Pikiran Elena kembali ke masa kini ketika ia mendengar seseorang menyapanya. “Halo, selamat malam. Dengan Mbak?” Sebuah suara menyadarkan Elena dari lamunannya akan masa lalu. Wanita itu menoleh cepat ke asal suara.
“Kamu cewek yang semalam, kan?” tanya Rasky dengan mata berbinar, berbanding terbalik dengan Elena yang saat itu merasa gugup karena sepertinya ada hal yang ia lupakan. Kejadian di mana Elena dengan tanpa rasa sopan pergi begitu saja meninggalkan orang yang sudah menolongnya, tanpa basa-basi, tanpa berterima kasih. Gawat!. Dia mungkin lupa sama kejadian berapa tahun lalu. Tapi dia gak mungkin lupa sama kejadian semalam.
“Kalian saling kenal?” sebuah suara berhasil membuat keduanya menoleh hampir bersamaan. Elena tampak terkejut begitu melihat wajah si pria tanpa sadar menaikkan sebelah alisnya. Cukup terkejut dengan fakta lain yang ia hadapi hari itu. Astaga…, lawak amat sih hidup gue. Sampe masa lalu aja masih nempelin terus begini.
“Perkenalkan, Saya Elena,” ucapnya berusaha bersikap normal pada pria-pria yang hari itu sukses membuat mood-nya hancur berantakan. Wanita itu tersenyum ramah, seolah tidak pernah terjadi apapun di antara dirinya dengan Rasky dan Gerald, manajer Rasky, sekaligus sepupu dari mantan kekasih Elena.
Elena pun tanpa sungkan menyambut uluran tangan Rasky, seakan ini adalah pertemuan pertama mereka.
Berbeda dengan Elena, Rasky kini menatap Elena sedikit terkejut. Mata pria itu bahkan bergerak memindai Elena. Merasa bingung karena Elena bersikap asing kepadanya setelah Rasky menolong wanita itu semalam. “Oh, hai, Mbak Elena. Perkenalkan Saya Rasky dan ini manajer saya, Gerald,” balas Rasky menutupi rasa herannya.
Gerald menyapa Elena dengan mengulurkan tangannya kemudian memperkenalkan diri layaknya orang yang asing yang baru pertama kali bertemu."Gerald, manajer Rasky," balas pria itu berusaha terlihat santai.
“Silakan duduk.” Elena mencoba bersikap ramah pada pria-pria di hadapannya ini. Sungguh lucu takdirnya. Ia yang saat itu merasa sangat muak untuk berhadapan dengan Rasky, harus lebih ekstra mempertahankan sikap normalnya ketika juga harus berhadapan dengan sepupu dari mantan kekasihnya.
Untuk mempersingkat pertemuan mereka, Elena pun kemudian sedikit berbasa-basi dan menjelaskan poin-poin kerjasama yang perusahaannya ajukan kepada pihak Rasky. Mencoba bersikap tenang, walaupun perasaannya sedikit kesal karena sejak tadi Rasky memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Apaan lagi sih, nih, orang. Gak bakal baper gue digituin, seriusan.
“Ah, iya. Ini dokumen perjanjian kerja samanya. Bisa dibaca dulu mungkin. Dan… apabila ada yang ingin ditanyakan, saya akan jelaskan,” ucap Elena dengan sikap ramah yang susah payah ia tunjukkan saat ini. Masa bodo lah mau terlihat seperti apa, yang penting ia sudah berusaha.
“Gimana keadaan kamu?” Sebuah pertanyaan tiba-tiba meluncur dari bibir Rasky setelah sedari tadi pria itu memperhatikan wajah Elena begitu lekat.
“Ya?” Pertanyaan pria itu tentu saja membuat Elena terkejut dan membuat Elena bingung akan merespon apa pertanyaan Rasky yang tiba-tiba itu.
Gerak-gerik keduanya yang terlihat canggung ternyata berhasil mengundang perhatian Gerald. Pria itu juga merasa heran karena dirinya juga tidak mengerti dengan maksud pertanyaan yang dilontarkan Rasky, seolah pria itu sudah mengenal Elena sebelumnya.
“Saya… baik-baik, aja, Mas,” balas Elena canggung. Sementara Rasky kembali memindai wajahnya, terkesan tidak percaya dengan apa yang diucapkan Elena. Tapi… siapa peduli. Memangnya dia siapa sampai sebegitunya ingin tahu keadaan Elena.
Seorang pelayan mendekati meja mereka dan menghidangkan makanan pesanan mereka. Kesempatan ini tidak Elena sia-siakan. “Silakan dinikmati pesanannya, Mas. Saya ke toilet dulu,” pamitnya yang kemudian pergi meninggalkan suasana yang cukup aneh untuknya itu.
“Lo… kenal dia?” tanya Gerald karena merasa aneh dengan sikap Rasky kali ini.
“Gak. Cuma…, kayaknya gue tertarik sama tuh cewek,” jawab Rasky yang tentu saja membuat Gerald terkejut sekaligus heran.
Di luar ruangan, Elena terlihat berjalan sambil menggerutu. Wanita itu merasa kesal dengan sikap Rasky yang dinilainya begitu berlebihan untuk seorang yang baru sekali bertemu. Ia merasa jika pria itu sengaja menggodanya, Rasky sengaja bersikap seperti itu demi mendengar Elena mengucapkan terima kasih karena pria itu sudah menolongnya. Namun, Elena tentu saja tidak akan mengatakan hal itu, mengingat ia masih sangat membenci Rasky.
“Gak waras kali, tuh orang. Belum apa-apa udah berasa sok deket gitu. Emang agak-agak kayaknya,” gerutu Elena sambil bersungut-sungut. Kejadian tadi cukup membuat Elena yang awalnya ingin melupakan kejadian beberapa tahun lalu menjadi kembali mengingatnya. Lalu secara otomatis, perasaan kesal pada Rasky kembali timbul. Apalagi respon pria itu benar-benar di luar dugaannya. Berusaha bersikap manis di depannya, padahal ia tahu bagaimana buruknya perangai pria itu di masa lalu.
Saking kesalnya, Elena tidak fokus memperhatikan jalan. Sampai seorang wanita berambut merah menabraknya tanpa sengaja. Elena yang kehilangan keseimbanagn tampak oleng dan terjatuh.
Wanita itu sempat menoleh ke arah Elena. Namun, alih-alih merasa bersalah dan minta maaf. Wanita itu justru memilih mengabaikan Elena dan pergi begitu saja.
Kejadian itu tentu saja membuat Elena kesal. Wanita itu sempat ingin membalas, tetapi sebuah ingatan masuk ke dalam otaknya. Membuatnya terdiam cukup lama hanya untuk menatap wanita yang kini sudah mulai hilang dari pandangannya.
***
Suara perdebatan terdengar di telinga Elena membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk masuk ke dalam private room. Tempat di mana ia meninggalkan Rasky dan Gerald sebelumnya. Di dalam sana Elena sempat melihat Rasky, Gerald dan dua orang lainnya yang terlihat membelakangi Elena.
“Kamu gak bisa gitu, dong. Cuma ngaku kalau kita pacaran selama beberapa bulan aja gak akan jadi masalah kok buat kamu.”
Gerakan Elena yang awalnya ingin masuk pun terhenti. Ia memilih untuk berdiri di depan pintu ruangan itu karena tidak ingin menginterupsi pertengkaran yang sedang terjadi. Wanita itu memberikan jeda agar orang-orang yang berada di dalam bisa menyelesaikan urusannya tanpa terganggu oleh kedatangan Elena.
“Kenapa gak bisa? Kita memang gak ada hubungan kok. Kita itu cuma partner di film aja.” Suara kali ini berasal dari Rasky. Elena kenal suara lantang dan tegas itu. Nada suara yang mengingatkannya akan kejadian beberapa tahun lalu.
“Tetapi di proyek itu, kita sudah sepakat kan, untuk ikut skenario manajemen kita, untuk berpura-pura pacaran supaya film kita ramai,” sahut si wanita tidak mau kalah.
“Kita? Lo yakin kita? Bukan keputusan sepihak antara lo sama sutradara aja?” Wanita itu menelan salivanya kasar. Ia tidak pernah membayangkan akan mendapatkan jawaban ketus seperti ini dari Rasky.
Ia pikir, pria itu akan seperti pria-pria sebelumnya, yang demi ketenaran film yang mereka mainkan, mau-mau saja mengikuti arahan manajemen untuk menjalani hubungan setingan dengannya.
“Ras…, tolonglah. Permudah aja. Lagian… hubungan setingan ini gak akan merugikan buat lo, kok. Malah, akan jadi menguntungkan untuk kita. Karena kan banyak banget penggemar kita yang pengen kita jadi pasangan beneran.”
Wanita itu mulai merendahkan intonasi suaranya. Ia paham, jika ia dan Rasky sama-sama keras, maka ia tidak akan mendapatkan apapun. Jadi, mengalah sedikit bukan masalah untuknya, asalkan dirinya tetap aman berada di posisinya saat ini.
Rasky menaikkan sebelah alisnya, pria itu tidak bisa benar-benar percaya pada Janeta. Ia baru mengenal Janeta pada proyek filmnya yang baru beberapa bulan lalu ia rampungkan. Dirinya juga tidak merasa dekat dengan wanita itu. Lalu, atas dasar apa ia harus menuruti wanita itu untuk mau bekerja sama melakukan hubungan setingan demi kelancaran promo film terbaru mereka.
Memang ide itu sempat tercetus dari pihak manajemen mereka, mengingat banyak orang yang antusias dengan peran yang mereka mainkan. Tetapi bukan berarti ia harus menuruti semua keinginan penggemarnya. Rasky sangat tidak menyukai hal itu.
Bagi Rasky, pekerjaan yang ia lakukan hanyalah melakukan peran yang ia mainkan dengan sebaik mungkin. Bukan dengan ikut bermain peran dalam kehidupan pribadinya. Dan untuk hubungan pura-pura itu, dirinya amat sangat menolak dengan keras. Ia tidak ingin dikekang oleh siapapun.
“Iya, manajemen gue emang setuju melakukan itu.” Seulas senyum muncul di bibir sang wanita.
“Tetapi selama masa promosi film doang. Setelah itu, kita gak ada hubungan apa-apa,” lanjut Rasky yang membuat wajah wanita itu memerah.
“Dan lo juga tahu kan, kalau gue gak pernah kasih pernyataan kalau gue setuju dengan usulan itu. Terlebih, masa promosi film juga udah kelar. Jadi gak ada alasan kan buat gue terus ikut aturan lo. Emangnya gue gak tau kalau lo gunakan kesempatan ini untuk tutupi hubungan gelap lo sama tuh sutradara?” Sudut bibir Rasky terangkat, memandang lawan bicaranya sebelah alis terangkat.
Wanita itu sudah akan kembali berbicara ketika seorang pria di sampingnya dengan terburu-buru menariknya keluar dari dalam ruangan.
Elena pun buru-buru bergerak menghindar agar tidak ketahuan oleh dua orang yang akan keluar dari ruangan itu. Samar-samar Elena sempat mendengar umpatan yang keluar dari bibir wanita itu. Dan sebuah nama yang sangat Elena kenal sempat masuk ke dalam perdebatan keduanya. Sepertinya Elena sudah ingat siapa wanita itu.
“Udahlah, Janeta. Gue kan gue udah bilang kalau Rasky itu orangnya keras kepala. Dibanding Rasky, lo lebih mudah gunain hubungan lo sama mantan lo, Damar. Toh, hubungan kalian memang benar adanya kan? Dibanding lo bikin hubungan boongan kayak gini buat tutupi hubungan gelap lo sama Pak Tito,” ucap pria yang sedari tadi menemani wanita itu. Jadi selingkuhan Damar itu Janeta? Dan sekarang dia mau bikin skandal sama Rasky? Menarik.
Elena baru saja melangkahkan kakinya keluar dari restoran sebuah hotel. Malam itu ia baru saja menyelesaikan meeting dengan seorang klien yang kebetulan menginap di hotel tersebut. Sambil menunduk, Elena yang saat itu tengah fokus memesan taksi online yang saat itu entah mengapa sulit sekali ia dapatkan."Hari ini kamu menginap yah, temenin aku?" Suara wanita yang terdengar tengah merayu terdengar di telinga Elena yang masih enggan menegakkan pandangnya."Kamu kan udah putus dari Elena. Jadi gak ada alasan lagi dong buat kamu balik cepet-cepet ke apartemen. Ayo lah, malam ini akan aku galau kamu karena perempuan itu hilang," lanjut si wanita terdengar menggoda, membuat Elena terdiam beberapa detik begitu mendengar namanya disebut."Yah, bener juga. Gue emang butuh hiburan buat hilangin stres gue," ucap si pria dengan suara yang teramat sangat Elena kenal.Secara refleks Elena menegakkan kepalanya. Matanya tepat menatap Damar dan Janeta yang tengah berjalan sambil merangkul mesra layak
Tidak semua sakit hati itu bisa disembuhkan dengan maaf, karena tidak semua kesalahan bisa selesai dengan berjabat tangan.Elena ingat sebuah kejadian di masa lalunya. Saat itu semua orang tengah sibuk dengan pekerjaannya pagi itu. Tidak terkecuali dengan Elena. Ia bahkan sudah mondar-mandir sejak pagi, menyiapkan beberapa dokumen dan laporan yang akan digunakan untuk rapat dengan beberapa manajer siang ini. Rapat penting dengan perwakilan setiap divisi yang akan bergabung bersamanya untuk menangani proyek penting perusahaan mereka.Hari itu, ia mendapatkan tugas cukup berat sebagai perwakilan dari divisinya untuk menangani sebuah acara cukup besar. Acara pagelaran busana yang bekerja sama dengan seorang desainer kenamaan, yang sudah terkenal sampai mancanegara.Ini kali pertama perusahaannya mendapatkan kesempatan untuk mengadakan acara sebesar itu. Tentu saja hal ini membuat Elena tertantang sekaligus takut. Yah, tertantang karena ia juga berkesempatan bekerja sama dengan orang-oran
Ancaman Janeta rupanya tidak bisa diremehkan sama sekali. Wanita itu sepertinya benar-benar kehilangan kewarasannya karena berani mengambil resiko dengan membuat sebuah berita yang berhasil membuat kegaduhan di antara para penggemar Rasky.Sebuah berita mengisi hampir semua tayangan gosip di televisi dan akun gosip sosial media. Sebuah kabar yang menjadi pergunjingan banyak orang karena kali ini yang menjadi sasaran utamanya adalah Rasky, si artis terkenal yang sudah banyak memenangkan hati para penggemar.Akun-akun gosip pun berlomba membahasnya seakan menjadi orang yang paling tahu dengan kejadian yang sesungguhnya, padahal mungkin saja itu hanyalah sebuah asumsi belaka. Tayangan Janeta yang tengah memberikan pernyataan baru saja dicampakan oleh Rasky menjadi berita utama. Berita ini sebenarnya adalah lanjutan dari pernyataan Rasky yang mengelak jika dirinya dikabarkan memiliki hubungan asmara dengan Janeta. Pria itu menyangkal ucapan Janeta yang mengatakan jika mereka punya hubung
Kantor Elena tampak heboh pagi itu. Beberapa orang tampak menonton video yang sedang ramai diperbincangkan di akun-akun gosip. Dan sisanya tengah asik memberikan opininya setelah menonton gosip itu. "Jadi itu alasannya Mas Damar udah gak pernah keliatan jemput Mbak Elena," ucap Nayla dengan nada lemas, merasa kasihan dengan bosnya itu."Mana Elena?" Nayla dan Miko yang berada di dalam ruangan, terkejut akibat ulah Tania yang baru saja masuk ke dalam ruangan divisi mereka."Belum datang, Mbak," jawab Nayla begitu keterkejutannya mereda.Tania menghembuskan napas kasar begitu mendapati temannya belum sampai pagi itu. "Kalian sudah tahu beritanya?" tembak Tania sambil memandangi wajah Miko dan Nayla. Mencari jawaban apakah keduanya tahu jika Elena sudah putus dengan Damar."Kita juga baru tahu infonya pagi ini." Jawaban Nayla membuat Tania berdecak. Berarti ada kemungkinan jika Elena juga belum mengetahui kabar tersebut.“Pagi semua,
Kantor manajemen Rasky pagi itu masih terlihat sibuk menjawab panggilan yang tiada henti menanyakan klarifikasi gosip antara Rasky dengan Janeta.Gosip yang beredar tentu saja merugikan Rasky. Karena ada banyak kontrak yang tiba-tiba dibatalkan sepihak karena berita yang dibuat oleh Janeta. Rasky dan timnya pun dibuat frustasi dengan berita yang sangat tiba-tiba itu.Di antara semua orang, Rasky yang terlihat paling frustasi dengan berita yang beredar. Bahkan, kliennya tidak segan-segan memutuskan kontrak kerja yang sudah deal sama dengan dirinya. Membuat Rasky syok, belum lagi beberapa perusahaan yang tiba-tiba meminta uangnya kembali karena Rasky dianggap sudah merugikan brand mereka.Rasky benar-benar merasa jatuh. Ia yang sudah susah payah membangun karirnya harus menerima jika karirnya tengah tidak baik-baik saja hanya karena menolak keinginan Janeta yang dianggapnya tidak masuk akal.Rasky tahu jika wanita itu menginginkan dirinya untuk berpur
Elena sudah duduk di dalam restoran. Siang tadi Diaz memberitahukannya jika manajer Rasky mengajak mereka bertemu sore ini. Kesempatan ini tentu saja tidak Elena sia-siakan. Mengingat ucapan Arletta yang sangat menginginkan Elena segera mendapatkan kontrak kerja itu.“Selamat sore, Mas Rasky dan Mas Gerald. Silakan duduk,” sapa Elena begitu melihat kedua pria itu masuk ke dalam restoran.“Terima kasih. Sebelumnya pihak kami meminta maaf kepada Mbak Elena karena baru sempat menghubungi hari ini,” ucap Gerald membuka pembicaraan dengan berbasa-basi.“Gak masalah, Mas Gerald. Saya paham kalau manajemen Mas Rasky pasti sedang sangat sibuk menyelesaikan masalah kemarin,” balas Elena santai, sementara lawan bicara kini menatap Elena dengan senyum kecut.Seolah tidak menyadari raut muram lawan bicaranya, Elena justru terus melanjutkan obrolannya membahas masalah Rasky dan Janeta tempo hari.“Sempat ramai, loh, beritanya. Ta
Elena melesat cepat masuk ke dalam kamarnya. Ia buru-buru melakukan panggilan ke nomor Rasky. Saat itu ia benar-benar marah dengan sikap Rasky yang seenaknya itu. Elena tahu jika ia berhutang pada Rasky karena telah menolongnya, tetapi bukan berarti dengan begitu Rasky bisa bersikap seenaknya kepada Elena."Halo, Len. Kenapa? Ada yang ketinggalan?" sapa Rasky dengan nada santai, seolah kejadian beberapa menit lalu tidak pernah terjadi."Mas tuh maunya apa? Apa maksud Mas bilang begitu ke Ibu saya? Mas sadar gak sih baru aja bikin masalah?" semprot Elena tanpa mau peduli dengan pertanyaan Rasky sebelumnyaRasky menyunggingkan senyum begitu mendengar nada amarah dari suara Elena. "Kamu tahu pasti maksud aku.""Apa? Mas, saya tekankan, yah. Saya bukan cewek gampangan kayak cewek-cewek yang biasa Mas mainin. Saya harap mas gak terlalu lancang untuk ikut campur urusan orang lain," ucap Elena penuh penekan. Jujur ia merasa jika sikap pria itu terlalu kelewatan ji
Elena berjalan masuk ke dalam ruang kerjanya dengan keadaan setengah mengantuk. Langkah wanita itu terhenti kala membuka pintu ruangan divisinya. Ia menghembuskan napas panjang ketika melihat Nayla dan Miko tengah adu mulut pagi itu. Ia geleng-geleng kepala melihat keduanya yang seolah sudah memiliki energi penuh di pagi hari ini untuk bertengkar.Miko menoleh ke arah Elena begitu menyadari jika ada seseorang yang masuk ke dalam ruangan mereka. Pria itu melemparkan senyum manis andalannya dan menyapa dengan nada menggoda, "selamat pagi, Bu Lena. Pagi ini terlihat cantik sekali. Beda banget auranya sama yang ada di depan saya." Elena yang melihat kelakuan Miko, hanya bisa menarik senyumannya terpaksa lalu menyapa balik Miko seadanya."Pagi Mba," sapa Nayla sambil tersenyum. Ia yang sudah bangkit dari duduknya, terlihat membawa kantong yang berisi makanan.Wanita itu menghampiri Elena dan memberikan kantung tersebut kepada wanita itu. "Pagi, Nay. Uangnya sudah kan?" tan
Elena masih duduk terdiam di restoran itu walaupun sudah lebih dari satu jam Tirto pergi meninggalkannya.Wanita itu duduk termenung dengan hati dan kepala yang sedang berdebat tanpa kesudahan. Terlihat tenang diluar tanpa ada yang tahu jika isi kepalanya tengah berteriak riuh.Ia pikir, ide untuk pergi ke mall bisa membuatnya berhenti melupakan masalahnya. Nyatanya, ia justru bertemu dengan Tirto. Pria yang justru membuatnya kembali memikirkan hal yang sedang ia hindari.Membuat Elena sadar apa yang dikatakan oleh Tirto ada benarnya. Bahwa menghindar dan berpikir seakan semua sudah selesai bukanlah hal yang benar. Pria itu memintanya menyelesaikan semuanya dengan cara bertemu kembali dengan Rasky dan membicarakannya dengan baik-baik. Namun, jangankan untuk berbicara baik-baik. Elena saja tidak tahu bagaimana cara kembali bertemu dengan pria itu.Elena sudah mengabaikannya, bahkan memblokir nomornya..Lalu apa alasan yang bisa ia berika
Rasky menatap lega pesan yang dikirimkan oleh Gia. Sahabatnya itu mengatakan jika dirinya baik-baik saja dan mengucapkan terima kasih pada Rasky atas bantuan pria itu.Rasky pun membalas pesan Gia, ia berpesan agar wanita itu agar tidak sungkan untuk meminta bantuannya. Setelah membalas pesan Gia, tatapan Rasky kini tertuju pada pesan dari Elena yang belum dibaca oleh wanita itu.Ini pernah terjadi beberapa bulan lalu, ketika ia masih mengejar cinta Elena. Setelah mereka resmi berpacaran, sikap menyebalkan Elena ini sudah tidak pernah terjadi lagi.Rasky tahu jika Elena mungkin marah padanya yang tidak datang waktu itu. Ia juga tidak menjawab panggilan Elena. Ia paham. Sangat paham. Namun, di saat ia ingin memberikan penjelasan. Wanita itu seakan menutup semua akses yang Rasky punya. Dan itu menyebalkan.Rasky menghembuskan napas kasar. Ia menjambak rambutnya untuk menyalurkan perasaannya yang sedang berantakan.Ini semua lagi-lagi karena dir
Melupakan seseorang ternyata tidak semudah menerima kehadirannya. Elena merasa jika kalimat itu benar. Karena tengah merasakan hal itu saat ini.Wanita itu masih berdiri di depan sebuah toko yang memajang gambar besar seorang pria yang tengah tersenyum lebar. Senyum pria terlihat begitu bahagia, menyihir setiap mata yang melihat untuk turut tersenyum. Seolah ikut merasakan perasaan bahagia yang terpancar dari wajah tampan dan senyuman menawan itu.Entah sudah berapa Elena berdiri di sana hingga seorang wanita menghampirinya sambil tersenyum. “Silakan dilihat-lihat dulu saja, barangkali ada yang cocok,” ucap wanita itu ramah.Elena menatap wanita itu dan tersenyum sambil menggeleng, lalu pergi. Ini bahkan sudah hampir seminggu sejak terakhir ia berbagi pesan dengan orang itu. Namun, dirinya masih belum bisa melupakan sosoknya.Kebersamaan keduanya memang belum begitu lama. Tetapi segala hal yang berhubungan dengan Rasky nyatanya masih beg
Siang itu matahari bersinar dengan terik, membuat Elena dan teman-temannya memilih makan siang di dalam kantor. Para wanita yang tidak ingin berkeringat atau merasakan kulitnya terbakar tentu saja menolak dengan tegas usulan Miko yang mengajak mereka makan siang di luar kantor."Ini kan jadwalnya kita makan di luar. Kenapa banget sih ciwi-ciwi ini gak mau kena panas dikit aja," gerutu Miko pada Diaz."Sht... Udah diem," ucap Nayla sambil memasukkan sesendok penuh nasi beserta lauknya ke dalam mulut Miko agar pria itu sibuk mengunyah dibandingkan menabur genderang perang dengan dua wanita lain yang ada di meja itu.Mata Miko sempat melotot dengan kelakuan Nayla. Benar-benar mulai berani ternyata juniornya ini."Emangnya lo mau bayarin skin care kita? Atau bayarin perawatan kita ke dokter kulit?" Nayla pikir kedua wanita itu tidak ada yang mendengar gerutu Miko. Namun nyatanya, Tania cukup jeli dan sepertinya perang mulut sebentar lagi akan dimulai.
Proses syuting sudah selesai kemarin dan mereka pun langsung bertolak untuk kembali pada pekerjaan mereka setelah semalam mereka menghabiskan waktu dengan makan malam bersama untuk merayakan lancarnya proses syuting mereka hari itu.Elena dan Rasky tengah duduk berdampingan di dalam pesawat yang akan membawa mereka ke tempat asal mereka. Rasky sudah mewanti-wanti Elena agar memesankan tiket pulang untuknya di hari yang sama dengan wanita itu. Ia juga meminta agar bisa duduk bersebelahan dengan Elena.Alasannya adalah hitung-hitung mengganti waktu kencan mereka yang tertunda karena kesibukan Rasky yang cukup padat akhir-akhir ini."Kamu kangen gak sih sama aku?" tanya Rasky random. Membuat Elena mengerutkan dahinya sesaat."Kita dari kemarin kan bareng terus. Cuma pas ke toilet sama tidur aja kan pisahnya? Terus gimana konsepnya nanya kangen?" Elena balik bertanya.Rasky sempat mengangguk sesaat. Ia mengaku jika pertanyaan perlu diralat.
Ketegangan muncul di wajah tim advertising pagi itu. Pasalnya lawan main Rasky dalam iklan kali ini mendadak tidak bisa hadir karena baru saja mengalami kecelakaan ketika menuju ke lokasi syuting.Mereka tengah bingung akan mencari darimana lawan main Rasky, mengingat proses syuting akan dimulai beberapa menit lagi."Terus gimana dong, nih?" tanya Miko pada tim advertising yang juga sama bingungnya seperti dirinya.“Pemeran pengganti sudah dihubungi belum?” tanya salah seorang di tim advertising pada temannya yang lain.“Sudah. Cuma dia lagi dirawat di rumah sakit. Sementara model yang lain lagi ada kerjaan.”Miko menghela napas gusar. Bisa gawat kalau sampai syuting hari ini berantakan. "Selebgram sini gak ada yang lagi free gitu?" tanya Miko pada tim Advertising yang juga berada di lokasi syuting."Kita lagi coba hubungi selebgram yang lain. Cuma agak sulit karena kan lo tahu sendiri gimana standar
Rasky menatap ponselnya cukup lama. Memandangi pesan terakhir yang ia kirimkan pada Elena. Sudah hampir setengah hari pesan itu ia kirimkan, namun hingga detik ini belum dibaca oleh Elena.Ada perasaan gelisah yang Rasky rasakan. Ia sampai berulang kali mengecek ponselnya. Rasky bahkan juga sempat menghubungi Elena tetapi entah mengapa panggilannya tidak dijawab oleh wanita itu.Rasky pun akhirnya pasrah dan menghubungi Elang kala hari sudah malam. Rasky cukup bernapas lega begitu mengetahui Elena sudah sampai di rumah dan tengah berada di kamarnya.Ada banyak tanya di kepala Rasky. Mengapa Elena tidak membalas pesannya? Apakah ia ada salah sampai Elena menghiraukannya?Ingin rasanya Rasky kembali menghubungi Elena. Namun mengingat saat ini sudah malam dan Rasky sudah tidak memiliki tenaga untuk berdebat. Ia memilih untuk tidak berbuat apapun.Andai saja ia tidak sedang berada di luar kota. Mungkin ia akan langsung dat
Rasky duduk di pinggir kasur. Membuka sebuah pesan dari seseorang yang kini menjadi prioritasnya. Senyuman terbit di bibir Rasky begitu membaca isi pesan yang dikirimkan oleh Elena.Isi pesannya adalah hal-hal yang biasa saja. Menanyakan apakah Rasky sudah bangun atau memberitahukan pria itu jika Elena sudah sampai di kantor.Hal yang sering mereka kirimkan kepada satu sama lain dan secara perlahan menjadi sebuah kebiasaan.Progres hubungan mereka berjalan makin baik dan itumembuat kepercayaan diri Rasky meningkat jika hubungan ini akan berjalan sesuai rencananya.Pria itu berjalan menuju pantry sambil menekan tanda telepon di samping nama kekasihnya."Hai," sapanya begitu panggilannya dijawab oleh orang itu. Ia menekan tombol loudspeaker dan meletakkan ponselnya tidak jauh dari dirinya yang kini sedang membuat sarapan."Kamu baru bangun?" tanya Elena sambil mengecek jam di ponselnya yang menunjukkan pukul delapan pagi.
Elena segera keluar dari lift yang berhenti di lantai basement. Ia sedikit berlari begitu menemukan di mana mobil Rasky terparkir.Hal itu ternyata tidak luput dari pandangan Diaz yang saat itu juga akan menuju ke tempat parkir bersama Miko. Keduanya tanpa sadar tersenyum begitu melihat tingkah laku Elena yang tampak berbeda dari biasanya.Elena yang tidak menyadari kehadiran keduanya tampak acuh dan melewati mereka begitu saja."Gue baru kali ini ngeliat Mba Elena se- happy itu," ucap Miko dengan tatapan yang mengarah ke mana Elena pergi."Berarti Elena memang beneran bahagia jadi pacarnya Rasky,” seloroh Diaz santai. Ia adalah saksi bagaimana perjalanan hubungan Elena dan Rasky. Dan dari sikap yang Elena tunjukkan, ia cukup lega karena wanita itu mengikuti apa yang pernah ia katakan.Elena masuk ke dalam mobil Rasky dan tersenyum lebar kepada pria itu. Sorot matanya meredup, ia mendadak salah tingkah begitu mendapati wajah