Jihan menyunggingkan senyum mendengar penuturan dari Luna yang mengklaim bahwa perusahaan adalah miliknya, selama ini tidak ada masalah berat di perusahaan semua berjalan sesuai rencana yang sudah mereka susun sampai saat dimana Jihan telah pergi dan kondisi tubuh Cakra yang melemah sehingga surat kuasa itu di terima Luna hingga saat ini. Walau Cakra mengklaim bahwa perusahaan masih di bawah kendalinya tetapi itu semua tidak mampu ia tarik meski Kenzie membuktikan jika perusahaan itu tetap milik Cakra Byantara.Kenzie bermain dengan Luna dan Ivan sehingga kedudukan Kenzie setara dengan Cakra hal itu tidak di ketahui oleh Luna hingga sekarang."Kau yakin Luna? Aku rasa kau banyak bermimpi. Pergi dari sini atau kau akan menginap lagi di penjara?" Luna tertawa mengejek, Jihan yang sendiri dalam ruang meeting tidak ada satu orangpun yang berada di pihaknya tetapi begitu bangganya Jihan menentang dirinya. "Kenapa tidak? Seharusnya kamu yang sadar diri dan meninggalkan tempat ini, berapa
Jihan tidak memperdulikan pesan yang selalu ia terima dari seseorang yang tidak dikenal, berusaha untuk bersikap biasa walau ia sendiri ragu mengingat pesan yang ia terima tidak hentinya berulang. Hingga kini saat mereka menikmati suasana berlibur."Sayang kita sudah tiga hari disini, kenapa wajahmu tidak ceria? Ada apa? Jangan sembunyikan apapun dariku?" Kenzie membawa tubuh Jihan dalam pelukannya rasa sesak kian menghimpit, sulit baginya untuk mengatakan sebuah rahasia yang ia simpan meski Cakra, ayah mertuanya telah mengetahuinya. Kenzie yang tidak ingin Jihan terluka karena masalah yang ia hadapi. Sulit baginya untuk terlepas dari jeratan wanita yang di jodohkan oleh Ibunya terlebih saat ini."Aku hanya lelah, kalian saja yang pergi aku tetap di sini." ujar Jihan merasakan tubuhnya begitu lelah akhir-akhir ini."Kamu baik-baik saja sayang? Wajahmu pucat," Kenzie menangkup wajah Jihan yang terlihat semakin pucat."Tidak apa-apa aku hanya masuk angin. Setelah istirahat pasti sembu
Jihan begitu terkejut mendengar penuturan wanita yang kini menahan tubuh Kenzie bahkan ibu dan anak saling pandang berusaha untuk mengelak tetapi semua sudah terjadi. Terlihat wajah Kenzie yang begitu nelangsa merasa bersalah atau sebaliknya hanya Kenzie yang tahu."Bisa jelaskan padaku, maksud dari pengakuannya? Mas Kenzie atau Mama yang menjelaskan padaku?" Jihan berdiri tanpa berniat untuk bergabung dengan mereka Intan yang sebelumnya terlihat bahagia tiba-tiba berubah sendu ada sesak terlihat dari sorot matanya namun hal itu tidak mengurangi rasa yang menancap di hati Jihan, terlebih sebelumnya sudah melihat perlakuan Mama mertuanya pada Tania."Sayang maafkan jika kamu melihat dengan cara seperti ini. Aku akan menjelaskan padamu, tapi satu hal yang harus kamu percaya di sini sejak sejak dulu dua puluh tahun yang lalu hingga kita menua hanya ada satu nama Jihan Indahsari Byantara tidak ada yang lain." ucap Kenzie tegas menunjuk hatinya dengan ibu jari.Intan meraih pergelangan tang
"Jihan maukah kamu menjadi kakak madu untuk Tania? Walau bagaimanapun yang sudah terjadi maka terjadilah dan jalan satu-satunya saat ini adalah menyatukan kalian menjadi satu, sama seperti dirimu Tania pun mengandung anak Kenzie dan dia sudah menjadi menantu kami. Mama ingin menyatukan kalian dalam satu rumah dalam satu ikatan dimana ada kamu, Kenzie dan Tania." tanya Intan setelah menghela napasnya berapa saat, tanpa memikirkan perasaan Jihan.Apakah Intan egois? Tentu ya! Walau terlihat kejam tetapi Intan harus melakukan demi janjinya pada Tania dan orang tuanya."Kamu gila Intan!! Kamu lupa siapa Jihan yang sebenarnya? Dia adalah putri dari sahabat karib kamu Indahsari dia pula menantumu dan dia adalah anakku satu-satunya yang sudah berjuang mempertahankan anak yang ada dalam kandung yaitu cucu kamu. Apa begini caranya? Kau tidak memandangku sebagai ayahnya? Kau tega memberikan madu pada anakku tanpa memikirkan perasaannya? Di mana akal sehat kamu sebagai seorang wanita bahkan kau
Kenzie merebahkan tubuhnya satu minggu setelah ia menolak permintaan Jihan yang memintanya untuk menjatuhkan talak padanya. Hatinya tidak siap untuk kehilangan wanita yang di cintainya, pertengkaran di rumah kerap terjadi. Kedua orang tuanya memiliki pandangan yang berbeda walau sang ayah selalu menuruti keinginan Mama tetapi kali ini tidak. Sehingga rumah yang dulu tenang dan harmonis kini berubah tegang tidak ada lagi tawa mengisi rumahnya Tidak ada lagi suara Veer yang berlarian saat mereka menginap di rumah.Tania wanita menjadi penyebab retaknya rumah tangganya dan keharmonisan kedua orang tuanya tanpa merasa bersalah Ia tetap tinggal di rumah orang tuanya bahkan meminta satu kamar dengannya namun dengan tegas Kenzie menolak."Ken bisa papah bicara?" Kenzie duduk setelah pria paruh baya mendekati tempat tidurnya."Duduklah Pah, untuk apa meminta izin lebih dulu padaku? Apa yang ingin papah bicarakan denganku?" Kenzie tahu apa yang akan mereka bicara. Tidak seperti biasanya sang
"Mama mereka mengatakan jika aku anak haram." Jihan tersentak berhenti sejenak melihat sekeliling yang kini menatap kearahnya. Tatapan mengintimidasi padanya terutama pada Veer."Jangan dengarkan perkataan mereka, semua tidak ada yang benar sayang. Kamu anak Mama dan juga ayah, kamu harus percaya dengan Mama. Perbanyak istighfar sayang buat hatimu tenang ya." ucap Jihan kembali melangkah menuju mobilnya yang terparkir.Veer menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jihan ketika melewati sekumpulan teman sekolahnya terlebih kini Veer yang berada dalam gendongan Jihan meski sudah besar."Abaikan mereka nak, buat Mama, kamu adalah pangeran tertampan dan termanja. Kamu adalah anak kecil Mama sayang, walau kamu sudah besar dan uff! Ternyata anak Mama cukup berat juga." lirih Jihan yang di angguki Veer, tidak ada senyum di bibirnya."Nak tunggu di sini sebentar jangan keluar dari mobil. Sebelum Mama kembali, anak Mama paham? Pakai ini dengarkan sholawat." Usai melihat anggukan dari sang anak
Mereka terkejut melihat kemarahan Jihan, begitu kuat menarik rambut Tania bahkan menampar wajah mulus Tania dengan brutal, tidak peduli dengan teriakan Intan dan juga Kenzie yang berusaha untuk melepaskan Tania dari amukan Jihan."Jihan kenapa kamu jadi barbar seperti ini?! Kamu mencerminkan wanita tidak berakhlak dan kamu telah membuktikan betapa bobroknya ilmu agama yang kamu miliki. Lihatlah bagaimana penampilanmu saat ini lihatlah perilakumu, apakah itu cocok untuk wanita muslimah sepertimu? Apa itu pantas dilakukan oleh wanita seperti dirimu yang tahu tentang batasan?!" seru Intan mencoba membebaskan Tania dari cengkraman Jihan.Suara Intan menggema di ruang Kenzie namun tidak menghentikan yang dilakukan oleh seorang wanita yang bernama Jihan Indahsari Byantara. Luka hatinya yang dulu kini kembali berkobar kehidupannya yang begitu sulit dan hancur dan kini kembali menimpa pada anaknya dan semua dilakukan oleh wanita yang dinikahi oleh suaminya wanita pilihan ibunya untuk dijadika
Kenzie terkejut dengan sikap Jihan yang terkesan tidak peduli dengan kehadirannya, mengabaikan kedatangannya walau tidak menampik jika Jihan memberikan arahan pada Veer saat ia datang."Jihan kamu belum menjawab pertanyaanku, apa benar kamu melaporkan Tania dalam kasus ini? Bisa kamu jelaskan padaku tuduhan apa? Tania hanya ingin bertemu dengan Veer, mencoba untuk mendekati anak tirinya sama seperti aku. Meski menolak kehadirannya tapi di dalam rahimnya ada anakku." ujar Kenzie menjelaskan tentang hatinya saat ini."Jadi kamu sudah menerima Tania dan anak yang di kandungnya? Kamu bertanya padaku setelah aku melaporkan Tania? Tapi kamu tidak bertanya apa yang sudah dia lakukan pada anakku? Kamu, Tania dan juga orang tuamu bisa datang ke kantor polisi disana kamu bisa bertanya apa yang menyebabkan aku melaporkan istri mudamu." ujar Jihan masuk kedalam mobil dimana Veer telah menunggunya. "Jihan, aku belum selesai bicara!""Ken, ada apa denganmu? Aku tidak mengenalimu yang sekarang, si