Menikmati makan malam bersama dengan keluarga adalah satu kebahagiaan yang sulit untuk di lupakan. Tidak jarang mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing untuk malam ini mereka berkumpul setelah sekian lama dipisahkan oleh waktu dan keadaan."Sayang, Mama dengar kamu akan memberikan kejutan untuk Mama, benarkah itu nak?" tanya Jihan penasaran dengan kejutan yang akan di berikan putranya. Saat ini mereka berada ada di ruang keluarga usai makan malam."Mama ingat ini?" Veer menunjukan semua lukisan yang sejak lama ia tekuni. Dan kini setelah sempurna Veer ingin ibu yang melahirkannya adalah orang pertama kali melihatnya."Subhanallah, nak. Ini luar biasa!" seru Jihan lukisan yang begitu indah dan bernilai tinggi kini berada di dihadapannya. Tetapi Jihan tidak akan menjual lukisan putranya biarkan sang putra memutuskannya."Aku berikan lukisan ini khusus untuk Mama. Terima kasih selama ini Mama ada untukku, Mama selalu kuat untuk tetap menjagaku, tidak peduli betapa sakitnya Ma
"Siapa yang akan menikah dengan Kenzie?!" Mereka terkejut mendengar suara bariton yang menggema di seluruh ruangan rumah mewah milik keluarga Ghasam. Sosok pria paruh baya menatap mereka, tidak ada sorot mata teduh tidak ada sapa atau bahkan saling berpelukan menanyakan kabar tentang mereka. Kali ini wajah mereka tegang mendapati seseorang yang ingin mereka hindari agar tidak tahu permasalahan dalam rumah tangga anak mereka."Mas, Cakra? Kapan mas datang kesini?" tanya Intan menetralkan detak jantungnya."Sejak kalian berdebat mengenai Kenzie dan Jihan. Ada apa dengan mereka? Kenapa tidak ada yang memberikan kabar padaku?" "Cakra duduklah dulu, biar Intan buatkan kopi untukmu. Kamu tahu kan," ucapan Ghasam terhenti saat Cakra kembali bersuara."Tidak perlu, kedatanganku kesini ingin mendengar langsung masalah apa yang di hadapi oleh anak-anak kita. Tapi sepertinya hal itu tidak perlu, setelah aku mendengar sendiri ucapan kalian." Cakra tidak senang melihat wajah Intan terlihat jela
Iriana tidak menduga jika kehidupan Cakra kini jauh lebih segalanya dari hidupnya. Bagaimana tidak, Cakra yang yang kini menikahi Bu Imah wanita yang telah menjaga Jihan pada saat mengandung Veer. Hatinya begitu panas setelah ia pendam kini kembali berkobar saat pemandangan di depannya mampu mengalirkan bulir bening, apakah Iriana cemburu? Siapa yang tidak cemburu jauh di lubuk hati Iriana ia begitu mengagumi seorang Cakra, laki-laki yang begitu tampan meski usianya tidak lagi muda. Pria yang mengisi hatinya selama dua puluh tahun lebih, sejak lama hingga saat ini Iriana hanya mencintai seorang Cakra."Sejak dulu aku begitu mengagumimu, Cakra. Setelah aku mendapatkannya kita harus berpisah dan semua ini karena putrimu. Seandainya kamu tidak mendengarkannya maka kita masih bersama Cakra. Aku telah melakukan banyak hal untuk bisa mendapatkan mu tapi pada akhirnya aku pun harus melepaskan kamu begitu saja. Tidak, aku tidak akan menyerah walau bagaimanapun aku sudah berjuang sejauh ini. S
"Siapa yang melakukannya? Luna atau Iriana, Om?"Jihan begitu penasaran siapa dalang dari sakitnya sang ayah berapa tahun terkahir bahkan sakitnya semakin parah walau yang di rasakan oleh sang ayah hanyalah lemas. Kini ia tahu dua nama tersirat dalam pikirannya jika bukan Iriana tentunya Luna, hanya mereka yang menjadi kandidat yang cocok untuk menjadi tersangka."Om, katakan siapa? Sebutkan dua nama di atas." cecar Jihan tidak tahan lagi ia menunggu jawaban dari sang paman yang ingin ia ketahui nama pelakunya."Luna, nak. Tapi kita tidak punya bukti untuk menyeretnya. Luna melakukannya saat berapa di rumah dan Om tidak bisa mengawasi dua puluh empat jam disana. Sekalipun Om adalah orang terdekat ayahmu," sesal Beni yang tidak bisa menjaga Cakra setelah kepergian Jihan. Luna memecatnya dan berapa orang terpercaya di perusahaan telah berganti dengan wajah baru mereka adalah orang suruhan Luna hal itu membuat perusahaan goyah."Anak itu? Aku tidak menyangka dia begitu licik ingin membun
Jihan menyunggingkan senyum mendengar penuturan dari Luna yang mengklaim bahwa perusahaan adalah miliknya, selama ini tidak ada masalah berat di perusahaan semua berjalan sesuai rencana yang sudah mereka susun sampai saat dimana Jihan telah pergi dan kondisi tubuh Cakra yang melemah sehingga surat kuasa itu di terima Luna hingga saat ini. Walau Cakra mengklaim bahwa perusahaan masih di bawah kendalinya tetapi itu semua tidak mampu ia tarik meski Kenzie membuktikan jika perusahaan itu tetap milik Cakra Byantara.Kenzie bermain dengan Luna dan Ivan sehingga kedudukan Kenzie setara dengan Cakra hal itu tidak di ketahui oleh Luna hingga sekarang."Kau yakin Luna? Aku rasa kau banyak bermimpi. Pergi dari sini atau kau akan menginap lagi di penjara?" Luna tertawa mengejek, Jihan yang sendiri dalam ruang meeting tidak ada satu orangpun yang berada di pihaknya tetapi begitu bangganya Jihan menentang dirinya. "Kenapa tidak? Seharusnya kamu yang sadar diri dan meninggalkan tempat ini, berapa
Jihan tidak memperdulikan pesan yang selalu ia terima dari seseorang yang tidak dikenal, berusaha untuk bersikap biasa walau ia sendiri ragu mengingat pesan yang ia terima tidak hentinya berulang. Hingga kini saat mereka menikmati suasana berlibur."Sayang kita sudah tiga hari disini, kenapa wajahmu tidak ceria? Ada apa? Jangan sembunyikan apapun dariku?" Kenzie membawa tubuh Jihan dalam pelukannya rasa sesak kian menghimpit, sulit baginya untuk mengatakan sebuah rahasia yang ia simpan meski Cakra, ayah mertuanya telah mengetahuinya. Kenzie yang tidak ingin Jihan terluka karena masalah yang ia hadapi. Sulit baginya untuk terlepas dari jeratan wanita yang di jodohkan oleh Ibunya terlebih saat ini."Aku hanya lelah, kalian saja yang pergi aku tetap di sini." ujar Jihan merasakan tubuhnya begitu lelah akhir-akhir ini."Kamu baik-baik saja sayang? Wajahmu pucat," Kenzie menangkup wajah Jihan yang terlihat semakin pucat."Tidak apa-apa aku hanya masuk angin. Setelah istirahat pasti sembu
Jihan begitu terkejut mendengar penuturan wanita yang kini menahan tubuh Kenzie bahkan ibu dan anak saling pandang berusaha untuk mengelak tetapi semua sudah terjadi. Terlihat wajah Kenzie yang begitu nelangsa merasa bersalah atau sebaliknya hanya Kenzie yang tahu."Bisa jelaskan padaku, maksud dari pengakuannya? Mas Kenzie atau Mama yang menjelaskan padaku?" Jihan berdiri tanpa berniat untuk bergabung dengan mereka Intan yang sebelumnya terlihat bahagia tiba-tiba berubah sendu ada sesak terlihat dari sorot matanya namun hal itu tidak mengurangi rasa yang menancap di hati Jihan, terlebih sebelumnya sudah melihat perlakuan Mama mertuanya pada Tania."Sayang maafkan jika kamu melihat dengan cara seperti ini. Aku akan menjelaskan padamu, tapi satu hal yang harus kamu percaya di sini sejak sejak dulu dua puluh tahun yang lalu hingga kita menua hanya ada satu nama Jihan Indahsari Byantara tidak ada yang lain." ucap Kenzie tegas menunjuk hatinya dengan ibu jari.Intan meraih pergelangan tang
"Jihan maukah kamu menjadi kakak madu untuk Tania? Walau bagaimanapun yang sudah terjadi maka terjadilah dan jalan satu-satunya saat ini adalah menyatukan kalian menjadi satu, sama seperti dirimu Tania pun mengandung anak Kenzie dan dia sudah menjadi menantu kami. Mama ingin menyatukan kalian dalam satu rumah dalam satu ikatan dimana ada kamu, Kenzie dan Tania." tanya Intan setelah menghela napasnya berapa saat, tanpa memikirkan perasaan Jihan.Apakah Intan egois? Tentu ya! Walau terlihat kejam tetapi Intan harus melakukan demi janjinya pada Tania dan orang tuanya."Kamu gila Intan!! Kamu lupa siapa Jihan yang sebenarnya? Dia adalah putri dari sahabat karib kamu Indahsari dia pula menantumu dan dia adalah anakku satu-satunya yang sudah berjuang mempertahankan anak yang ada dalam kandung yaitu cucu kamu. Apa begini caranya? Kau tidak memandangku sebagai ayahnya? Kau tega memberikan madu pada anakku tanpa memikirkan perasaannya? Di mana akal sehat kamu sebagai seorang wanita bahkan kau