Ghea bangun dari tidurnya yang nyenyak, dia mengedarkan matanya sekeliling kamar kostnya yang sempit, tertata rapi dan bersih.” Ini duniaku, bebas dari segala suara kebencian dan intimidasi,” bisiknya.“ " Bertahun-tahun aku mendengar suara kebencian, menanggung intimidasi , ketidak adilan ibu tiri dan saudara tiriku. Aku menanggung semuanya demi papa. “ bisiknya.
Ghea tahu ayah mencintainya tapi tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi sekarang papa berbaring tak berdaya di tempat tidur karena stroke. Sejak papanya menikah lagi , Ghea masuk dalam lubang api penderitaan karena ketidak adilan. Ibu tirinya lebih memperhatikan serta memberikan kasih sayang kepada Frenya Ananda Prayudi dan Fredo Anando Prayudi, dua adik tirinya. Ghea Ananda Prayudi dianggapnya sampah yang harus dimusnahkan dalam rumah keluarga Prayudi.
Ghea yang sebenarnya periang , murah senyum, lincah berubah karena penderitaan , ketidak adilan bahkan setiap hari mendapat intimidasi dari mama tirinya.Seandainya ada peluang untuk melarikan diri atau bunuh diri pasti sudah dilakukannya, tapi setiap dia ingin melakukannya, wajah papanya terbayang di matanya. Ghea menanggung semua intimidasi dan ketidak adilan, berjuang agar bisa keluar dari lubang api penderitaan.
Tanpa sepengetahuan ibu tirinya , papanya menyisihkan sebagian dari uang untuk membayar pendidikan Ghea sehingga Ghea bisa menyelesaikan studinya di perguruan tinggi. Semua uangnya diasuransikan pada asuransi pendidikan yang dikelola oleh manajer perusahaan papanya, Gatot Suherman. Ada keinginan untuk meneruskan ke jenjang S2, tapi papanya tiba-tiba terkena stroke karena kaget mendengar uang perusahaan dibawa lari oleh oom Yoris, saudara tante Joani yang menjabat sebagai direktur keuangan.
Gatot Suherman yang pernah magang di perusahaan papanya, PT Griya Building Sentosa melamar sebagai pegawai diangkat oleh pak Prayudi sebagai manajer untuk membangkitkan kembali perusahaan yang diambang kebangkrutan. Ghea dituntut oleh tante Joani, mama tirinya bekerja.Ghea akhirnya bekerja di supermarket, diam-diam tanpa sepengetahuan mama tirinya kuliah S1 di universitas swasta.
Ghea bekerja pontang panting . Semua jerih payahnya dari bekerja tidak dinikmatinya karena begitu saatnya gajian, ibu tirinya sudah menunggu di depan supermarket tempat Ghea bekerja. Akhirnya oom Gatot yang melihat penderitaan Ghea, setelah Ghea lulus S1, menyarankan Ghea melamar ke perusahaan Griya Artha Langgeng Jaya , perusahaan temannya yang kebetulan membutuhkan staf di kantornya.
Agar terbebas dari intimidasi, Ghea langsung melamar , diterima setelah melalui beberapa test. Terakhir ditest oleh CEO nya sendiri Ir. Galang Juda Saputra, MSc. Kemampuan berbahasa Inggris , sedikit bahasa Mandarin, serta cepat tanggap atas perintah akhirnya Ghea diterima . Tanpa sepengetahuan ibu tirinya, Ghea segera berbenah diri pindah dari kota Bandung ke Jakarta, tanpa memberitahu dimana dia bekerja. Hanya oom Gatot yang mengetahui tempat kerja dan tempat tinggal Ghea.
“ Dik Ghea, pimpinan perusahaan teman oom waktu kuliah dulu. Dia memang galak, kasar dan arogan tapi itu semua karena keadaan. Sama dengan nak Ghea, hidupnya penuh penderitaan tapi dia sekarang sukses. Kerja yang baik, cari tempat kost dekat kantor, ini alamat rumah kost murah , oom pernah kost di sini sewaktu kuliah dulu.” Kata oom Gatot ketika mengantar Ghea ke setasiun bus.
Kepergian Ghea tanpa pamit membuat seluruh rumah menjadi heboh, ibu tirinya bagaikan iblis yang kehilangan mangsanya memporak porandakan supermarket tempat kerja Ghea, rumah teman-teman Ghea disatroni , bahkan berniat ke polisi. Akhirnya pencariannya berakhir, ketika mereka mendapatkan surat yang dikirim Ghea dari setasiun bus di Bandung,” Tidak usah mencari saya, saya mencari kerja di Jakarta. Saya mohon tante jaga papa. Papa sabar ya, tunggu Ghea akan menjemput papa. Selamat tinggal.”
Ghea menarik nafas ketika mengenang saat dia di lubang api penderitaan kemudian keluar dengan selamat dari lubang api penderitaan.
Ponselnya berdering , dilihatnya nomor yang tidak dikenal.
“ Hallo?”
“ Cepat ke kantor, saya sudah di kantor. “ terdengar suara bariton bosnya.
“ Baik pak, saya otw.” Jawabnya , kemudian meleletkan lidahnya,” Huh otw ? mandi aja belum, ” bisiknya kemudian melihat jam di ponselnya.
” Ya, ampun sudah jam sepuluh, ternyata lama juga aku ngelamun mengenang lubang api penderitaan.” Bisiknya langsung menyambar handuk , masuk ke kamar mandi.
Di dekat gedung Griya Artha Langgeng Jaya berlantai 36 ada bank, Ghea singgah mengirim uang melalui ATM ke Fredo, kemudian menelpon ayahnya karena semalam Ghea mimpi papanya.Mendengar ponsel suaminya berbunyi, ibu Joani membuka ponsel, " Pa, Ghea ada kirim sedikit uang untuk papa berobat. " kata Ghea.
"Hei, jalang apapun pekerjaanmu, entah sebagai peliharaan bos atau pelacurpun setiap bulan kirim uang untuk pengobatan papamu ! Halal atau tidak halal tidak masalah ! “ seru ibu tirinya .
Ghea langsung mematikan ponselnya. Ada keinginan Ghea mengganti nomor ponselnya, tapi ada ketakutan tidak bisa menghubungi papanya.
Setelah tiga bulan bekerja , diangkat sebagai sekretaris pribadi Ir. Galang Yuda Saputra, MSc. Ghea berusaha sepertiga dari gajinya untuk pengobatan papanya, meskipun dia tahu bahwa ibu tirinya memakai untuk foya-foya. Sejak perusahaan papanya bangkrut, hampir semua saham perusahaan dibeli oleh oom Gatot dan teman-temannya. Papanya hanya disisakan 10 persen saja, itupun karena kemurahan hati oom Gatot dan teman-temannya yang kebanyakan adalah mantan karyawan perusahaan milik papanya.
Teleponnya berdering. “ Hallo pak, saya otw.”
“ Dari tadi otw, otw terus …” teriak bosnya membuat Ghea menjauhkan ponselnya , memutuskan hubungan karena dia sudah naik lift ke lantai 35.
Suasana kantor yang sepi karena hari libur, hanya satu lift yang terbuka, lift pimpinan, suasana gedung yang remang-remang membuat bulu kuduk Ghea berdiri. Baru pertama kali dia masuk kantor pada saat karyawan libur, sepi mencengkam ditambah lift yang dingin membuatnya merinding ketakutan.
Begitu buni TING, pintu lift terbuka , setengah berlari begitu sampai di depan ruang kerja bos Ghea mengetuk pintu. Terdengar makian bos” Kurang ajar anak ini, belum selesai….."
Mendengar ketukan halus di pintu, bos melihat kearah pintu," Kemana saja kamu dari tadi otw, saya sudah menunggumu selama dua jam ! “ dengus bosnya dengan mata merah, wajahnya yang putih langsung dipenuhi semburat merah karena menahan marah.
“ Maaf pak…” jawab Ghea dingin.
“ Maaf… maaf… kamu tidak tahu tadi pagi saya tidak sarapan !” teriak bos.
“ Bapak mau dipesankan sarapan?” tanya Ghea pura-pura tulus di wajahnya, tapi ada nada jengkel di suaranya.
“ Tidak usah ! Ambil laptopmu ! “
Saat berikutnya, matanya beralih ke sesuatu di belakang Ghea.Matanya yang kejam melebar, “ Kamu masuk ke ruang kerjaku tanpa mengetuk ! Kurang ajar ! “ teriaknya kepada mas Rio yang masuk membawa dua paper bag.
“ Maaf pak, saya tadi lihat mbak Ghea masuk ke ruang bapak…”
“ Kamu kira saya dengan Ghea berbuat mesum ! Keluar !!” teriak bos.
Mendengarnya Ghea langsung lemas. Belum selesai dia dimarahin, sekarang mas Gito yang tidak mengetuk pintu dimarahin. Langsung diambilnya paper bag dari tangan mas Gito, Uh, gunturpun kalah dengan teriakannya, ngedumel Ghea dalam hati.
Dengan perlahan , Ghea mengambil laptop ,masuk ke ruang kerja bos yang menatapnya. Di bawah lampu , matanya yang dalam, berbahaya dan kejam bagaikan menghipnotis membuat tulang punggung Ghea merinding, otomatis membuat Ghea mundur beberapa langkah.
“ Kenapa mundur ! Duduk ! “ perintah bos.
Hati Ghea menegang ketika bosnya duduk di sampingnya , dilanda kepanikan , tangannya langsung bergetar tak terkendali. Bos melihat tangan Ghea bergetar, “ Saya tidak suka orang masuk ruang kerjaku tanpa mengetuk ! Ada aturan tidak tertulis di kantor yang harus dipatuhi semua karyawan, termasuk kamu ! Biarpun statusmu sekretaris pribadiku, tapi kamu harus melakukannya ! Ingat itu !” katanya langsung menyodorkan tabletnya.
“ Pelajari rencana kerja proyek ini, buat power point yang bagus dan menarik ! Kemarin bagus yang kamu buat, saya ingin kamu kerjakan sekarang, jika ada yang tidak kamu mengerti bisa tanya, saya menunggumu sampai kamu selesai,” ujarnya , dengan nada perintah.
“ Baik pak, saya akan mencobanya.” Kata Ghea langsung berdiri.
“ Hai , mau kemana kamu ?” tanya bos.
“ Ke ruang kerja saya pak…” jawab Ghea.
“ Kamu kerjakan di sini. Hmm.. makan dulu sarapanmu, kamu pasti belum sarapan.” Kata bos sambil menatap Ghea. Sorot mata kejam berangsur-angsur lenyap , mata bos terlihat sendu.
“ Terima kasih pak.” Kata Ghea, langsung berdiri.
“ Makan disini, temani saya. Saya juga belum sarapan.” Bisik bos .
Ada semburat merah di pipi Ghea,bukan semburat merah karena marah tapi ada perasaan malu karena bos minta ditemanin makan, mungkin takut Ghea salah tafsir.
Ghea tercengang melihat bos yang cepat berubah. Hmm.. seperti cuaca saja, bisa berganti setiap saat, kata Ghea dalam hati, tidak sengaja dia tersenyum mendengar kata hatinya.
“ Mengapa tersenyum?” tanya bos dengan mata masih menyisakan kekejaman.
“ Ternyata bapak juga belum sarapan, itulah yang membuat bapak marah.” Jawab Ghea .
´Cepat makan, tidak usah diskusikan lapar dan marah saya !” kata bos dengan tatapan matanya yang hitam kelam bersinar terang bagaikan batu permata.
Ghea heran melihat cara bos makan, cepat seolah tidak dikunyah , langsung ditelan , selesai makan melemparkan dos ke paper bag, berdiri mengambil dua botol mineral dingin dari kulkas kecil menyerahkan sebotol langsung ke tangan Ghea. Tanpa sengaja tangan mereka bersentuhan, refleks Ghea menarik tangannya , botol mineral jatuh dari tangannya.
Ghea mencoba mengambilnya, tapi bos langsung menunduk ingin mengambilnya , terjadilah kecelakaan kecil, kepala bos dan Ghea berbenturan. Melihat Ghea mengerinyit kesakitan, bos nyelutuk kejam.
“ Bodoh ! Tidak tahu melihat situasi ! “
Ghea menatap bosnya dengan tatapan tidak senang, “ aku keluar dari intimidasi mama sambungku , ternyata di kantor diintimidasi bos yang arogan, kejam dan super galak. Oh. Godness kapan aku bisa bebas dari segala intimidasi dan ketidak adilan?” batin Ghea sambil membereskan paper bag menaruhnya di tempat sampah di luar ruang kerja bos.
" Hmm, saya dengar dari Rio kamu kasih Rio oleh-oleh?" tanya bos.
Ghea terperanjat, mulut lancang juga mas Rio, gitu saja dipamerkan sama bos, batin Ghea.
" Oh, hanya kue sagu pak. Kemarin karena mas Rio antar saya ke rumah , saya kasihlah sedikit oleh-oleh yang saya beli di depan hotel." kata Ghea .
" Apa hubunganmu dengan Rio?"
" ......." Ghea terlonjak kaget, speachles mendengar pertanyaan bos.
" Ingat, di kantor tidak boleh ada hubungan asmara antar pegawai. Salah satu harus keluar, kalau diam-diam membina hubungan dan ketahuan , dipecat. Ingat itu !!"
Ghea menatap bos dengan tatapan dingin, mengambil tablet bos , Kepo banget. Apakah kasih oleh-oleh itu ada hubungan? Hubungan apa? Hubungan asmara aku dengan mas Rio. Mas Rio supir pribadi bos merangkap bodyguard, tubuhnya kekar kulitnya kecoklatan , khas tipe orang Batak. Ih. ! Bos aneh ! batin Ghea , memepelajari konsep yang ada di tablet bos, membuka laptop .
Ghea langsung memainkan jemarinya yang lentik di atas tuts keyboard. Karena asyiknya dia tidak mengetahui bahwa bos memejamkan matanya , diluar sadar bos membayangkan jemari lentik menari di atas tuts piano mendentingkan lagu " Fur Eize". Terbayang sesosok wajah eksotik dengan tubuh yang ramping , rambut panjang bergelombang tersenyum memandangnya sambil jemarinya terus menari di atas tuts piano. Jemari lentik berpoleskan kuteks warna ungu. Bos tersentak dari lamunan pendeknya,tiba-tiba matanya yang kejam kembali bersinar, luka lamanya kembali menganga membentang kenangan lama yang menyakitkan. “ Besok saya tidak mau melihat kukumu yang panjang. Potong kukumu , menjijikkan!” teriak bos. Ghea langsung berhenti mendengar teriakan bos. Dipandangnya wajah bos yang pucat , matanya yang kemerahan bibirnya menahan geram . “ Itu sebabnya kamu sering salah ketik, kukumu terlalu panjang sehingga menyentuh tuts lain di keyboard dan warna kukumu menjijikkan ! “seru bosnya. Ghea menundu
Ghea menghempaskan tubuhnya di tempat tidur, airmatanya langsung mengucur ke pipinya yang putih mulus. Kejadian tadi di kantor ketika bos membanting ponselnya terjadi secara tiba-tiba , berlalu cepat, kayaknya pernah dialami Ghea. " Kejadian ponsel dibanting pernah aku alami, kapan ya?" bisik Ghea. Ghea seolah-olah merasakan pernah mengalaminya serta berusaha mengingat kembali, entah berapa puluh tahun yang lalu ,diingatnya papa dan mamanya bertengkar karena mama tidak mengijinkan papa menikah lagi. “ Aku harus mempertanggungjawabkan kehamilannya, anak yang dikandungnya adalah anakku.” Teriak papa. “ Aku tidak perduli dia mengandung anakmu, aku tidak mau dimadu !” mama balas berteriak. " Kalau anaknya lahir, papa akan menceraikannya . Apa yang terjadi karena aku khilaf ma.. " Kata papa , ada nada menyesal ketika mengatakannya. " Mana mungkin si Joani mau diceraikan, dia tidak akan mengeluarkan sendok emas yang sudah dimasukkan ke mulutnya. Anak dalam kandungannya hanya
Hari Minggu adalah hari memanjakan diri, bangun agak telat, sarapan mie instan, diseduh langsung dari dispenser , minum kopi instan sambil melamun memikirkan ponsel yang dibanting bos, meskipun Ghea melihat di paper bag berisi ponsel flip merk terkenal yang diberikan bos . Ghea enggan membukanya, dibiarkan paper bag tergeletak di bawah meja. Makanan cepat saji yang dikirim bos, telah dilahapnya, sayang kalau dibuang , kebetulan perutnya sedang lapar-laparnya dihabiskan tanpa sisa. Setelah membersihkan kamar , Ghea menuju ke samping tempat kost mencuci baju yang bertumpuk , seprei , bedcover serta handuk yang dicucinya setiap minggu di laundry coin milik ibu kost. Ghea lebih suka memakai laundry coin, setelah kering dia menyetrika sendiri. Setelah selesai dia memanjakan dirinya, makan siang pesan melalui online , melulur badannya , creambath sendiri setelah selesai dia membalur seluruh tubuhnya dengan handbody, kemudian menghempaskan dirinya di tempat tidur . “ Uhm, nikma
Pagi-pagi sekali Ghea sudah berada di kantor, dia berangkat lebih pagi karena selain ingin mengembalikan paper bag berisi ponsel, dia akan menyelesaikan pekerjaannya yang masih menumpuk jika sewaktu-waktu dikondisikan akan resign dari kantor. Terdengar pintu ruang kerja bos terbuka, ternyata bos juga datang pagi-pagi. Deg..! Dada Ghea berdetak kencang, mengapa bos juga datang pagi-pagi? batinnya. Ghea terus mengumpulkan berkas , mengetik jadwal bos selama seminggu, kemudian mengirim ke tablet bos. Terdengar pintu penghubung terbuka, Ghea mendongak dilihatnya bos menatapnya keheranan. “ Kenapa kamu masuk pagi-pagi, belum jam kantor.” Kata bos sedikit ramah. Ghea tidak menjawab hanya menatap bosnya dengan tatapan datar. “ Saya tidak mau terima ponsel bapak, terlalu mahal , terlalu mewah bagi saya. Ada di meja kerja bapak.” Kata Ghea berusaha terlihat garang. “ Kamu tidak menjawab pertanyaan saya!” geram bos. “ Pertanyaan yang sama untuk bapak.” Kata Ghea. Terkejut bos mendenga
Pulang kerja , Ghea membuka paper bag , melihat dos ponsel yang mereknya terkenal , modelnya sedang ngetred ,ponsel lipat yang sudah diidam-idamkan sejak lama. Ternyata segelnya sudah terbuka, ponsel mungil warna silver yang bisa dilipat pada bagian tengahnya, dimana layar utamanya menampilkan bunga yang indah jika dibuka. Ponsel itu selalu dilihatnya ketika nonton drama Korea membuat Ghea bertekat akan mewujudkan impiannya memiliki ponsel model lipat berwarna silver. Dipandangnya ponsel itu bagaikan memandang kekasih. “ Kau yang kuinginkan telah hadir di depanku , “ bisiknya sambil meletakkan ponsel di dadanya. Dadanya bergemuruh senang , terasa ada aliran hangat merasuk ke dadanya , sebuah wajah tampan dengan matanya bagaikan permata black opal menatapnya dengan kejam. Ghea berusaha memejamkan matanya untuk menghilangkan wajah yang sangat dibencinya , bukannya menghilang wajah itu semakin melekat tidak ingin keluar dari matanya yang terpejam, malah di sudut hatinya ada sedikit k
Keesokan harinya, Ghea bangun dengan perasaan malas. Ada keengganan berangkat ke kantor, takut menghadapi rekan-rekan kantor membicarakan HOT GOSSIP yang kemarin terjadi. Setelah menarik badannya kuat-kuat, disingkapkannya bedcover langsung duduk berdoa . Setelah berdoa ada sedikit harapan di hatinya, semoga HOT GOSSIP segera berlalu. Sesampai di lobbi perusahaan, sekuriti yang biasanya cuek menyambutnya, menyambutnya dengan hangat,” Selamat pagi mbak Ghea, tidur nyenyak semalam?” Dengan muka datar dan dingin, Ghea tidak menjawab pertanyaan sekuriti , cepat-cepat melangkahkan kakinya menuju ke lift. Di depan lif sejumlah karyawan bergerombol , riuh membicarakan sesuatu, Ghea cuek saja memasang topeng muka datar, dingin dengan gestur tubuh , jangan sentuh aku. “ Wah ini dia si frigid yang bisa mengalahkan monster perusahaan .” terdengar suara perempuan dengan nada iri. “ Frid, bagaimana rasanya dicium bos ? Hangat, panas, manis, kecut, asam atau pahit bibirnya?” tanya Roland tert
Setelah pertemuan yang melelahkan karena sepanjang pertemuan, presentasi bos dicecar dengan pertanyaan pak Hartono ,Person In Charge , bertanggungjawab atas semua proyek yang dikerjakan PT Griya Artha Langgeng Jaya. Pak Hartono, berkepribadian agresif , suka mendominasi dan ambisius , berusaha terlihat percaya diri , arogan , sangat tidak menghargai orang lain. Karakter yang sama dimiliki bos , meskipun tidak nampak di permukaan. Lain halnya dengan bos tidak menyembunyikan karakternya. Semua staf tahu karakteer bos, sedangkan pak Hartono para staf harus mereka-reka karakternya. Pak Hartono diam-diam bersaing dengan bos. Menurut Nyali , bos tahu bahwa pak Hartono selalu ingin menjegal bos, ingin bersaing merebut hati bapak Pringgodihardjo, apalagi kedudukan bos sedang diincar pak Hartono. Begitu bos menceraikan Yasmin , maka kedudukan bisa lepas sebagai CEO. Pihak yang dekat dengan mereka tahu bahwa sering terjadi persaingan tidak sehat yang dilakukan pak Hartono. Karena tidak ada
Masuk dalam taxi , ponselnya berdering, Nyali menelponnya. “ Kenapa kau tutup telepon?” “ Oh My God, kamu tahu siapa yang ada di belakangku ketika aku ceritaiin bos? Ir. Galang Juda Saputra, MSc. ! Dia rupanya dengar aku ceritaain dia, mungkin sangking asyik ceritain kejelekannya , bos kesel lalu mendehem, aku kaget karena aku kenal dehemnya langsung aku membalikkan badan kulihat bos memandangku dengan matanya yang bersinar terang seolah-olah akan menerkamku, bagaikan diburu singa aku lari cepat-cepat keluar lobbi. Untung ada taxi. Selamatlah diriku.” Cerita Ghea , setelahnya dia menghembuskan nafasnya. “ Matilah kau Ghea ! Besok kau akan dieksekusi ! “ kata Nyali dengan aksen Bataknya. “ Bah, tidaklah ! Besok kan bos tidak masuk, aku tunggu teleponnya atau tunggu tiga hari lagi, pasti sudah cooldown .” kata Ghea berusaha menghibur hatinya. “ Mudah-mudahan, dia juga lupa.” Kata Nyali berusaha menghibur temannya. Mendekati rumah kost, ponselnya berdering , dari oom Gatot,
Satu tahun kemudian. Ghea sibuk menyiapkan makan malam, ibu Imelda Hutomo , Yasmin dan Oscar diundang Ghea makan malam di rukan . Ibu Imelda Hutomo, Yasmin dan Oscar ke Sendawar untuk menjemput Sinar liburan akhir tahun ke Jakarta. Untuk mengungkapkan dibutuhkan kesabaran dan kebijakan agar Sinar bisa menerimanya. Sinar perlahan-lahan diperkenalkan dengan keluarga biologisnya, awalnya dengan mengadakan komunikasi jarak jauh Sinar dengan Oscar. Sinar kagum ketika Oscar menunjukkan beberapa lukisan yang memenangkan perlombaan Internasional. “ Sinar ingin oom jadi guru menggambarku,” “ Baik, Sinar ke Jakarta nanti oom akan ajar melukis, agar Sinar bisa mewarisi seni melukis oom Oscar.” Kata Oscar. “ Betul, kapan Sinar bisa ke Jakarta?” “ Kalau mama Ghea dan papa Galang mengijinkan.” Jawab Oscar. Ghea dan Galang mendengar pembicaraan Sinar dengan Oscar melalui speaker handphone milik Galang, menyembunyikan wajah ketidak relaan mereka karena Sinar akan diambil dari kehidupan mereka.
Sampai di Balikpapan, Galang menyewa cleaning service untuk membersihkan rumah, mengepak barang-barang yang akan dibawa ke Sendawar. Beberapa barang yang tidak dipakai , ibu Marni dibantu ibu RT ,menanyakan ke tetangga membuat daftar siapa yang akan mengambilnya. Langsung nama Ghea meroket naik, dari perempuan sombong menjadi perempuan murah hati. Ghea tersenyum mendengar laporan ibu Marni, “ Itulah ibu, mereka tidak paham, hanya melihat dari luar.” Kata Ghea. Tiba-tiba Ghea merasa mual kembali, keinginan muntahnya semakin hebat disertai rasa pening, “ Mbak bisa buatkan saya teh manis hangat. Rasanya saya sering mual dan ingin muntah.” Kata Ghea. “ Apakah aku hamil?” bisik Ghea. Ghea mengingat kapan dia terakhir haid. Karena siklusnya tidak teratur diapun lupa kapan terakhir haid. “ Ibu, kapan ya haid saya yang terakhir? Ibu mungkin tahu?” tanya Ghea. “ Hmm.. waktu nak Galang pulang dari proyek, ibu sempat dengar dia ngedumel, “ Lagi PM, aku so tidak tahan.” Jawab ibu Marni samb
Setelah pesta ulang tahun Ghea serasa reunian, Galang dan Ghea mengantar tamu mereka yang langsung menuju ke lift. Mereka terlihat sumringah karena masing-masing membawa paper bag berisi kain tenun khas Dayak. Kesemuanya adalah ide Galang memperkenalkan kain khas Kalimantan, selain batik yang sudah go Internasional. “ Aku mau lihat anak-anak dulu.” Kata Ghea ketika mereka sampai ke kamar yang bersebelahan dengan kamar Ghea dan Galang, mengetuk pintu perlahan, ibu Marni keluar berbisik, “ Anak-anak sudah tidur, mereka capek nunggu mama dan papanya.” “ Oh… “ bisik Ghea penuh penyesalan. “ Besok aku akan melihat mereka, “ bisik Ghea. Galang melihat ke mata sendu Ghea yang penuh penyesalan, “ Besok pagi-pagi kita ajak jalan-jalan sebelum ke bandara.” Ghea merasa tenang mendengar janji Galang, memeluk Galang.Galang memperketat pelukannya, memasukkan kartu ke kamar mereka. “ Papa, terima kasih atas pesta ulang tahunnya, atas semua yang telah papa buat untuk mama.” “ Mama senang?” ta
Sore hari Galang menyatakan bahwa dia akan membuat pesta ulang tahun untuk Ghea. Ghea protes ,” Pa, ngapain bikin pesta ulang tahun?” “ Selama kita menikah, aku tidak pernah bikin pesta untukmu. Ayolah, papa sudah reservasi resto di hotel ini.” “ Hanya keluarga kita kan?” “ Beberapa teman, papa panggil.” Kata Galang sambil memberikan boks. “ Bukalah.” Ghea membuka pita , kemudian membuka boks,sebuah gaun hijau dengan potongan dada Sabrina dihiasi taburan berlian sepanjang leher, sepatu heels slingback warna perak dan clutch bag warna silver. “ Papa..” “ Kamu pakai untuk pesta ulang tahunmu nanti malam.” “ Aku, tidak biasa pakai yang beginian,” “ Kamu harus biasa, apakah kamu mau pakai tanktop dan celana pendek?” Sore menjelang malam, diantar ibu Marni, Ghea ke salon yang ada di hotel, itupun atas perintah Galang. Setelah mandi Galang telah mempersiapkan gaun, sepatu dan clutch bag di ranjang. Galang sudah memakai celana panjang, kemeja dan dasi tinggal memakai jas Armani
Jam menunjukkan pukul dua belas malam, Galang terbangun dari tidur lelap setelah berpacu nikmat dengan Ghea. Ghea nampak pulas tidur dalam lekukan lengan Galang. Perlahan Galang membebaskan kepala Ghea dari lekukan lengannya, menelpon seseorang. “ Saya ada di depan pintu kamar,” jawab Dipta. Galang cepat memakai bathrobe, membuka pintu , Dipta memegang kue tart kecil dengan lilin yang sudah menyala. “ Terima kasih Dipta, silah tidur kembali.” Tetap memegang kue tart, Galang mencium bibir Ghea, mengulum membuat Ghea membuka matanya. Melihat lilin yang menyala di depan wajahnya, Ghea bangkit, “ Happy birthday my wife, my angel, my love.” Kata Galang memeluk Ghea. “ Tiup lilinnya, tapi sebelumnya make a wish.” Ghea dengan mata terpejam karena melawan ngantuk meniup lilin, kemudian memeluk Galang,” Thanks, my darling. I love you.” Lalu jemarinya mencolek cream menaruhnya di hidung Galang. Galang membalas mencolek cream menaruhnya di bibir Ghea. Kue tart kecil dimakan bersama, seper
Sidang kedua hak asuh anak, sesuai permintaan penasehat hukum Galang sebagai tergugat, atas permintaan Ghea sebagai saksi, pada agenda sidang pemeriksaan saksi, sidang perebutan anak dilakukan secara tertutup bagi umum. Kuasa hukum Yasmin sebagai penggugat, menyatakan keberatannya terhadap larangan hakim karena menyangkut masa depan anak yang diperebutkan hak asuhnya. Kuasa hukum Galang sebagai tergugat, pak Susetyo menjelaskan karena menyangkut kasus dalam ranah hukum keluarga dan mental anak yang diperebutkan hendaknya sidang tertutup untuk umum. Akhirnya hakim memutuskan sidang tertutup untuk umum dan menyatakan bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang berbuka untuk umum. Suasana sidang penuh ketegangan karena adanya protes dari keluarga Pringgodihardjo karena mereka ingin menutup fakta yang sebenarnya terjadinya gugat cerai oleh Galang . Sidang berjalan alot, akhirnya atas permintaan kuasa hukum tergugat meminta Ghe
Ghea sedang memasak ketika ponselnya berbunyi, dibacanya log panggilan dari Poppy. “ Hai aku dengar dari dokter Budi kamu mencari mantan suamimu?” “ Dia bukan mantan suamiku, suamiku .” jawab Ghea. “ Dia kan ceraikan kamu?” “ Iya. Di atas kertas, tapi belum di pengadilan agama. Kami sudah menyalurkan gairah seksual kami.” “ Bagaimana, asyik, putar ke kanan, ke kiri, melompat setelah empat tahun selibat?” tanya Poppy. “ Simpan pikiran mirismu!” kata Ghea sambil tertawa. “ Woaaahh! Berarti tebakanku benar.” “ Tumben menelponku di jam segini, biasanya kamu sibuk di salon.” “ Hmm.. apa kau sudah baca berita ?” tanya Poppy sambil menyebutkan salah satu portal yang terkenal dengan gosip hot. “ Mengenai apa?” tanya Ghea. “ Perebutan hak asuh Yasmin Pringgodirgo dengan mantannya, Galang.” “ Apa? “ kata Ghea langsung mematikan kompor, menutup ponselnya dengan tangan kemudian memanggil ibu Marni,” Ibu tolong selesaikan.” “ Pop, aku putuskan dulu, mau mencari beritanya.” Kata Ghea .
Begitu tamu tidak diundang keluar rukan dengan bersungut-sungut, Ghea dengan langkah cepat menaiki anak tangga mencari Haikel dan Sinar. Haikel sedang dibujuk oleh ibu Marni, “ Mama , Haikel takut nanti papa dipukul .” kata Haikel sambil menangis tersedu-sedu. “ Haikel, mereka tidak akan memukul papa, ada oom Dipta yang jaga papa,” kata Ghea, lalu bertanya ke ibu Marni , “ Di mana Sinar?” “ Sinar di kamar sedang melukis,” “ Sinar,” panggil Ghea. Tidak ada sahutan, Ghea mulai cemas, takut kalau Sinar mendengar keributan di bawah dan mengetahui jati dirinya. Dibukanya pintu kamar Ghea, Ghea sibuk di depan papan melukis, sambil tubuhnya bergoyang-goyang mengikuti irama musik, sekali-sekali dia bersenandung. Ah, dia pakai headset, batin Ghea. “ Sinar ! “ teriak Ghea. Sinar bergeming, tetap fokus di depan papan melukis, Ghea mendekati Simar memeluknya, Sinar melihat ke arah Ghea,” Mom , aku kaget !” “ Kamu terlalu asyik melukis sampai tidak tahu bahwa papa sudah pulang dari proyekn
Seminggu kemudian. Ghea menunggu Galang yang sedang bekerja di kantornya. Meskipun rumah dan kantor dalam satu lokasi, Ghea tidak pernah memunculkan dirinya di kantor Galang. Pintu penghubung dengan rukan sebelah tempat ibu Marni dan anak-anaknya, Sinar dan Haikel tinggal Ghea dilalaui Ghea jika akan bertemu dengan mereka. Galang hanya ingin kamarnya untuk dia dan Ghea, Galang tidak ingin privasinya terbagai dengan yang lain, meskipun mereka adalah anak-anaknya, itulah keegoisan yang dimiliki Galang. Ghea baru saja meninggalkan anak-anaknya, Sinar dan Haikel setelah mengajari Haikel belajar mengenal huruf , mendampingi Sinar melukis. Masih terbayang wajah Sinar yang tidak menampakkan satupun dari wajahnya yang bisa diandalkan sebagai anak Galang. Yasmin? Ghea tidak tahu garis wajah Yasmin, yang diketahuinya hanya kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Sinar memiliki wajah yang cantik. Berbeda dengan Haikel, melihat rupanya orang bisa menebak bahwa Haikel adalah anak Galang, Haikel bagaik