Kenzie memahami apa yang di rasakan oleh Jihan bukan waktu yang sebentar dan bukan hanya Jihan saja tetapi putranya turut serta dalam ujian hidup yang di jalani oleh Jihan. Pengusiran yang di lakukan oleh orang tuanya bersamaan dengan pernikahan tunangannya dengan saudara tirinya, saat dirinya di jebak oleh dua orang yang ia anggap sebagai keluarga namun nyatanya mereka tega merencanakan kehancuran Jihan dengan pria lain di hotel. Kehamilan yang tidak di ketahui berakhir dengan pemecatan di kantor miliknya bukan hanya hinaan dan cacian yang di lalui oleh Jihan tetapi tempat tinggal yang tidak hanya satu tempat melainkan berapa kali harus pindah demi menjaga anak yang ada dalam kandungannya.Terlebih rekaman yang ia dapatkan dari Ajeng perlihatkan padanya saat Jihan mendapatkan bullying dan usahanya hancur Jihan harus berada di rumah sakit untuk perawatan. Hingga tinggal di pesantren, belum lagi saat Jihan mencoba untuk bunuh diri. Tanpa sadar air matanya mengalir mengingat beratnya h
Naifa tidak menyetujui perkataan suaminya apapun bisa berubah termasuk hati Jihan yang sangat ia yakini masih tersimpan rasa pada Ivan. Hal itu di ketahui bagaimana Jihan yang dulu begitu menuruti keinginan Ivan yang meminta untuk dibuatkan presentasi yang jauh lebih baik darinya mengingat Ivan yang tidak begitu memahaminya namun tanpa pikir panjang Jihan memberikan semuanya pada Ivan yang notabennya adalah seorang laki-laki pemalas. Presentasi yang kini berhasil ia rampungkan dengan sukses sehingga perusahaan milik orang tua Ivan berdiri dengan gagah. Semua karena ide Jihan dan proposal milik Jihan dan lagi-lagi mampu menghasilkan sesuatu yang tidak bisa di berikan oleh Ivan pada orang tuanya."Aku bisa membuat mereka bersatu lagi. Jihan begitu polos, hatinya mudah tersentuh dengan begitu aku bisa memanfaatkannya sekali lagi. Sejak dulu Ivan selalu memanfaatkan keadaan. Bukankah dia selalu menuruti semua keinginanku dan anakku? Kenapa tidak di coba lagi? Aku tahu apa yang harus aku la
"Tunggu!!!"Suasana ijab kabul yang tenang tiba-tiba terusik sesaat setelah terdengar suara seseorang yang menggema di ballroom hotel mengejutkan mereka yang tengah acara saklar dimana Kenzie yang sedang ijab kabul.Seorang laki-laki melangkah kearah Kenzie yang melepaskan tangannya dari Cakra."Untuk apa kamu datang disini? Tidak ada tempat untuk orang sepertimu." ucap Cakra penuh penekanan."A— ayah, tidakkah ayah memberikan kesempatan untukku? Jihan hanya mencintaiku. Di hatinya hanya ada nama Ivan Baskoro. Batalkan pemihakan ini ayah, aku tahu kalau aku salah tetapi izinkan aku untuk menjadi suami Jihan. Aku bersedia menjadi ayah untuk putranya." lirih Ivan mengiba pada Cakra agar dirinya diberikan kesempatan untuk bisa menikahi Jihan wanita yang pernah ia hancurkan hidupnya."Berhenti mengganggu kehidupan putriku. Hari ini adalah hari bahagianya jangan pernah berfikir untuk merusaknya jika kamu tidak ingin menghabiskan harimu di penjara untuk kesekian kalinya." Geram Cakra."Tid
Satu minggu setelah ikrar suci mengarungi bahtera cinta dalam satu ikatan sah. Tidak ada yang berubah dengan kehidupan mereka, Jihan. Dia akan tetap beraktivitas seperti sebelumnya namun hal utama yang ia lakukan adalah kebutuhan keluarganya suami dan anaknya. Sang ayah yang kini hidup bahagia bersama dengan Bu Imah tidak hentinya memberikan kasih sayang pada Veer, tidak hentinya Jihan bersyukur melihat kebahagiaan terpancar dari wajah keduanya setelah sekian lama sang ayah menderita karena ulah Iriana dan Bu Imah yang hidup sebatang kara setelah kematian Sanga suami."Mama!!" Suara Veer menyadarkan lamunan panjang Jihan. Wajahnya berbalik kearah putranya yang kini berlari kearahnya memeluknya dari belakang."Ada apa nak?""Mama, aku akan pergi bersama dengan nenek dan kakek. Apakah Mama akan ikut dengan kami?" tanya Veer yang tidak melepaskan pelukannya pada Jihan."Pergilah nak, Mama ada pekerjaan. Lain waktu kita akan pergi bersama-sama untuk berlibur dan kita akan menginap di sana
Naifa menjatuhkan tubuhnya di sofa panjang di ruang keluarga. Emosinya tidak terbendung mengingat perkataan Iriana, Meski Luna banyak diam tetapi Naifa tahu jika Luna tidak kalah licik dari ibunya."Kurang ajar. Mereka pikir bisa mengendalikan aku, hah? Mereka tidak tahu siapa aku, beraninya mereka mengancam. Kita lihat apa yang bisa aku lakukan pada kalian." maki Naifa walau tidak ada Luna dan ibunya tetapi hal itu adalah bentuk kemarahannya yang tidak bisa ia bendung lagi. "Kenapa Mama marah-marah, bukankah Mama mengunjungi Luna dan ibunya?" Ivan yang baru tiba duduk di samping sang Mama. Tidak di pungkiri Ivan begitu penasaran pertemuan ibunya dengan Luna dan Iriana."Ya, Mama menemui mereka. Kamu tahu apa yang mereka katakan?" tanya balik Naifa tanpa melihat putranya."Tidak, apa yang mereka mau sampai Mama terlihat begitu marah? Apakah sesuatu yang berat?"Kali ini Naifa berbalik berhadapan dengan Ivan yang menundukkan kepalanya. Begitu banyak masalah yang mereka hadapi setelah
Luna begitu kesal melihat sikap Jihan yang biasa saat ia tiba di ruang kerja milik Jihan. Ia berpikir bahwa kehadirannya akan membuat Jihan terkejut namun dugaannya meleset. "Kau tidak menanyakan bagaimana aku bisa bebas? Kapan aku bisa bebas, lalu siapa yang membebaskanku?" Luna duduk di sofa yang berada di ruang kerja Jihan tanpa merasa bersalah sedikit pun."Apa itu penting? Aku rasa itu bukan urusanku, kapan kau akan bebas, siapa yang menghempaskan itu tidak ada lagi hubungannya denganku. Itu sangat tidak penting untukku dan aku tidak peduli tentang dirimu." Jihan bersikap tenang di hadapan Luna, ia sendiri tidak percaya jika Luna akan bebas secepat ini."Kau belum menjawab pertanyaanku, Luna?" Jihan menegakan tubuh di kursi sekilas menoleh pada sekertaris pribadinya yang tersenyum dengan kedatangan Luna. Jelas nampak sikap mereka yang saling berbagi kode."Bagaimana aku menjawab, jika kamu bertanya dengan nada yang tidak suka begitu. Jihan, kamu lupa siapa aku dan hal apa aku
Menikmati makan malam bersama dengan keluarga adalah satu kebahagiaan yang sulit untuk di lupakan. Tidak jarang mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing untuk malam ini mereka berkumpul setelah sekian lama dipisahkan oleh waktu dan keadaan."Sayang, Mama dengar kamu akan memberikan kejutan untuk Mama, benarkah itu nak?" tanya Jihan penasaran dengan kejutan yang akan di berikan putranya. Saat ini mereka berada ada di ruang keluarga usai makan malam."Mama ingat ini?" Veer menunjukan semua lukisan yang sejak lama ia tekuni. Dan kini setelah sempurna Veer ingin ibu yang melahirkannya adalah orang pertama kali melihatnya."Subhanallah, nak. Ini luar biasa!" seru Jihan lukisan yang begitu indah dan bernilai tinggi kini berada di dihadapannya. Tetapi Jihan tidak akan menjual lukisan putranya biarkan sang putra memutuskannya."Aku berikan lukisan ini khusus untuk Mama. Terima kasih selama ini Mama ada untukku, Mama selalu kuat untuk tetap menjagaku, tidak peduli betapa sakitnya Ma
"Siapa yang akan menikah dengan Kenzie?!" Mereka terkejut mendengar suara bariton yang menggema di seluruh ruangan rumah mewah milik keluarga Ghasam. Sosok pria paruh baya menatap mereka, tidak ada sorot mata teduh tidak ada sapa atau bahkan saling berpelukan menanyakan kabar tentang mereka. Kali ini wajah mereka tegang mendapati seseorang yang ingin mereka hindari agar tidak tahu permasalahan dalam rumah tangga anak mereka."Mas, Cakra? Kapan mas datang kesini?" tanya Intan menetralkan detak jantungnya."Sejak kalian berdebat mengenai Kenzie dan Jihan. Ada apa dengan mereka? Kenapa tidak ada yang memberikan kabar padaku?" "Cakra duduklah dulu, biar Intan buatkan kopi untukmu. Kamu tahu kan," ucapan Ghasam terhenti saat Cakra kembali bersuara."Tidak perlu, kedatanganku kesini ingin mendengar langsung masalah apa yang di hadapi oleh anak-anak kita. Tapi sepertinya hal itu tidak perlu, setelah aku mendengar sendiri ucapan kalian." Cakra tidak senang melihat wajah Intan terlihat jela