"Siapa yang melakukannya? Luna atau Iriana, Om?"Jihan begitu penasaran siapa dalang dari sakitnya sang ayah berapa tahun terkahir bahkan sakitnya semakin parah walau yang di rasakan oleh sang ayah hanyalah lemas. Kini ia tahu dua nama tersirat dalam pikirannya jika bukan Iriana tentunya Luna, hanya mereka yang menjadi kandidat yang cocok untuk menjadi tersangka."Om, katakan siapa? Sebutkan dua nama di atas." cecar Jihan tidak tahan lagi ia menunggu jawaban dari sang paman yang ingin ia ketahui nama pelakunya."Luna, nak. Tapi kita tidak punya bukti untuk menyeretnya. Luna melakukannya saat berapa di rumah dan Om tidak bisa mengawasi dua puluh empat jam disana. Sekalipun Om adalah orang terdekat ayahmu," sesal Beni yang tidak bisa menjaga Cakra setelah kepergian Jihan. Luna memecatnya dan berapa orang terpercaya di perusahaan telah berganti dengan wajah baru mereka adalah orang suruhan Luna hal itu membuat perusahaan goyah."Anak itu? Aku tidak menyangka dia begitu licik ingin membun
Jihan menyunggingkan senyum mendengar penuturan dari Luna yang mengklaim bahwa perusahaan adalah miliknya, selama ini tidak ada masalah berat di perusahaan semua berjalan sesuai rencana yang sudah mereka susun sampai saat dimana Jihan telah pergi dan kondisi tubuh Cakra yang melemah sehingga surat kuasa itu di terima Luna hingga saat ini. Walau Cakra mengklaim bahwa perusahaan masih di bawah kendalinya tetapi itu semua tidak mampu ia tarik meski Kenzie membuktikan jika perusahaan itu tetap milik Cakra Byantara.Kenzie bermain dengan Luna dan Ivan sehingga kedudukan Kenzie setara dengan Cakra hal itu tidak di ketahui oleh Luna hingga sekarang."Kau yakin Luna? Aku rasa kau banyak bermimpi. Pergi dari sini atau kau akan menginap lagi di penjara?" Luna tertawa mengejek, Jihan yang sendiri dalam ruang meeting tidak ada satu orangpun yang berada di pihaknya tetapi begitu bangganya Jihan menentang dirinya. "Kenapa tidak? Seharusnya kamu yang sadar diri dan meninggalkan tempat ini, berapa
Jihan tidak memperdulikan pesan yang selalu ia terima dari seseorang yang tidak dikenal, berusaha untuk bersikap biasa walau ia sendiri ragu mengingat pesan yang ia terima tidak hentinya berulang. Hingga kini saat mereka menikmati suasana berlibur."Sayang kita sudah tiga hari disini, kenapa wajahmu tidak ceria? Ada apa? Jangan sembunyikan apapun dariku?" Kenzie membawa tubuh Jihan dalam pelukannya rasa sesak kian menghimpit, sulit baginya untuk mengatakan sebuah rahasia yang ia simpan meski Cakra, ayah mertuanya telah mengetahuinya. Kenzie yang tidak ingin Jihan terluka karena masalah yang ia hadapi. Sulit baginya untuk terlepas dari jeratan wanita yang di jodohkan oleh Ibunya terlebih saat ini."Aku hanya lelah, kalian saja yang pergi aku tetap di sini." ujar Jihan merasakan tubuhnya begitu lelah akhir-akhir ini."Kamu baik-baik saja sayang? Wajahmu pucat," Kenzie menangkup wajah Jihan yang terlihat semakin pucat."Tidak apa-apa aku hanya masuk angin. Setelah istirahat pasti sembu
Jihan begitu terkejut mendengar penuturan wanita yang kini menahan tubuh Kenzie bahkan ibu dan anak saling pandang berusaha untuk mengelak tetapi semua sudah terjadi. Terlihat wajah Kenzie yang begitu nelangsa merasa bersalah atau sebaliknya hanya Kenzie yang tahu."Bisa jelaskan padaku, maksud dari pengakuannya? Mas Kenzie atau Mama yang menjelaskan padaku?" Jihan berdiri tanpa berniat untuk bergabung dengan mereka Intan yang sebelumnya terlihat bahagia tiba-tiba berubah sendu ada sesak terlihat dari sorot matanya namun hal itu tidak mengurangi rasa yang menancap di hati Jihan, terlebih sebelumnya sudah melihat perlakuan Mama mertuanya pada Tania."Sayang maafkan jika kamu melihat dengan cara seperti ini. Aku akan menjelaskan padamu, tapi satu hal yang harus kamu percaya di sini sejak sejak dulu dua puluh tahun yang lalu hingga kita menua hanya ada satu nama Jihan Indahsari Byantara tidak ada yang lain." ucap Kenzie tegas menunjuk hatinya dengan ibu jari.Intan meraih pergelangan tang
"Jihan maukah kamu menjadi kakak madu untuk Tania? Walau bagaimanapun yang sudah terjadi maka terjadilah dan jalan satu-satunya saat ini adalah menyatukan kalian menjadi satu, sama seperti dirimu Tania pun mengandung anak Kenzie dan dia sudah menjadi menantu kami. Mama ingin menyatukan kalian dalam satu rumah dalam satu ikatan dimana ada kamu, Kenzie dan Tania." tanya Intan setelah menghela napasnya berapa saat, tanpa memikirkan perasaan Jihan.Apakah Intan egois? Tentu ya! Walau terlihat kejam tetapi Intan harus melakukan demi janjinya pada Tania dan orang tuanya."Kamu gila Intan!! Kamu lupa siapa Jihan yang sebenarnya? Dia adalah putri dari sahabat karib kamu Indahsari dia pula menantumu dan dia adalah anakku satu-satunya yang sudah berjuang mempertahankan anak yang ada dalam kandung yaitu cucu kamu. Apa begini caranya? Kau tidak memandangku sebagai ayahnya? Kau tega memberikan madu pada anakku tanpa memikirkan perasaannya? Di mana akal sehat kamu sebagai seorang wanita bahkan kau
Kenzie merebahkan tubuhnya satu minggu setelah ia menolak permintaan Jihan yang memintanya untuk menjatuhkan talak padanya. Hatinya tidak siap untuk kehilangan wanita yang di cintainya, pertengkaran di rumah kerap terjadi. Kedua orang tuanya memiliki pandangan yang berbeda walau sang ayah selalu menuruti keinginan Mama tetapi kali ini tidak. Sehingga rumah yang dulu tenang dan harmonis kini berubah tegang tidak ada lagi tawa mengisi rumahnya Tidak ada lagi suara Veer yang berlarian saat mereka menginap di rumah.Tania wanita menjadi penyebab retaknya rumah tangganya dan keharmonisan kedua orang tuanya tanpa merasa bersalah Ia tetap tinggal di rumah orang tuanya bahkan meminta satu kamar dengannya namun dengan tegas Kenzie menolak."Ken bisa papah bicara?" Kenzie duduk setelah pria paruh baya mendekati tempat tidurnya."Duduklah Pah, untuk apa meminta izin lebih dulu padaku? Apa yang ingin papah bicarakan denganku?" Kenzie tahu apa yang akan mereka bicara. Tidak seperti biasanya sang
"Mama mereka mengatakan jika aku anak haram." Jihan tersentak berhenti sejenak melihat sekeliling yang kini menatap kearahnya. Tatapan mengintimidasi padanya terutama pada Veer."Jangan dengarkan perkataan mereka, semua tidak ada yang benar sayang. Kamu anak Mama dan juga ayah, kamu harus percaya dengan Mama. Perbanyak istighfar sayang buat hatimu tenang ya." ucap Jihan kembali melangkah menuju mobilnya yang terparkir.Veer menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jihan ketika melewati sekumpulan teman sekolahnya terlebih kini Veer yang berada dalam gendongan Jihan meski sudah besar."Abaikan mereka nak, buat Mama, kamu adalah pangeran tertampan dan termanja. Kamu adalah anak kecil Mama sayang, walau kamu sudah besar dan uff! Ternyata anak Mama cukup berat juga." lirih Jihan yang di angguki Veer, tidak ada senyum di bibirnya."Nak tunggu di sini sebentar jangan keluar dari mobil. Sebelum Mama kembali, anak Mama paham? Pakai ini dengarkan sholawat." Usai melihat anggukan dari sang anak
Mereka terkejut melihat kemarahan Jihan, begitu kuat menarik rambut Tania bahkan menampar wajah mulus Tania dengan brutal, tidak peduli dengan teriakan Intan dan juga Kenzie yang berusaha untuk melepaskan Tania dari amukan Jihan."Jihan kenapa kamu jadi barbar seperti ini?! Kamu mencerminkan wanita tidak berakhlak dan kamu telah membuktikan betapa bobroknya ilmu agama yang kamu miliki. Lihatlah bagaimana penampilanmu saat ini lihatlah perilakumu, apakah itu cocok untuk wanita muslimah sepertimu? Apa itu pantas dilakukan oleh wanita seperti dirimu yang tahu tentang batasan?!" seru Intan mencoba membebaskan Tania dari cengkraman Jihan.Suara Intan menggema di ruang Kenzie namun tidak menghentikan yang dilakukan oleh seorang wanita yang bernama Jihan Indahsari Byantara. Luka hatinya yang dulu kini kembali berkobar kehidupannya yang begitu sulit dan hancur dan kini kembali menimpa pada anaknya dan semua dilakukan oleh wanita yang dinikahi oleh suaminya wanita pilihan ibunya untuk dijadika