Share

chapter 7

"Dim, kamu berasa liat orang nggak sih?" tanya Melda pada puteranya yang baru saja sampai di meja makan.

"Liat Ma, kenapa emangnya?" tanya Dimas.

"Tapi kenapa dari tadi nggak kedengaran suaranya ya?" tanya Melda yang lagi-lagi menyindir puteri nya itu.

"Lagi sariawan kali Ma, atau lagi puasa ngomong!" jawab Dimas ikut memojokkan Nessa.

Nessa yang merasa jengah segera berdiri dari posisinya, menyandang tas kuliahnya dan segera pergi dari sana.

"Nessa!" panggil Melda membuat langkahnya terhenti, lalu menoleh kebelakang menatap mamanya dengan wajah datar.

"Lebih baik kamu pikirkan soal perjodohan itu, kalau kamu nggak setuju menikah dengan Arga maka semua fasilitas akan Papa Mama sita!" ancam Melda.

"Mama sama Papa tuh kenapa sih? kenapa pakai acara jodoh-jodohin segala?" kesal Nessa akhirnya bersuara.

"Itu semua demi kebaikan kamu, Mama sama Papa cuma ingin yang terbaik buat kamu!" jawab Melda.

"Terbaik buat Aku atau terbaik buat Mama sama Papa?" tanya Nessa sinis.

"Apapun alasannya kamu harus menikah dengan Arga! karena hanya Dia yang bisa di percaya untuk mendampingi kamu!" ucap Melda tak mau di bantah.

"Terserah!" kesal Nessa, dan berlalu pergi begitu saja.

*********

Dua hari setelah acara pertemuan keluarga itu, baik Nessa maupun Arga tidak pernah bertemu lagi. Hal itu membuat Nessa merasa senang, karena dengan begitu Dia sedikit lebih tenang. Namun perihal kerusakan mobil Arga mereka belum membahasnya lagi.

Arga baru saja turun ke bawah untuk sarapan, stelan jas berwarna biru navy terlihat sangat cocok di tubuhnya yang atletis. Pria berperawakan tampan dengan hidung mancung itu berjalan menuju meja makan. Namun Dia tidak melihat keberadaan orang tuanya di sana.

"Mama sama Papa mana Bik?" tanya Arga pada Bik Ijah salah satu asisten rumah tangga nya.

"Nyonya lagi di kamar Den, katanya nggak enak badan!"

"Kalau Tuan sedang keluar Den!" jawab Ijah.

"Apa Mama sudah sarapan Bik?" tanya Arga lagi.

"Belum Den!"

"Ya sudah, Bibik boleh pergi!" ucap Arga yang di angguki oleh wanita yang sudah berusia 50 tahun itu.

Arga menyelesaikan sarapannya lebih cepat agar bisa melihat keadaan mamanya. Setelah selesai sarapan, Arga berjalan menuju kamar Rossy tak lupa juga membawa sarapan untuk mamanya. Dia tidak mau mamanya sakit apalagi sampai tidak sarapan. Arga begitu menyayangi Rossy, wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini dan memberikan kasih sayang yang begitu hebatnya. Walaupun terkadang sikapnya suka cuek,namun jauh di dalam lubuk hatinya Dia begitu menyayangi Rossy.

Arga mengetuk pintu kamar dan masuk setelah mendengar jawaban dari dalam. Melihat kedatangan puteranya Rossy mencoba bangun dan duduk dengan menyenderkan tubuhnya di kepala ranjang.

"Mama kenapa?" tanya Arga duduk di samping ranjang Rossy.

"Mama nggak papa!" jawab Rossy tersenyum.

"Kita ke rumah sakit ya, Mama kelihatan pucat"

"Mama nggak papa Ga, nanti istirahat juga baik sendiri. Kalau seumuran Mama kayak gini emang gampang lelah dan capek" jawab Rossy, membuat Arga mengusap tangan mamanya itu dengan lembut.

"Ga!" panggil Rossy lembut membuat Arga menatap wanita yang sudah tidak lagi muda itu.

"Terimalah perjodohan ini, Mama sudah tua dan juga ingin memiliki cucu!" ujar Rossy.

"Menikah bukanlah hal yang mudah Ma!" jawab Arga.

"Mama tahu, tapi sampai kapan Mama menunggu? umur Kamu sudah sangat matang untuk berumah tangga"

"Ini bukan soal umur Ma"

"Cobalah untuk menjalani nya selama satu tahun, kalau kamu yakin kamu boleh melanjutkan nya, tapi kalau cinta tak kunjung hadir kalian boleh bercerai setelah itu!" ucap Rossy yang membuat Arga terkejut mendengarnya.

"Pernikahan bukan hal yang main-main Ma, dan Aku nggak yakin dengan bocah kecil itu!"

"Dari awal ketemu aja Dia udah bikin Aku kesal gimana mau mencobanya setahun Ma!" keluh Arga.

"Coba saja Ga, hanya setahun!" bujuk Rossy lagi.

"Mama istirahat ya, ini sarapannya jangan lupa di makan, aku mau ke kantor dulu!" ucap Arga berdiri, dan tidak menghiraukan perkataan Rossy.

Ray yang melihat kedatangan Boss nya itu segera membukakan pintu.

"Pagi Pak!" sapanya sopan.

"Pergilah ke kantor, saya ada urusan berikan kunci mobilnya!" ucap Arga pada Ray.

"Baik Pak!" jawab Ray tanpa banyak bertanya.

Mobil Arga melesat meninggalkan Ray yang hanya bisa menghela nafasnya.

Arga menyusuri jalanan kota, pikirannya tengah berkecamuk. Apakah ia harus mempertimbangkan permintaan mamanya. Niat awalnya yang ingin ke kantor malah memilih ke tempat lain untuk menenangkan pikirannya.

"Membayangkan nya saja sudah membuat ku pusing, bagiamana bisa mereka menjodohkan ku dengan gadis ingusan seperti nya!" ucap Arga pada diri sendiri.

Arga pergi ke taman kota untuk mengistirahatkan pikiran nya sejenak, karena kalau Dia datang ke club sekarang sangat tidak mungkin karena masih terlalu pagi.

Arga duduk di bangku taman menghadap air mancur yang menjadi icon taman tersebut. Dia memandang air mancur tersebut yang membuatnya teringat kembali pada kenangan beberapa tahun lalu.

"Gimana kabar kamu sekarang?" gumamnya pelan menengadahkan kepalanya menghadap langit.

Sementara itu Nessa juga berada di tempat yang sama, hanya saja Dia duduk di ujung taman sedikit lebih jauh dari posisi Arga sekarang.

"Tuhan, ternyata jadi dewasa itu tidak menyenangkan!"

"Kenapa pakai acara jodoh-jodohin segala coba, gue nggak mau nikah muda, sama om-om lagi!" gerutunya seorang diri.

Saat sedang merenungi nasibnya, ada 2 orang preman yang datang mengganggunya. Nessa yang sedang kesal semakin di buat kesal dengan 2 preman tersebut.

"Duduk di sini musti bayar sama kita!" ucap salah satu preman namun Nessa hanya menatap mereka datar.

"Ayo cepat berikan sebelum kami bermain kasar!" ancam preman tersebut.

"Bacot lo!" jawab Nessa berdiri dan berbalik meninggalkan preman tersebut.

Mereka yang tidak terima segera mencegat Nessa, menarik tas nya yang membuat Nessa berbalik dan menatap tajam ke dua preman tersebut.

"Lepas!" ucap Nessa.

"Ck, tinggi juga nyali lo!" decak salah satu dari mereka.

"Serahin dulu uang lo baru kita lepas!" jawabnya.

Nessa yang saat ini tengah marah, kesal semakin di buat emosi oleh ke dua preman tersebut. Tanpa di duga Dia menarik tasnya secara kasar dan menendang lutut ke dua preman tersebut.

"Argh!"

"Sialan!" erang mereka menahan sakit karena tendangan Nessa cukup keras.

"Gue lagi nggak mood berantem, jadi sebelum lo berdua kenapa-napa mending pergi dari sini!" ancam Nessa tersebut.

Preman tersebut tidak terima dan menyerang Nessa balik, namun berhasil di tangkis olehnya. Dan terakhir Nessa berhasil menendang ke benda pusaka dua preman tersebut yang membuat mereka mengaduh kesakitan. Saat Nessa akan menendangnya lagi mereka meminta ampun dan meminta maaf karena rasa sakit yang luar biasa biasa mereka rasakan.

"Ampun-ampun kita nggak akan ganggu lagi!"

"Pergi nggak lo sekarang! dan jangan sekalipun lo datang buat malak orang-orang di sini!" ancam Nessa.

"Ii--yya Mbak!" jawab mereka gemetar dan berlari meninggalkan Nessa yang tersenyum puas karena berhasil mengalahkan ke dua preman tersebut.

"Badan aja yang gede, tapi mental kerupuk!" ucap Nessa mengambil tasnya dan pergi dari sana.

Saat berbalik Dia melihat sosok yang membuatnya kembali kesal, lagi-lagi soal perjodohan itu mengganggu pikirannya.

"Hebat juga kamu lawan mereka!" ucap Arga yang memang sedari tadi melihat bagaimana Nessa mengalahkan preman-preman tersebut.

"Soal itu mah kecil!" balas Nessa pongah.

"Sombong!" dengus Arga.

"Om ngapain di sini?" tanya Nessa bingung.

"Saya bukan Om kamu!" jawab Arga ketus.

"Yang bilang Om, Om Aku siapa?" balas Nessa membuat Arga berdecak kesal.

"Ck, apa hobi mu memang membuat orang lain kesal?" tanya Arga.

"Tergantung orangnya kayak gimana, kalau orangnya seperti Om memang pantas di gituin!"jawab Nessa.

"Orang seperti saya? memangnya saya seperti apa?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status