Hari Minggu adalah hari memanjakan diri, bangun agak telat, sarapan mie instan, diseduh langsung dari dispenser , minum kopi instan sambil melamun memikirkan ponsel yang dibanting bos, meskipun Ghea melihat di paper bag berisi ponsel flip merk terkenal yang diberikan bos . Ghea enggan membukanya, dibiarkan paper bag tergeletak di bawah meja. Makanan cepat saji yang dikirim bos, telah dilahapnya, sayang kalau dibuang , kebetulan perutnya sedang lapar-laparnya dihabiskan tanpa sisa.
Setelah membersihkan kamar , Ghea menuju ke samping tempat kost mencuci baju yang bertumpuk , seprei , bedcover serta handuk yang dicucinya setiap minggu di laundry coin milik ibu kost. Ghea lebih suka memakai laundry coin, setelah kering dia menyetrika sendiri.
Setelah selesai dia memanjakan dirinya, makan siang pesan melalui online , melulur badannya , creambath sendiri setelah selesai dia membalur seluruh tubuhnya dengan handbody, kemudian menghempaskan dirinya di tempat tidur .
“ Uhm, nikmatnya hidup , sprei bersih , bedcover bersih dan wangi. Kebebasan yang baru kunikmati setelah bertahun-tahun hidup di lubang api penderitaan, “ bisiknya sambil melamun.
Ada keinginan melihat ponsel yang dibeli bos, tapi kekerasan hatinya melarang, Aku akan mengembalikannya hari Senin, kalau aku terima bos bertambah seenaknya pada diriku, batinnya.
Ghea bangun dari tidur siangnya menjelang sore , ketukan agak keras, "Hmm ..ketukan bik Saijah." bisik Ghea .
“ Non, ada tamu. Katanya dari luar negeri, mau ketemu non,” teriak bik Ijah dari balik pintu.
“ Terimakasih bik, bisa minta tolong, suruh tunggu sebentar , saya mau ganti baju.” Teriak Ghea.
“ Baik non.” Teriak bik Saijah, terdengar seretan sandalnya menjauh berarti dia menuju ruang tamu.
' Hmm.. siapa yang datang dari luar negeri ? Keluargaku? Tapi mereka tidak tahu tempat tinggalku,' bisik Ghea sambil berganti baju, menyisir rambutnya , memakai bedak tipis di wajahnya yang mulus. Setelah terlihat rapi dan oke, keluar kamar, menguncinya , menuju ruang tamu.
“ Keenan? Katanya tamu dari luar negeri, Bandung sekarang sudah diluar Indonesia ? " seru Ghea.
“ Bukan Keenan jika tidak berusaha mencari tempat persembunyianmu.” Jawab Keenan yang langsung ingin memeluk Ghea . Niatnya gagal karena Ghea berusaha menjaga jarak . Ghea sadar status mereka jauh berbeda. Mereka bersahabat sejak SMA, kemudian Keenan pindah ke Jakarta katanya sekolah pilot , mereka putus hubungan.
“ Aku menelponmu berkali-kali tapi tidak ada respons.” kata Keenan kesal.
“ Iya, kemarin ponselku hilang, entah kemana” jawab Ghea menyembunyikan mukanya untuk menutupi kebohongannya.
“ Pesawatku kemarin mendarat di Jakarta setelah dari Paris, aku langsung menghubungimu begitu pesawatku mendarat. Kamu ada acara malam ini?” tanya Keenan.
“ Kelihatannya tidak ada, kenapa mau ngajak makan?” tanya Ghea spontan.
“ Rencana kita teman-teman kelas Beethoven mau ngumpul, ada Shane, Johny, Darman dan Prily, katanya mereka mau ketemu sama Frigid… sorry aku hanya copy paste perkataan mereka.” Kata Keenan.
“ Jam berapa?” tanya Ghea.
“ Sekarang, kita jalan-jalan dulu baru menuju ke restoran. Kata mereka kangen mau ngumpul jam tujuh, mereka harap frigid bisa hadir …” kata Keenan menatap Ghea dengan sejuta harapan.
“ Baiklah. Aku akan ganti baju, bisa tunggu lima belas menit ? Eh.. tiga puluh menit, aku mau mencairkan diriku dulu agar tidak beku .” balas Ghea sambil tertawa.
“ Kamu banyak berubah Ghea, kamu terlihat lebih hangat, wajah datarmu sih .. emm.. masih dingin, tapi ada sedikit sinar kebahagiaan.” Kata Keenan menatapnya dengan kasih.
“ Tapi istilah frigid masih melekat pada diriku, teman-teman kantorku memanggilku frigid juga, mungkin karena tatapan dinginku masih tersisa ya…” jawab Ghea.
“ Mungkin, tapi kamu terlihat semakin cantik.”
“ Oya, terima kasih atas pujiannya.”
“ Keenan, sorry tidak ada minuman, maklum tempat kostku tidak menyediakan minum bagi tamu, sedangkan persediaan air mineralku sudah habis.” Kata Ghea,
“ Tidak masalah, aku akan menunggumu sampai kamu mencair… dan dandan yang cantik ya, biar aku bangga didampingi wanita cantik,” kata Keenan.
“ Ishh, kamu tahu kan aku paling malas dandan.., kalau mau aku tampil cantik, aku batal deh ikut..” gerutu Ghea.
“ Sorry, terserah mau dandan, tidak dandan boleh, kamu tetap terlihat cantik ."Ucap Keenan sambil menggaruk dagunya yang tiba-tiba terasa gatal.
Ghea meninggalkan Keenan yang menatap kepergiaan Ghea, waktu masuk kamar kost harum parfum Keenan serasa mengikutinya, Ghea menghirup wangi yang pasti mahal, dia tidak tahu mereknya tapi dari keharuman dan wanginya yang maskulin menunjukkan parfum mahal.
Sambil membuka lemari pakaian yang hanya terdiri dari beberapa baju, pilihan Ghea pada dres batik yang baru dibelinya ketika mendampingi bos pada acara launching rumah sakit dimana perusahaan mereka membangunnya. Dipolesnya wajahnya dengan bedak, memakai lipstick transparan dan menyemprot minyak wangi, diambilnya satu-satu high heel yang dimilikinya , keluar mendapatkan Keenan yang terkejut melihat perubahan Ghea.
“ Kamu cantik banget.....” bisik Keenan.
“ Terimakasih..” jawab Ghea malu-malu karena dua kali Keenan memujinya cantik.
Setelah pamit pada ibu kost yang menatap kepergian Ghea bersama Keenan, ibu kost baru pertama melihat Ghea keluar dengan pria, cakep, tinggi dan terlihat berkelas di mata ibu kost.
Sepanjang jalan mereka bercakap-cakap, mengenang masa SMA ,” Kau ingat, saat menyelamatkan kamu dari ibu tirimu?” tanya Keenan.
“ Kita bersembunyi di kamar mandi, ketahuan sama pak Doddy, kita dikira sedang berbuat mesum.” Kata Keenan terkekeh-kekeh mengingat kejadian waktu itu.
“ Sampai aku dibilang sifrigid ternyata suka juga es mambo, ” kata Ghea menahan malu.
“ Aku harap kamu dicari lagi sama ibu tirimu, kamu akan saya selamatkan.” Kata Keenan.
“ Selamatkan aku di kamar mandi? Ogah !..” ujar Ghea merengut.
“ Tidak ! Di kamar hotel, tiduran sambil berpelukan, kata Keenan.
“ Dasar pilot ! Pasti di setiap kota ada pramugari yang kamu garap,” goda Ghea.
“ Pasti, tapi yang aku inginkan gadis di sampingku bisa mendampingiku. Setiap pesawatku mendarat di Jakarta, aku berhalusinasi tentang dirimu," bisik Keenan sambil memandang Ghea.
Ghea terdiam, ada getaran di dadanya mendengar rayuan Keenan. Sejak mereka berteman , kemudian bersahabat , Keenan sering mengatakan bahwa dia ingin Ghea kelak menjadi pendamping hidupnya.
Ghea mengingat kembali ketika mereka bersembunyi di kamar mandi, Keenan waktu itu menyelamatkan dirinya yang dicari ibu tirinya, Joani yang ingin pergi arisan tapi tidak ada yang menjaga Fredo yang waktu itu masih bayi. Dengan menggendong Fredo ibu tirinya keliling sekolah bahkan sampai ke kantin sekolah. Waktu itu Keenan berbisik, “ Ayo kita sembunyi di WC." kata Keenan lalu menyambar tangan Ghea yang gemetar karena takut.
Di WC sekolah, Ghea hanya menunduk ketakutan, takut kepergok ibu tirinya sedang berduaan dengan lelaki atau kepergok guru. Untung pak Doddy yang menemukan mereka, kalau ibu Nirmala pasti deh suaranya akan membahana ke langit sehingga semua penghuni sekolah tahu perbuatan mereka.
Pak Doddy hanya menasehati mereka, tapi ketika sedang memberi nasehat ada telinga liar mendengarnya dan timbul bisik-bisik di kelas si frigid ternyata suka es mambo.
“ Ghea kenapa kamu tiba-tiba menghilang dari kota Bandung?” tanya Keenan.
“ Panjang ceritanya, aku tidak ingin membicarakannya.” Jawab Ghea.
“ Pasti ulah ibu tiri dan saudara tirimu?” tanya Keenan.
“ Sudah tahu kok tanya !” gerutu Ghea.
“ Aku dengar oom Prayudi sedang dirawat di rumah sakit Hasan Sadikin.” Kata Keenan.
“ Hmm... kamu tahu dari siapa ?” tanya Ghea.
“ Aku dengar dari teman-teman, mereka mencarimu, ingin mengetahui keadaanmu.”
“ Oh, iya kenapa kamu tahu aku di Jakarta?” tanya Ghea.
“Waktu aku balik dari Paris, aku ketemu oom Gatot di bandara Soetta. Oom Gatot akan ke Singapura, aku langsung menghampirinya , bertanya tentang kamu. Aku ingat kamu pernah kenalkan oom Gatot waktu kita ke kantor papamu mengambil uang pendidikan yang papamu simpan untuk bayar uang sekolah?” ujar Keenan.
" Iya, oom Gatot yang mengelola uang asuransi pendidikanku sehingga aku tamat kuliah. Sebenarnya aku ingin melanjutkan ke S2, tapi papa tiba-tiba stroke." kata Ghea.
" Kamu kuliah dimana dan fakultas apa?" tanya Keenan.
" Kuliah Ekonomi dan Bisnis, aku ambil prodi Manajemen."jawab Ghea.
“ Apakah oom Gatot katakan dimana aku kerja?” tanya Ghea.
“ Tidak ! Kami tidak sempat bicara banyak .” jawab Keenan.
“ Kamu kerja dimana?” tanya Keenan.
“ Sorry , untuk sementara aku tidak bisa kasih tahu, mungkin aku akan resign dari kantorku.” Jawab Ghea.
“ Kita sudah sampai.” Kata Keenan, langsung memarkir mobilnya di depan restoran terkenal . Mobilnya diambil alih petugas wallet.
Mereka masuk ke dalam restoran , Keenan mengatakan sudah reservasi mereka ditunjuk pada meja yang hanya ada dua kursi saja.
“ Kok.. mana yang lain?” tanya Ghea.
“ Just the two of us.” Bisik Keenan membuka kursi dan menyilahkan Ghea duduk.
Ada perasaan canggung mendapat perlakuan khusus Keenan. Meskipun jauh dalam hatinya ,Ghea menyukai Keenan sejak masih teman sekolah, tapi perasaannya selalu ditekan, dirinya khawatir dia tidak sempurna buat keluarga Keenan. Keluarga Keenan utuh sempurna, tanpa cela, keluarga pengusaha kaya terkenal di kota Bandung, apalagi sekarang katanya kakaknya meneruskan usaha ayahnya di Jakarta.
“ Mau pesan apa?” tanya Keenan sambil menyerahkan daftar menu.
“ Karena kamu yang traktir, aku serahkan mengikuti apapun pilihanmu.” Jawab Ghea.
“ Mau wine?” tanya Keenan.
“ Aku tidak pernah minum yang namanya wine, champagne , alkohol atau beer,” kata Ghea tersenyum malu.
“ Aku pesan wine yang rendah alkohol.” Bisik Keenan.
“ Jangan membuatku mabok.” Kata Ghea dengan tatapan nakal.
Keenan memesan dalam bahasa Inggris ada campuran bahasa Perancis yang tidak dimengerti Ghea.
Pelayan datang membawa botol wine, diperlihatkan ke Keenan ,mereka berbicara bahasa Perancis, Keenan mengangguk kemudian pelayan membuka botol anggur dengan anggunnya, menuangkan ke gelas Keenan dengan bahasa Perancis dia mengatakan sesuatu, pelayan tersenyum lalu menuangkan seperempat gelas dengan wine.
“ Cheers,” seru Keenan mengarahkan gelasnya ke gelas Ghea, terdengar dentingan gelas yang beradu. Ghea merasakan suatu hal baru dalam hidupnya, lepas dari lubang api penderitaan dia menikmati suatu kebahagiaan yang pernah diimpikan , berdua dengan pria impiannya meneguk anggur kebahagiaan.
“ Ssst aahhh!!” Ghea mengernyitkan keningnya ketika minuman masuk ke dalam kerongkongannya.
“ Enak kan? Badanmu terasa hangat.” Bisik Keenan.
“ Hmm.. enak dan nikmat.” Senyum Ghea menampakkan lesung pipinya yang sangat digilai Keenan.
“ Benarkah? “ Tanya Keenan mendekatkan wajahnya.
“ Aku ingat waktu kita sekolah dulu, kamu tersenyum manis sekali menampakkan lesung pipimu membuatku gemas, tak sadar aku mencuri-curi mencium pipimu. Tadi kamu tersenyum , mengingatkan aku waktu itu…” desah Keenan.
“ Keen…” bisik Ghea, kemudian sadar dia telah memanggil nama kesayangannya untuk Keenan. Jika mereka hanya berdua, Ghea memanggilnya Keen dan Keenan memanggilnya Ada. Waktu itu Keenan mengatakan nama manis untukmu Ada, penggalan Ananda, menjadi Ada. Kau ada untukku Ghea. Suatu saat kau adalah milikku." kata Keenan waktu itu.
“ Ada..” desah Keenan
“ Sudah lama aku tidak mengucapkannya, aku hanya mengucapkan dalam mimpiku.” Desah Keenan, meraih tangan Ghea.
Makanan pesanan mereka tiba, mereka memakannya dengan sekali-sekali saling menatap. Setelah menikmati makanan penutup , Keenan memegang jari Ghea,” Ada, harap ini bukan untuk pertama kalinya kita bertemu, aku ingin merajut kembali hubungan kita yang selama ini putus. “
“ Maaf, aku tidak bisa janji ,”
“ Berjanjilah,” bisik Keenan.
“ Keenan ada aturan di tempat kost jika pulang terlambat pintu gerbang ditutup.” Kata Ghea mengalihkan perkataan Keenan.
“ Mm.. kalau dulu aku akan menyelamatkanmu dari ibu tirimu, sekarang aku akan menyelematkanmu dari ibu kost.” Kata Keenan tertawa.
“ Menyelamatkanku dari ibu kost ?” tanya Ghea.
“ Jika pintu gerbangnya ditutup, aku akan melarikanmu ke hotel.” Kata Keenan tertawa terbahak-bahak, mengambil tangan Ghea , membantunya berdiri.
Dalam perjalanan pulang ke tempat kost, mereka tidak berbicara, berbanding terbalik sewaktu mereka pergi, Ghea dan Keenan disibukkan dengan pikiran mereka.
“ Sialan, pintu gerbangnya masih terbuka, berarti aku tidak bisa melarikanmu ke hotel.” Kata Keenan sambil memukul setir mobil.
Ghea tertawa mendengar makian Keenan, melepaskan sabuk pengaman.
“ Tunggu jangan turun dulu, ada yang ingin kulakukan , ingin kuwujudkan. Selalu terbayang dalam mimpiku.” Ujar Keenan, mendekatkan dirinya ke tubuh Ghea. Dengan gerak cepat tanpa disadari Ghea, Keenan mencium pipi Ghea. Mereka berpandangan sejenak, merasa bahwa Ghea tidak menolaknya, bibir Keenan langsung membungkam bibir Ghea yang masih menyisakan wine di bibirnya, dengan ciuman lembut . Dilumatnya bibir Ghea dan mendesah “ Ada, aku mencintaimu,”
Ghea kaget, berusaha melepaskan tapi entah mengapa dia menyambut bibir Keenan yang terus melumatnya , mereka berdua akhirnya saling melumat. Merasa bahwa perutnya melilit nyeri, Ghea melepaskan ciuman , menatap Keenan.
“ Keen… maaf. Aku tidak bisa menerima cintamu. Aku menyukaimu, tapi aku takut mencintaimu.” Desah Ghea langsung membuka pintu mobil , lari menuju pintu gerbang yang terbuka sedikit. Penjaga yang melihatnya langsung berdiri kemudian menutup gerbang, terdengar gemerincing kunci mengunci pintu gerbang. Keenan hanya menatap pintu gerbang yang tertutup rapat meniggalkannya sendirian , lemas tak berdaya mendengar jawaban Ghea.Ada batas yang tidak dapat ditembusnya melihat pintu gerbang yang berdiri kokoh dan kuat di depannya.
Pagi-pagi sekali Ghea sudah berada di kantor, dia berangkat lebih pagi karena selain ingin mengembalikan paper bag berisi ponsel, dia akan menyelesaikan pekerjaannya yang masih menumpuk jika sewaktu-waktu dikondisikan akan resign dari kantor. Terdengar pintu ruang kerja bos terbuka, ternyata bos juga datang pagi-pagi. Deg..! Dada Ghea berdetak kencang, mengapa bos juga datang pagi-pagi? batinnya. Ghea terus mengumpulkan berkas , mengetik jadwal bos selama seminggu, kemudian mengirim ke tablet bos. Terdengar pintu penghubung terbuka, Ghea mendongak dilihatnya bos menatapnya keheranan. “ Kenapa kamu masuk pagi-pagi, belum jam kantor.” Kata bos sedikit ramah. Ghea tidak menjawab hanya menatap bosnya dengan tatapan datar. “ Saya tidak mau terima ponsel bapak, terlalu mahal , terlalu mewah bagi saya. Ada di meja kerja bapak.” Kata Ghea berusaha terlihat garang. “ Kamu tidak menjawab pertanyaan saya!” geram bos. “ Pertanyaan yang sama untuk bapak.” Kata Ghea. Terkejut bos mendenga
Pulang kerja , Ghea membuka paper bag , melihat dos ponsel yang mereknya terkenal , modelnya sedang ngetred ,ponsel lipat yang sudah diidam-idamkan sejak lama. Ternyata segelnya sudah terbuka, ponsel mungil warna silver yang bisa dilipat pada bagian tengahnya, dimana layar utamanya menampilkan bunga yang indah jika dibuka. Ponsel itu selalu dilihatnya ketika nonton drama Korea membuat Ghea bertekat akan mewujudkan impiannya memiliki ponsel model lipat berwarna silver. Dipandangnya ponsel itu bagaikan memandang kekasih. “ Kau yang kuinginkan telah hadir di depanku , “ bisiknya sambil meletakkan ponsel di dadanya. Dadanya bergemuruh senang , terasa ada aliran hangat merasuk ke dadanya , sebuah wajah tampan dengan matanya bagaikan permata black opal menatapnya dengan kejam. Ghea berusaha memejamkan matanya untuk menghilangkan wajah yang sangat dibencinya , bukannya menghilang wajah itu semakin melekat tidak ingin keluar dari matanya yang terpejam, malah di sudut hatinya ada sedikit k
Keesokan harinya, Ghea bangun dengan perasaan malas. Ada keengganan berangkat ke kantor, takut menghadapi rekan-rekan kantor membicarakan HOT GOSSIP yang kemarin terjadi. Setelah menarik badannya kuat-kuat, disingkapkannya bedcover langsung duduk berdoa . Setelah berdoa ada sedikit harapan di hatinya, semoga HOT GOSSIP segera berlalu. Sesampai di lobbi perusahaan, sekuriti yang biasanya cuek menyambutnya, menyambutnya dengan hangat,” Selamat pagi mbak Ghea, tidur nyenyak semalam?” Dengan muka datar dan dingin, Ghea tidak menjawab pertanyaan sekuriti , cepat-cepat melangkahkan kakinya menuju ke lift. Di depan lif sejumlah karyawan bergerombol , riuh membicarakan sesuatu, Ghea cuek saja memasang topeng muka datar, dingin dengan gestur tubuh , jangan sentuh aku. “ Wah ini dia si frigid yang bisa mengalahkan monster perusahaan .” terdengar suara perempuan dengan nada iri. “ Frid, bagaimana rasanya dicium bos ? Hangat, panas, manis, kecut, asam atau pahit bibirnya?” tanya Roland tert
Setelah pertemuan yang melelahkan karena sepanjang pertemuan, presentasi bos dicecar dengan pertanyaan pak Hartono ,Person In Charge , bertanggungjawab atas semua proyek yang dikerjakan PT Griya Artha Langgeng Jaya. Pak Hartono, berkepribadian agresif , suka mendominasi dan ambisius , berusaha terlihat percaya diri , arogan , sangat tidak menghargai orang lain. Karakter yang sama dimiliki bos , meskipun tidak nampak di permukaan. Lain halnya dengan bos tidak menyembunyikan karakternya. Semua staf tahu karakteer bos, sedangkan pak Hartono para staf harus mereka-reka karakternya. Pak Hartono diam-diam bersaing dengan bos. Menurut Nyali , bos tahu bahwa pak Hartono selalu ingin menjegal bos, ingin bersaing merebut hati bapak Pringgodihardjo, apalagi kedudukan bos sedang diincar pak Hartono. Begitu bos menceraikan Yasmin , maka kedudukan bisa lepas sebagai CEO. Pihak yang dekat dengan mereka tahu bahwa sering terjadi persaingan tidak sehat yang dilakukan pak Hartono. Karena tidak ada
Masuk dalam taxi , ponselnya berdering, Nyali menelponnya. “ Kenapa kau tutup telepon?” “ Oh My God, kamu tahu siapa yang ada di belakangku ketika aku ceritaiin bos? Ir. Galang Juda Saputra, MSc. ! Dia rupanya dengar aku ceritaain dia, mungkin sangking asyik ceritain kejelekannya , bos kesel lalu mendehem, aku kaget karena aku kenal dehemnya langsung aku membalikkan badan kulihat bos memandangku dengan matanya yang bersinar terang seolah-olah akan menerkamku, bagaikan diburu singa aku lari cepat-cepat keluar lobbi. Untung ada taxi. Selamatlah diriku.” Cerita Ghea , setelahnya dia menghembuskan nafasnya. “ Matilah kau Ghea ! Besok kau akan dieksekusi ! “ kata Nyali dengan aksen Bataknya. “ Bah, tidaklah ! Besok kan bos tidak masuk, aku tunggu teleponnya atau tunggu tiga hari lagi, pasti sudah cooldown .” kata Ghea berusaha menghibur hatinya. “ Mudah-mudahan, dia juga lupa.” Kata Nyali berusaha menghibur temannya. Mendekati rumah kost, ponselnya berdering , dari oom Gatot,
Sampai di tempat kost, Ghea langsung melepaskan pakaiannya, memasukkan dalam keranjang pakaian kotor. Tanpa sengaja dia memandang ke cermin berdiri di sampingnya menampakkan keseluruhan tubuhnya yang tipis, ramping diselimuti kulitnya yang putih seputih susu. Teringat bagaimana oom Gatot memeluknya, tangannya yang kasar, kuat dan kokoh serasa masih melekat di tubuhnya. Aroma tubuh lelaki tanpa parfum masih tersisa di ujung hidungnya membuat sesuatu di tubuhnya menggeliat manja. Dibelainya tubuhnya ingin menikmati sisa pelukan oom Gatot , memejam matanya kemudian berdesah,” Apakah aku menganggap pelukan oom Gatot sebagai pelukan lelaki seperti yang kudambakan ataukah seperti aku dipeluk papa ? Dipeluk oom Gatot tadi serasa aku memeluk papa. " bisiknya. “ Rasanya sayang kalau aku mandi sekarang, masih terasa pelukan hangat oom Gatot, “ bisiknya kemudian tanpa disadari dia melepaskan bra dan painties , mengurai rambutnya ke depan , berpose seksi. “ Apakah aku kalah cantik dan seksi
Pukul dua belas malam, ketika Galang masuk kamar , Galley kembali ke apartemennya di dekat apartemen Galang, Gatot yang sudah mabok mondar-mandir di ruang tamu. Akhirnya memutuskan besok akan menelpon Nyali sepupunya, apa yang terjadi dengan Ghea, apakah benar Ghea dicium Galang? Gatot flash back , mengenang dua tahun lalu yang tidak mudah dilupakannya ketika mendampingi Ghea wisuda. Teman-temannya mengira bahwa Gatot adalah pamannya meskipun Gatot berusaha berdandan seperti layak anak muda, mungkin karena sebagian rambut di kepalanya sudah beruban mereka mengira Gatot adalah pamannya, padahal dalam hati Gatot ingin dinyatakan sebagai pacar oleh teman-teman Ghea. Karena kebahagiaannya bisa lulus dengan nilai yang cukup memuaskan, Gatot memberikan serangkaian bunga besar , di dalamnya berisi kotak handphone membuat Ghea berteriak gembira, memeluk oom Gatot dan mencium pipinya. “ Papa tidak bisa mendampingi Ghea biarlah oom menggantikan papa di wisudaku.” Kata Ghea sambil merangkul t
Pada umumnya setiap orang merancang masa depan demi meraih kebahagiaan. Demikian juga dengan Ghea, aku harus merancang masa depan mulai sekarang,batin Ghea . Menopang dagunya dengan dua tangannya matanya menatap laptop tanpa berkedip, seolah-olah apa yang dipikirkan tertulis di laptop. Langkah awal aku harus memberi harapan terhadap diriku sendiri, sakit, susah atau kehilangan harus kuhadapi dengan satu tekad aku ingin bahagia. Tahap pertama, mencari kontrak rumah biar kecil, di samping itu aku harus mampu mengembangkan emosi positif menghadapi masalah yang timbul terutama menghadapi tante Joani. Jika papa sembuh , apapun yang terjadi aku mengambil papa, mencari perawat untuk merawat papa. Langkah kedua , aku mencari pasangan hidup. Umurku dua puluh empat, waktunya memikirkan pasangan hidup, menikah, punya anak. Mengingatnya Ghea tersenyum, bahagianya melihat papa dikelilingi cucu-cucu. Aku akan mencari suami yang setia, bertanggungjawab , mau menghormati papa. Haruslah seoran
Satu tahun kemudian. Ghea sibuk menyiapkan makan malam, ibu Imelda Hutomo , Yasmin dan Oscar diundang Ghea makan malam di rukan . Ibu Imelda Hutomo, Yasmin dan Oscar ke Sendawar untuk menjemput Sinar liburan akhir tahun ke Jakarta. Untuk mengungkapkan dibutuhkan kesabaran dan kebijakan agar Sinar bisa menerimanya. Sinar perlahan-lahan diperkenalkan dengan keluarga biologisnya, awalnya dengan mengadakan komunikasi jarak jauh Sinar dengan Oscar. Sinar kagum ketika Oscar menunjukkan beberapa lukisan yang memenangkan perlombaan Internasional. “ Sinar ingin oom jadi guru menggambarku,” “ Baik, Sinar ke Jakarta nanti oom akan ajar melukis, agar Sinar bisa mewarisi seni melukis oom Oscar.” Kata Oscar. “ Betul, kapan Sinar bisa ke Jakarta?” “ Kalau mama Ghea dan papa Galang mengijinkan.” Jawab Oscar. Ghea dan Galang mendengar pembicaraan Sinar dengan Oscar melalui speaker handphone milik Galang, menyembunyikan wajah ketidak relaan mereka karena Sinar akan diambil dari kehidupan mereka.
Sampai di Balikpapan, Galang menyewa cleaning service untuk membersihkan rumah, mengepak barang-barang yang akan dibawa ke Sendawar. Beberapa barang yang tidak dipakai , ibu Marni dibantu ibu RT ,menanyakan ke tetangga membuat daftar siapa yang akan mengambilnya. Langsung nama Ghea meroket naik, dari perempuan sombong menjadi perempuan murah hati. Ghea tersenyum mendengar laporan ibu Marni, “ Itulah ibu, mereka tidak paham, hanya melihat dari luar.” Kata Ghea. Tiba-tiba Ghea merasa mual kembali, keinginan muntahnya semakin hebat disertai rasa pening, “ Mbak bisa buatkan saya teh manis hangat. Rasanya saya sering mual dan ingin muntah.” Kata Ghea. “ Apakah aku hamil?” bisik Ghea. Ghea mengingat kapan dia terakhir haid. Karena siklusnya tidak teratur diapun lupa kapan terakhir haid. “ Ibu, kapan ya haid saya yang terakhir? Ibu mungkin tahu?” tanya Ghea. “ Hmm.. waktu nak Galang pulang dari proyek, ibu sempat dengar dia ngedumel, “ Lagi PM, aku so tidak tahan.” Jawab ibu Marni samb
Setelah pesta ulang tahun Ghea serasa reunian, Galang dan Ghea mengantar tamu mereka yang langsung menuju ke lift. Mereka terlihat sumringah karena masing-masing membawa paper bag berisi kain tenun khas Dayak. Kesemuanya adalah ide Galang memperkenalkan kain khas Kalimantan, selain batik yang sudah go Internasional. “ Aku mau lihat anak-anak dulu.” Kata Ghea ketika mereka sampai ke kamar yang bersebelahan dengan kamar Ghea dan Galang, mengetuk pintu perlahan, ibu Marni keluar berbisik, “ Anak-anak sudah tidur, mereka capek nunggu mama dan papanya.” “ Oh… “ bisik Ghea penuh penyesalan. “ Besok aku akan melihat mereka, “ bisik Ghea. Galang melihat ke mata sendu Ghea yang penuh penyesalan, “ Besok pagi-pagi kita ajak jalan-jalan sebelum ke bandara.” Ghea merasa tenang mendengar janji Galang, memeluk Galang.Galang memperketat pelukannya, memasukkan kartu ke kamar mereka. “ Papa, terima kasih atas pesta ulang tahunnya, atas semua yang telah papa buat untuk mama.” “ Mama senang?” ta
Sore hari Galang menyatakan bahwa dia akan membuat pesta ulang tahun untuk Ghea. Ghea protes ,” Pa, ngapain bikin pesta ulang tahun?” “ Selama kita menikah, aku tidak pernah bikin pesta untukmu. Ayolah, papa sudah reservasi resto di hotel ini.” “ Hanya keluarga kita kan?” “ Beberapa teman, papa panggil.” Kata Galang sambil memberikan boks. “ Bukalah.” Ghea membuka pita , kemudian membuka boks,sebuah gaun hijau dengan potongan dada Sabrina dihiasi taburan berlian sepanjang leher, sepatu heels slingback warna perak dan clutch bag warna silver. “ Papa..” “ Kamu pakai untuk pesta ulang tahunmu nanti malam.” “ Aku, tidak biasa pakai yang beginian,” “ Kamu harus biasa, apakah kamu mau pakai tanktop dan celana pendek?” Sore menjelang malam, diantar ibu Marni, Ghea ke salon yang ada di hotel, itupun atas perintah Galang. Setelah mandi Galang telah mempersiapkan gaun, sepatu dan clutch bag di ranjang. Galang sudah memakai celana panjang, kemeja dan dasi tinggal memakai jas Armani
Jam menunjukkan pukul dua belas malam, Galang terbangun dari tidur lelap setelah berpacu nikmat dengan Ghea. Ghea nampak pulas tidur dalam lekukan lengan Galang. Perlahan Galang membebaskan kepala Ghea dari lekukan lengannya, menelpon seseorang. “ Saya ada di depan pintu kamar,” jawab Dipta. Galang cepat memakai bathrobe, membuka pintu , Dipta memegang kue tart kecil dengan lilin yang sudah menyala. “ Terima kasih Dipta, silah tidur kembali.” Tetap memegang kue tart, Galang mencium bibir Ghea, mengulum membuat Ghea membuka matanya. Melihat lilin yang menyala di depan wajahnya, Ghea bangkit, “ Happy birthday my wife, my angel, my love.” Kata Galang memeluk Ghea. “ Tiup lilinnya, tapi sebelumnya make a wish.” Ghea dengan mata terpejam karena melawan ngantuk meniup lilin, kemudian memeluk Galang,” Thanks, my darling. I love you.” Lalu jemarinya mencolek cream menaruhnya di hidung Galang. Galang membalas mencolek cream menaruhnya di bibir Ghea. Kue tart kecil dimakan bersama, seper
Sidang kedua hak asuh anak, sesuai permintaan penasehat hukum Galang sebagai tergugat, atas permintaan Ghea sebagai saksi, pada agenda sidang pemeriksaan saksi, sidang perebutan anak dilakukan secara tertutup bagi umum. Kuasa hukum Yasmin sebagai penggugat, menyatakan keberatannya terhadap larangan hakim karena menyangkut masa depan anak yang diperebutkan hak asuhnya. Kuasa hukum Galang sebagai tergugat, pak Susetyo menjelaskan karena menyangkut kasus dalam ranah hukum keluarga dan mental anak yang diperebutkan hendaknya sidang tertutup untuk umum. Akhirnya hakim memutuskan sidang tertutup untuk umum dan menyatakan bahwa semua putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan di sidang berbuka untuk umum. Suasana sidang penuh ketegangan karena adanya protes dari keluarga Pringgodihardjo karena mereka ingin menutup fakta yang sebenarnya terjadinya gugat cerai oleh Galang . Sidang berjalan alot, akhirnya atas permintaan kuasa hukum tergugat meminta Ghe
Ghea sedang memasak ketika ponselnya berbunyi, dibacanya log panggilan dari Poppy. “ Hai aku dengar dari dokter Budi kamu mencari mantan suamimu?” “ Dia bukan mantan suamiku, suamiku .” jawab Ghea. “ Dia kan ceraikan kamu?” “ Iya. Di atas kertas, tapi belum di pengadilan agama. Kami sudah menyalurkan gairah seksual kami.” “ Bagaimana, asyik, putar ke kanan, ke kiri, melompat setelah empat tahun selibat?” tanya Poppy. “ Simpan pikiran mirismu!” kata Ghea sambil tertawa. “ Woaaahh! Berarti tebakanku benar.” “ Tumben menelponku di jam segini, biasanya kamu sibuk di salon.” “ Hmm.. apa kau sudah baca berita ?” tanya Poppy sambil menyebutkan salah satu portal yang terkenal dengan gosip hot. “ Mengenai apa?” tanya Ghea. “ Perebutan hak asuh Yasmin Pringgodirgo dengan mantannya, Galang.” “ Apa? “ kata Ghea langsung mematikan kompor, menutup ponselnya dengan tangan kemudian memanggil ibu Marni,” Ibu tolong selesaikan.” “ Pop, aku putuskan dulu, mau mencari beritanya.” Kata Ghea .
Begitu tamu tidak diundang keluar rukan dengan bersungut-sungut, Ghea dengan langkah cepat menaiki anak tangga mencari Haikel dan Sinar. Haikel sedang dibujuk oleh ibu Marni, “ Mama , Haikel takut nanti papa dipukul .” kata Haikel sambil menangis tersedu-sedu. “ Haikel, mereka tidak akan memukul papa, ada oom Dipta yang jaga papa,” kata Ghea, lalu bertanya ke ibu Marni , “ Di mana Sinar?” “ Sinar di kamar sedang melukis,” “ Sinar,” panggil Ghea. Tidak ada sahutan, Ghea mulai cemas, takut kalau Sinar mendengar keributan di bawah dan mengetahui jati dirinya. Dibukanya pintu kamar Ghea, Ghea sibuk di depan papan melukis, sambil tubuhnya bergoyang-goyang mengikuti irama musik, sekali-sekali dia bersenandung. Ah, dia pakai headset, batin Ghea. “ Sinar ! “ teriak Ghea. Sinar bergeming, tetap fokus di depan papan melukis, Ghea mendekati Simar memeluknya, Sinar melihat ke arah Ghea,” Mom , aku kaget !” “ Kamu terlalu asyik melukis sampai tidak tahu bahwa papa sudah pulang dari proyekn
Seminggu kemudian. Ghea menunggu Galang yang sedang bekerja di kantornya. Meskipun rumah dan kantor dalam satu lokasi, Ghea tidak pernah memunculkan dirinya di kantor Galang. Pintu penghubung dengan rukan sebelah tempat ibu Marni dan anak-anaknya, Sinar dan Haikel tinggal Ghea dilalaui Ghea jika akan bertemu dengan mereka. Galang hanya ingin kamarnya untuk dia dan Ghea, Galang tidak ingin privasinya terbagai dengan yang lain, meskipun mereka adalah anak-anaknya, itulah keegoisan yang dimiliki Galang. Ghea baru saja meninggalkan anak-anaknya, Sinar dan Haikel setelah mengajari Haikel belajar mengenal huruf , mendampingi Sinar melukis. Masih terbayang wajah Sinar yang tidak menampakkan satupun dari wajahnya yang bisa diandalkan sebagai anak Galang. Yasmin? Ghea tidak tahu garis wajah Yasmin, yang diketahuinya hanya kecantikan dan kemolekan tubuhnya. Sinar memiliki wajah yang cantik. Berbeda dengan Haikel, melihat rupanya orang bisa menebak bahwa Haikel adalah anak Galang, Haikel bagaik