan Elena. Namun, baru kali ini ia tertampar dengan kenyataan jika ia tidak begitu mengenal mantan kekasihnya itu.Hah... mantan
Damar baru saja menyelesaikan syutingnya bersama tim dari Lunar TV. Hari baru saja beranjak siang. Tapi entah mengapa ia sudah sangat kelelahan dan tidak bersemangat.Lelah. Hanya kata itu yang bisa Damar gambarkan untuk dirinya kali ini. Niat awal ia terlibat dengan Lunar TV adalah demi mengejar kembali Elena. Dan..., yah memang. Ia jadi lebih sering melihat Elena. Tapi... hanya sebatas itu.Elena dekat dengannya. Masih dapat ditangkap keberadaannya oleh matanya. Namun, wanita itu sebenarnya sungguh jauh. Jauh, hingga tidak tergapai oleh tangannya.Hubungan mereka tidak hanya kembali ke titik nol. Tapi mungkin bisa jadi ada di posisi minus. Elena bukan lagi memandangnya dengan tatapan asing. Tetapi dari kilat matanya, Damar tahu jika amarah itu masih ada. Dan itu jelas membuatnya sadar jika Elena sudah pasti tidak mau berhubungan apapun dengan dirinya.Kali ini, Elena lebih sulit ia dekati. Lebih sulit daripada ketika mereka belum saling mengenal.
Elena berdiri tidak jauh dari Rasky yang sedang fokus menjalani syuting. Ia sengaja berada di situ karena permintaan Rasky untuk berada tidak jauh dari pria itu dengan alasan agarmudah merespon apa yang dibutuhkan Rasky.Elena menyadari itu semua hanyalah akal-akalan Rasky saja. Karena semenjak proses syuting berlangsung, apa yang menjadi kebutuhannya sudah disiapkan oleh asisten pria itu.Sementara Elena hanya diminta duduk manis saja tanpa melakukan apapun. Jadi dia minta gue yang handle syuting cuma buat liatin dia doang? bener-bener modus.Tatapan menyipit Elena lemparkan ke arah pria itu begitu menyadari cara lelaki itu mendekatinya. Ia memandang Rasky yang tengah sibuk di depan kamera. Pria itu terlihat luwes sekali mengikuti arahan tim kreatif. Ia juga tidak kesulitan untuk bergaya walaupun saat itu ada banyak orang yang turut ikut dalam pekerjaan kali ini.Tanpa sadar, Elena jadi memperhatikan setiap gerak Rasky. Kulit putih pria itu terliha
Elena tengah bersiap-siap di dalam ruangannya. Ia melakukannya dengan terburu-buru karena sebelumnya ia baru saja selesai memberikan briefing kepada timnya yang akan ia tinggal seharian ini.Yah, seharian ini ia akan menemani Rasky. Pria satu itu benar-benar luar biasa. Karena hanya seorang Rasky Karindra saja artis yang memberikan syarat secara personal untuk ditemani oleh Elena selama proses syuting berlangsung."Aku gak balik kantor lagi, yah. Tapi kalau ada yang penting bisa hubungi aku kok," ucapnya di depan pintu ruang kerjanya sambil menatap Diaz dan Nayla."Siap, Mba. Kita justru yang khawatir Mba ada apa-apa di sana. Mengingat Mas Rasky bakalan seharian recokin Mba terus." Nayla menatap Elena dengan tatapan prihatin.Nayla sudah mendengar kabar jika Rasky memiliki permintaan khusus untuk kerjasamanya dengan perusahaan milik Arletta. Di mana pria itu ingin segala keperluannya selama bekerjasama ditangani langsung oleh Elena. Tahu
Elang dan Rasky sama-sama saling mengayunkan bogem mereka ke tubuh lawannya. Tentu saja hal ini membuat Elena berteriak histeris untuk menghentikan pertikaian keduanya yang entah apa sebabnya.Elena bahkan tanpa pikir panjang menghadang Rasky yang bersiap kembali memukul wajah Elang yang sudah membiru di beberapa sisi. "Udah! Berhenti! Dia adik aku!" teriak Elena.Tinju Rasky yang sudah hampir mengenai wajah Elang, menggantung di udara begitu saja. Tatapan tajam yang sejak awal ia pasang kini berubah menjadi tatapan terkejut begitu melihat Elena menatapnya tajam."Kamu ngapain sih, Mbak? Kalau kena pukul gimana?" teriak Elang yang tanpa sadar menaikkan nada suaranya yang khawatir jika sampai Elena terkena pukulan."Kamu yang ngapain?" ucap Elena dengan nada tidak kalah tinggi, wanita itu bahkan sudah menatap Elang tajam."Dan kamu juga. Ngapain kamu pukul Adik aku, hah?" tanya Elena pada Rasky yang kini terlihat kebingungan.
Rasky sudah rapi di hari libur yang seharusnya pria itu habiskan untuk meringkuk seharian di atas kasur seperti biasanya. Namun, itu tentu saja berbeda untuk hari ini dan mungkin akhir pekan selanjutnya."Lo ganteng banget ternyata," ucap Rasky pada bayangan dirinya yang tengah tersenyum di dalam cermin. Memastikan sekali lagi penampilannya sudah benar-benar memuaskan, ia pun melangkah keluar apartemennya.Sambil bersiul riang ia berjalan di koridor. Sesekali ia tersenyum memikirkan apa yang akan ia lakukan seharian ini bersama… ekhem pacarnya. Ah, membayangkan saja sudah membuat dadanya berdebar.Rasky menjalankan mobil kesayangannya seorang diri tanpa ditemani asisten ataupun manajernya. Ia benar-benar ingin berdua saja dengan Elena.Pria itu menepikan mobilnya di sebuah komplek perumahan yang sudah beberapa kali pria itu singgahi. Ia sempat melirik kaca spion untuk memastikan kembali penampilannya.Dengan senyum terkembang. Ra
Elena masih bergelung di dalam selimut pagi itu. Ia sudah berniat untuk menghabiskannya akhir pekan ini untuk hibernasi saja di dalam kamar. Wanita itu benar-benar ingin mengistirahatkan pikirannya dari semua masalah yang terjadi belakangan ini.Ketukan di pintu kamarnya kembali terdengar. Elena yang sedang dalam mode malas, bukan tidak mendengar. Tetapi ia terlalu enggan untuk menemui sosok di balik pintu."Mba... ini udah siang. Mau sampai kapan lo tidur?" teriak Elang yang mulai menggedor pintu kamar Elena dengan tidak sabaran.Elang sepertinya benar-benar gigih mengganggu waktu libur Elena kali ini. Padahal biasanya pria itu sudah pergi bekerja di pagi hari.Walaupun masih menjadi mahasiswa, Elang terkadang mengambil pekerjaan freelance di waktu libur.Elena yang tahu jadwal Elang, awalnya merasa aman. Ia memang berniat menghindari pria itu. Memilih diam di dalam kamar sampai Elang pergi bekerja. Namun, jika begini caranya, bagaimana bisa E
Elena sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan dirinya. Hidupnya di beberapa bulan belakangan mendadak rumit. Ia kehilangan kehidupan ketenangannya yang dulu.Entah ini bermula sejak ia menemukan Damar yang berselingkuh. Atau ketika ia bertemu dengan pria bernama Rasky.Kedua hal itu terjadi hampir bersamaan. Dan keduanya juga berhasil mengguncang kehidupan Elena. Tetapi… mengapa hanya pria itu yang ada di pikirannya kini. Pria yang berhasil membuat Elena yang cuek menjadi penasaran karena tingkahnya yang tidak bisa diprediksi.Terkadang pria itu mengejarnya. Tetapi keesokannya bisa saja pria itu menghilang. Atau bisa saja ia menjadi orang paling manis tetapi terkadang pria itu bisa jadi sosok yang menyebalkan.Kadang bisa sangat mengalah tapi di beberapa pertemuan bisa menunjukkan sikap keras kepalanya.Ini membingungkan Elena. Ia bingung akan menentukan keputusan apa yang akan ia buat karena tidak ada hal yang bena