"Mama mereka mengatakan jika aku anak haram." Jihan tersentak berhenti sejenak melihat sekeliling yang kini menatap kearahnya. Tatapan mengintimidasi padanya terutama pada Veer."Jangan dengarkan perkataan mereka, semua tidak ada yang benar sayang. Kamu anak Mama dan juga ayah, kamu harus percaya dengan Mama. Perbanyak istighfar sayang buat hatimu tenang ya." ucap Jihan kembali melangkah menuju mobilnya yang terparkir.Veer menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jihan ketika melewati sekumpulan teman sekolahnya terlebih kini Veer yang berada dalam gendongan Jihan meski sudah besar."Abaikan mereka nak, buat Mama, kamu adalah pangeran tertampan dan termanja. Kamu adalah anak kecil Mama sayang, walau kamu sudah besar dan uff! Ternyata anak Mama cukup berat juga." lirih Jihan yang di angguki Veer, tidak ada senyum di bibirnya."Nak tunggu di sini sebentar jangan keluar dari mobil. Sebelum Mama kembali, anak Mama paham? Pakai ini dengarkan sholawat." Usai melihat anggukan dari sang anak
Mereka terkejut melihat kemarahan Jihan, begitu kuat menarik rambut Tania bahkan menampar wajah mulus Tania dengan brutal, tidak peduli dengan teriakan Intan dan juga Kenzie yang berusaha untuk melepaskan Tania dari amukan Jihan."Jihan kenapa kamu jadi barbar seperti ini?! Kamu mencerminkan wanita tidak berakhlak dan kamu telah membuktikan betapa bobroknya ilmu agama yang kamu miliki. Lihatlah bagaimana penampilanmu saat ini lihatlah perilakumu, apakah itu cocok untuk wanita muslimah sepertimu? Apa itu pantas dilakukan oleh wanita seperti dirimu yang tahu tentang batasan?!" seru Intan mencoba membebaskan Tania dari cengkraman Jihan.Suara Intan menggema di ruang Kenzie namun tidak menghentikan yang dilakukan oleh seorang wanita yang bernama Jihan Indahsari Byantara. Luka hatinya yang dulu kini kembali berkobar kehidupannya yang begitu sulit dan hancur dan kini kembali menimpa pada anaknya dan semua dilakukan oleh wanita yang dinikahi oleh suaminya wanita pilihan ibunya untuk dijadika
Kenzie terkejut dengan sikap Jihan yang terkesan tidak peduli dengan kehadirannya, mengabaikan kedatangannya walau tidak menampik jika Jihan memberikan arahan pada Veer saat ia datang."Jihan kamu belum menjawab pertanyaanku, apa benar kamu melaporkan Tania dalam kasus ini? Bisa kamu jelaskan padaku tuduhan apa? Tania hanya ingin bertemu dengan Veer, mencoba untuk mendekati anak tirinya sama seperti aku. Meski menolak kehadirannya tapi di dalam rahimnya ada anakku." ujar Kenzie menjelaskan tentang hatinya saat ini."Jadi kamu sudah menerima Tania dan anak yang di kandungnya? Kamu bertanya padaku setelah aku melaporkan Tania? Tapi kamu tidak bertanya apa yang sudah dia lakukan pada anakku? Kamu, Tania dan juga orang tuamu bisa datang ke kantor polisi disana kamu bisa bertanya apa yang menyebabkan aku melaporkan istri mudamu." ujar Jihan masuk kedalam mobil dimana Veer telah menunggunya. "Jihan, aku belum selesai bicara!""Ken, ada apa denganmu? Aku tidak mengenalimu yang sekarang, si
Plaaaaakkkk "Kau menjijikan Tania!!!"Kenzie tidak menyangka jika wanita yang ia lindungi dari kemarahan istrinya adalah wanita yang berhasil menghancurkan putranya. Tidak habis pikir bagaimana seorang Tania mampu melakukan hal keji.Kenzie diam tanpa memberikan pertolongan pada Tania yang tersungkur saat Intan menamparnya, bahkan sekedar menoleh tidak di lakukan olehnya."Ken, tolong maafkan aku. Kamu harus tahu alasan aku melakukan ini pada Veer!!" rengek Tania berusaha untuk menghentikan langkah Kenzie."Ma, Ken, tolong percaya padaku. Katakan pada Kenzie aku punya alasan kenapa aku bisa—" suara Tania hilang seiring tubuhnya yang terkulai di lantai. Kevin yang berhasil membuktikan bahwa Tania bersalah. Jeratan hukum sebentar lagi akan menghampiri wanita yang menjadi duri dalam rumah tangga Jihan.Kevin menghubungi Cakra sebab nomer ponsel Jihan tidak aktif. Ia ingin memberikan informasi penting pada Jihan walau sulit untuk di hubungi setidaknya ada nomer Cakra sehingga Kevin bisa
"Veer, kamu tidak boleh bicara begitu. Ingat dia ayahmu, nak." Jihan tidak akan membiarkan putranya membenci ayahnya. Perkataan Veer di luar dugaan Jihan dan yang lainnya."Jihan tidak apa-apa aku tahu anakku sangat marah padaku. Aku menerimanya." Kenzie menghentikan Jihan yang akan kembali bersuara."Cucu Ayah nggak boleh begitu, Tante Tania sudah menerima akibatnya. Ayahmu tidak salah, kenapa kamu marah, hum?" Cakra mendekati cucunya mencoba untuk menenangkan amarahnya."Nggak kakek, ayah yang sudah menikahi Tante Tania. Ayah sudah berbohong, ayah juga yang sudah membuat Mama tiap malam menangis. Ayah pula tidak percaya saat Tante Tania menemuiku dan ayah yang sudah membentak Mama bahkan ayah membela Tante Tania tanpa bertanya pada Mama!! Aku benci ayah." Veer berlalu dari hadapan mereka, tatapan kebingungan walau mata mereka berembun terlebih Jihan yang tidak menyadari jika sang anak mendengar doanya.Setelah kejadian dimana Jihan mengetahui kalau Kenzie menikahi wanita pilihan ibun
Suara gaduh di lantai bawah membuat mereka yang berada di ruang keluarga terkejut, Cakra menatap Intan dan Ghasam meminta penjelasan bagaimana seorang Aksa Wijaya datang dengan suara menggelegar yang membuat mereka tersentak adalah sebutan untuk Jihan."Lancang!! Kau sadar datang kerumah siapa?!" geram Cakra melihat sikap Aksa yang arogan.Prok Prok!!!"Ternyata ada besan disini, luar biasa kalian sedang menikmati penderitaan anakku dan semua ini karena anakmu Cakra!!" ucap Aksa dingin.Kecewa melihat Intan dan Ghasam berada di kediaman Jihan, wanita yang telah menjebloskan putrinya ke penjara."Aksa lebih baik jaga sikapmu. Jangan lupa ini adalah kediaman Cakra, kita bicarakan masalah ini dengan tenang. Lagi pula yang di lakukan Jihan sudah benar. Aku mendukung menantuku." ucapnya semakin tersulut emosi, Ghasam dengan santainya mengatakan hal yang tidak seharusnya di ucapkan oleh Aksa.Menjijikan!! Tidak bermoral!! Itu yang di pikirkan oleh Aksa mengetahui mereka tidak sedikitpun me
Waktu yang bergulir begitu cepat kehidupan penuh dengan berbagai keindahan mewarnai kehidupan seorang Jihan Indahsari Byantara walau merasakan sakit namun dengan ketegaran dan hati yang lapang memaafkan semua kesalahan orang lain padanya. Di tatapnya hamparan pepohonan hijau di sekelilingnya tempat penuh dengan kenangan tempat yang begitu banyak mengukir kisah hidupnya. Istighfar berulang kali demi menenangkan diri agar tidak membenci keadaan. Allah sudah memberikan takdirnya meski jatuh bangun untuk meraih kebahagiaan namun Allah tidak ingkar.Kebahagiaan itu kini telah datang menghampirinya meski sejumput ujian berulang kali menyapanya namun Jihan tidak gentar. Tidak pula suudzun pada pemilik kehidupan walau kenyataan Jihan ingin menyerah pada saat itu, tetapi orang-orang sekelilingnya memberikan dukungan mereka mampu membangkitkan diri seorang Jihan dan kini semua kesakitan yang di rasakan hilang dengan sendirinya berganti dengan keindahan yang nyata.Allah menepati janjinya pada
"Selamat ya Bu, ibu hamil tujuh minggu tapi—" ucap sang dokter terhenti membuat Jihan dan yang lain panik."Tapi apa dok? Apa ada masalah pada istriku?" tanya Kenzie cemas."Maaf membuat ibu dan bapak tidak nyaman dengan ucapan saya ini. Alhamdulillah, semua sehat hanya saja ada sedikit masalah usahakan untuk Bu Jihan tidak mengerjakan pekerjaan yang berat dan tentunya hindari yang hal-hal yang memicu stres pada ibu hamil. Pak Kenzie di jaga istrinya," ucap dokter kandungan."Baik dok terima kasih, kalau begitu kami permisi." Mereka memutuskan untuk kembali ke rumah mengingat perkataan sang dokter tentang kehamilan Jihan. Kenzie memilih menjauh keadaan Jihan yang tidak bisa berdekatan dengannya namun, melihat Jihan yang begitu bahagia tanpa mengeluh apa pun sehingga membuatnya bernapas lega."Jihan sebaiknya kamu istirahat tidak perlu ke rumah makan, ibu khawatir kamu kenapa-kenapa nak," Bu Imah duduk di samping Jihan yang terlihat sedikit pucat, tidak seperti kehamilan pertama kali