Luna begitu kesal melihat sikap Jihan yang biasa saat ia tiba di ruang kerja milik Jihan. Ia berpikir bahwa kehadirannya akan membuat Jihan terkejut namun dugaannya meleset. "Kau tidak menanyakan bagaimana aku bisa bebas? Kapan aku bisa bebas, lalu siapa yang membebaskanku?" Luna duduk di sofa yang berada di ruang kerja Jihan tanpa merasa bersalah sedikit pun."Apa itu penting? Aku rasa itu bukan urusanku, kapan kau akan bebas, siapa yang menghempaskan itu tidak ada lagi hubungannya denganku. Itu sangat tidak penting untukku dan aku tidak peduli tentang dirimu." Jihan bersikap tenang di hadapan Luna, ia sendiri tidak percaya jika Luna akan bebas secepat ini."Kau belum menjawab pertanyaanku, Luna?" Jihan menegakan tubuh di kursi sekilas menoleh pada sekertaris pribadinya yang tersenyum dengan kedatangan Luna. Jelas nampak sikap mereka yang saling berbagi kode."Bagaimana aku menjawab, jika kamu bertanya dengan nada yang tidak suka begitu. Jihan, kamu lupa siapa aku dan hal apa aku
Menikmati makan malam bersama dengan keluarga adalah satu kebahagiaan yang sulit untuk di lupakan. Tidak jarang mereka akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing untuk malam ini mereka berkumpul setelah sekian lama dipisahkan oleh waktu dan keadaan."Sayang, Mama dengar kamu akan memberikan kejutan untuk Mama, benarkah itu nak?" tanya Jihan penasaran dengan kejutan yang akan di berikan putranya. Saat ini mereka berada ada di ruang keluarga usai makan malam."Mama ingat ini?" Veer menunjukan semua lukisan yang sejak lama ia tekuni. Dan kini setelah sempurna Veer ingin ibu yang melahirkannya adalah orang pertama kali melihatnya."Subhanallah, nak. Ini luar biasa!" seru Jihan lukisan yang begitu indah dan bernilai tinggi kini berada di dihadapannya. Tetapi Jihan tidak akan menjual lukisan putranya biarkan sang putra memutuskannya."Aku berikan lukisan ini khusus untuk Mama. Terima kasih selama ini Mama ada untukku, Mama selalu kuat untuk tetap menjagaku, tidak peduli betapa sakitnya Ma
"Siapa yang akan menikah dengan Kenzie?!" Mereka terkejut mendengar suara bariton yang menggema di seluruh ruangan rumah mewah milik keluarga Ghasam. Sosok pria paruh baya menatap mereka, tidak ada sorot mata teduh tidak ada sapa atau bahkan saling berpelukan menanyakan kabar tentang mereka. Kali ini wajah mereka tegang mendapati seseorang yang ingin mereka hindari agar tidak tahu permasalahan dalam rumah tangga anak mereka."Mas, Cakra? Kapan mas datang kesini?" tanya Intan menetralkan detak jantungnya."Sejak kalian berdebat mengenai Kenzie dan Jihan. Ada apa dengan mereka? Kenapa tidak ada yang memberikan kabar padaku?" "Cakra duduklah dulu, biar Intan buatkan kopi untukmu. Kamu tahu kan," ucapan Ghasam terhenti saat Cakra kembali bersuara."Tidak perlu, kedatanganku kesini ingin mendengar langsung masalah apa yang di hadapi oleh anak-anak kita. Tapi sepertinya hal itu tidak perlu, setelah aku mendengar sendiri ucapan kalian." Cakra tidak senang melihat wajah Intan terlihat jela
Iriana tidak menduga jika kehidupan Cakra kini jauh lebih segalanya dari hidupnya. Bagaimana tidak, Cakra yang yang kini menikahi Bu Imah wanita yang telah menjaga Jihan pada saat mengandung Veer. Hatinya begitu panas setelah ia pendam kini kembali berkobar saat pemandangan di depannya mampu mengalirkan bulir bening, apakah Iriana cemburu? Siapa yang tidak cemburu jauh di lubuk hati Iriana ia begitu mengagumi seorang Cakra, laki-laki yang begitu tampan meski usianya tidak lagi muda. Pria yang mengisi hatinya selama dua puluh tahun lebih, sejak lama hingga saat ini Iriana hanya mencintai seorang Cakra."Sejak dulu aku begitu mengagumimu, Cakra. Setelah aku mendapatkannya kita harus berpisah dan semua ini karena putrimu. Seandainya kamu tidak mendengarkannya maka kita masih bersama Cakra. Aku telah melakukan banyak hal untuk bisa mendapatkan mu tapi pada akhirnya aku pun harus melepaskan kamu begitu saja. Tidak, aku tidak akan menyerah walau bagaimanapun aku sudah berjuang sejauh ini. S
"Siapa yang melakukannya? Luna atau Iriana, Om?"Jihan begitu penasaran siapa dalang dari sakitnya sang ayah berapa tahun terkahir bahkan sakitnya semakin parah walau yang di rasakan oleh sang ayah hanyalah lemas. Kini ia tahu dua nama tersirat dalam pikirannya jika bukan Iriana tentunya Luna, hanya mereka yang menjadi kandidat yang cocok untuk menjadi tersangka."Om, katakan siapa? Sebutkan dua nama di atas." cecar Jihan tidak tahan lagi ia menunggu jawaban dari sang paman yang ingin ia ketahui nama pelakunya."Luna, nak. Tapi kita tidak punya bukti untuk menyeretnya. Luna melakukannya saat berapa di rumah dan Om tidak bisa mengawasi dua puluh empat jam disana. Sekalipun Om adalah orang terdekat ayahmu," sesal Beni yang tidak bisa menjaga Cakra setelah kepergian Jihan. Luna memecatnya dan berapa orang terpercaya di perusahaan telah berganti dengan wajah baru mereka adalah orang suruhan Luna hal itu membuat perusahaan goyah."Anak itu? Aku tidak menyangka dia begitu licik ingin membun
Jihan menyunggingkan senyum mendengar penuturan dari Luna yang mengklaim bahwa perusahaan adalah miliknya, selama ini tidak ada masalah berat di perusahaan semua berjalan sesuai rencana yang sudah mereka susun sampai saat dimana Jihan telah pergi dan kondisi tubuh Cakra yang melemah sehingga surat kuasa itu di terima Luna hingga saat ini. Walau Cakra mengklaim bahwa perusahaan masih di bawah kendalinya tetapi itu semua tidak mampu ia tarik meski Kenzie membuktikan jika perusahaan itu tetap milik Cakra Byantara.Kenzie bermain dengan Luna dan Ivan sehingga kedudukan Kenzie setara dengan Cakra hal itu tidak di ketahui oleh Luna hingga sekarang."Kau yakin Luna? Aku rasa kau banyak bermimpi. Pergi dari sini atau kau akan menginap lagi di penjara?" Luna tertawa mengejek, Jihan yang sendiri dalam ruang meeting tidak ada satu orangpun yang berada di pihaknya tetapi begitu bangganya Jihan menentang dirinya. "Kenapa tidak? Seharusnya kamu yang sadar diri dan meninggalkan tempat ini, berapa
Jihan tidak memperdulikan pesan yang selalu ia terima dari seseorang yang tidak dikenal, berusaha untuk bersikap biasa walau ia sendiri ragu mengingat pesan yang ia terima tidak hentinya berulang. Hingga kini saat mereka menikmati suasana berlibur."Sayang kita sudah tiga hari disini, kenapa wajahmu tidak ceria? Ada apa? Jangan sembunyikan apapun dariku?" Kenzie membawa tubuh Jihan dalam pelukannya rasa sesak kian menghimpit, sulit baginya untuk mengatakan sebuah rahasia yang ia simpan meski Cakra, ayah mertuanya telah mengetahuinya. Kenzie yang tidak ingin Jihan terluka karena masalah yang ia hadapi. Sulit baginya untuk terlepas dari jeratan wanita yang di jodohkan oleh Ibunya terlebih saat ini."Aku hanya lelah, kalian saja yang pergi aku tetap di sini." ujar Jihan merasakan tubuhnya begitu lelah akhir-akhir ini."Kamu baik-baik saja sayang? Wajahmu pucat," Kenzie menangkup wajah Jihan yang terlihat semakin pucat."Tidak apa-apa aku hanya masuk angin. Setelah istirahat pasti sembu
Jihan begitu terkejut mendengar penuturan wanita yang kini menahan tubuh Kenzie bahkan ibu dan anak saling pandang berusaha untuk mengelak tetapi semua sudah terjadi. Terlihat wajah Kenzie yang begitu nelangsa merasa bersalah atau sebaliknya hanya Kenzie yang tahu."Bisa jelaskan padaku, maksud dari pengakuannya? Mas Kenzie atau Mama yang menjelaskan padaku?" Jihan berdiri tanpa berniat untuk bergabung dengan mereka Intan yang sebelumnya terlihat bahagia tiba-tiba berubah sendu ada sesak terlihat dari sorot matanya namun hal itu tidak mengurangi rasa yang menancap di hati Jihan, terlebih sebelumnya sudah melihat perlakuan Mama mertuanya pada Tania."Sayang maafkan jika kamu melihat dengan cara seperti ini. Aku akan menjelaskan padamu, tapi satu hal yang harus kamu percaya di sini sejak sejak dulu dua puluh tahun yang lalu hingga kita menua hanya ada satu nama Jihan Indahsari Byantara tidak ada yang lain." ucap Kenzie tegas menunjuk hatinya dengan ibu jari.Intan meraih pergelangan tang
Tujuh tahun kemudian kehidupan Jihan dan Kenzie semakin bahagia bisnis mereka semakin berjaya. Bukan hanya perusahaan Kenzie dan Jihan saja tetapi cafe tunggal yang didirikan Jihan kini semakin maju. Bahkan Kenzie membangun penginapan tidak jauh dari cafe agar memudahkan para wisatawan yang ingin berkunjung ke wisata yang tidak jauh dari cafe tunggal milik Jihan. Kenzie yang lebih banyak menghabiskan waktu liburan setelah kesibukan dengan berbagai tumpukan berkas. Kenzie enggan untuk pergi kemanapun selain waktu untuk keluarga seperti saat ini. Mereka merencanakan untuk liburan bersama namun mereka mengurungkan niatnya mengingat putri kecil mereka yang baru sembuh. Sehingga mereka memilih untuk berkumpul di rumah bersama keluarga besar."Sayang biarkan Zahra sama ibu, kamu istirahat saja," ujar Intan yang saat ini berada di kediaman Jihan. Setelah usia Zahra tujuh tahun Jihan memilih menempati rumah yang telah di siapkan oleh Kenzie."Mah, aku tidak apa-apa lagi pula Zahra hanya manj
Mang Ucup berlari keluar mencari seseorang yang mungkin saja akan keluar dari rumah bos-nya. Langkahnya baru mencapai pintu sebuah mobil meninggalkan halaman depan rumah, keterkejutan bukan sampai disana. Sebuah pukulan begitu keras membuat mang Ucup tergeletak begitu saja tidak sadarkan diri."Mang Ucup!!" Jihan berusaha untuk menyadarkan mang Ucup sebelum seseorang menarik kerudungnya yang panjang."Serahkan semua hartamu untukku. Kamu sudah mendapatkan ibuku dan kasih sayangnya, kau ambil ibuku aku ambil hartamu. Bagaimana? Adil bukan?" kata Nanda penuh penekanan."K– kamu? Nanda untuk apa kamu lakukan ini padaku, hah?" geram Jihan setelah mengetahui bahwa Nanda adalah dalang di balik kekacauan rumahnya."Mudah saja seperti yang aku katakan tadi serahkan semua hartamu maka akan aku berikan Ibuku padamu. Kamu begitu sangat disayanginya tapi aku sebagai anak kandungnya sangat dibencinya, ikuti kemauanku maka semuanya akan kembali seperti semula kamu hidup bahagia bersama dengan kelu
"Sayang, kamu sakit? Katakan yang mana?" Kenzie begitu panik melihat kondisi sang istri yang begitu kesakitan berulangkali mengusap perutnya dan wajahnya mulai terlihat pucat. "Mas sepertinya aku akan melahirkan," ucap Jihan terbata."I– iya sayang," Kenzie mengangkat tubuh sang istri entah kekuatan dari mana namun ia mampu turun dari tangga meski Veer terus berteriak sehingga mengumpulkan penghuni rumah mewah milik Cakra."Ken, apa Jihan mau melahirkan?" tanya Bu Imah yang keluar lebih dulu dari kamar diikuti oleh Cakra."Iya Bu, Jihan mengeluh sakit di perut!" Kenzie mempercepat langkahnya menuju mobilnya yang terparkir di halaman. Cakra berlari mendahului mereka dan membukakan pintu untuk anak dan menantunya."Mas pergilah dulu ke rumah sakit biar aku yang menyusul bersama dengan Veer." Bu Imah meminta Cakra untuk pergi lebih dulu agar bisa menyelamatkan Jihan mengingat air ketuban yang sudah pecah."Ya, jangan lupa hubungi Intan dan Ghasam!" sahut Cakra melajukan mobilnya dengan
Jihan berusaha untuk menenangkan bu Imah yang terlihat begitu marah dan kecewa atas kedatangan Nanda yang tiba-tiba. Jihan tidak ingin kekesalan dan kemarahan bu Imah semakin berlanjut mengingat ia sendiri telah mendengar apa yang dikatakan oleh Nanda namun fakta yang sebenarnya terucap dari Bu Imah hal itu yang membuat Jihan merasa dibohongi oleh Nanda."Bagaimana Ibu bisa tenang nak, dia adalah anak kandung ibu tapi sedikitpun dia tidak pernah merasa kasihan terhadap kami bahkan saat dia mengatakan itu hati ibu sangat hancur. Anak yang Ibu sayang yang ibu kandung selama 9 bulan ibu melahirkannya dengan susah payah bertaruh nyawa begitu tega mengucapkan kata yang begitu menyakitkan. Dia meminta kami untuk melupakannya, apa kamu tahu nak apa yang dilakukan dia pada saat datang meminta restu pada kami? Dia begitu angkuh bahkan dia mengatakan hal yang jauh lebih menyakitkan dia bisa bahagia dan menikah dengan siapapun tanpa restu dari kami karena restu kami tidaklah penting.Entah wali
Kenzie mengikuti arah pandang Jihan dimana seorang wanita yang terlihat membeli makanan tidak lama kemudian dia duduk di salah satu kursi yang ada di taman. Penampilannya yang sederhana namun terlihat ada sesuatu yang di sembunyikan. Berapa kali Jihan dan Kenzie melihatnya yang sesekali mengusap wajahnya hal itu tidak lepas dari pantauan Jihan dan Kenzie."Mas, kamu enggak kenal wanita itu? Sepertinya di nangis? Apa aku salah liat?" tanya Jihan tatapannya fokus kearah wanita yang berulang kali mengurungkan niatnya untuk menyantap makan yang ada di hadapannya dan memilih menyandarkan punggungnya."Enggak, sayang kita kesana. Mas penasaran ada hubungan apa antara wanita itu dan Bu Imah," Jihan mengangguk membenarkan ucapan suaminya. Ada rahasia yang ingin ia ketahui dari wanita yang mengambil foto bu Imah secara diam-diam."Hati-hati sayang," Kenzie dengan sigap membantu Jihan berdiri perutnya yang besar membuatnya kesulitan untuk berdiri."Ya mas, terima kasih,"Berlahan Jihan dan Ken
Mang Ucup berlari mengejar sosok wanita yang terlihat tengah mengintip di kediaman Cakra. Ada rasa takut dan penasaran siapa gerangan wanita yang terus mengintai keadaan di dalam, jika wanita itu adalah suruhan dari Tania ataupun Luna karena mereka tidak akan membiarkan Jihan hidup bahagia dengan Kenzie."Mang Ucup bagaimana, apa wanita itu tertangkap?" tanya jihan mencari keberadaan wanita kini tidak ada di depan rumahnya."Maaf mbak Jihan wanita itu kabur. Dia bawa motor terparkir disana, sepertinya sudah di rencanakan di lihat dari cara parkirnya." ujar mang Ucup menunjukan motor yang melaju semakin jauh dengan kecepatan tinggi."Siapa kira-kira ya, mang? Kenapa enggak masuk tanya gitu sama kita. Tujuannya apa, siap yang di cari?"Jihan melihat sekitar yang sepi tidak ada orang yang lewat. Tempat tinggalnya yang terbilang elite membuat jarak rumah dengan rumah yang lain memiliki jarak walau hanya terhalang dengan tembok pembatasan. Namun, mereka sibuk dengan aktivitas di luar rumah
Tania terkejut mendengar kabar tentang ayahnya yang meninggal dunia satu bulan yang lalu bertepatan dengan kepergiannya dari rumah. Tawa Tania lepas begitu saja dia tidak yakin jika sang ayah akan pergi begitu saja meninggalkan dirinya seorang diri di dunia ini tanpa berpamitan, dan juga tanpa meninggalkan kata-kata terakhir untuknya."Nak Tania, kamu baik-baik saja?" tanya Pak RT yang iba dengan keadaan Tania saat ini."Bapak tanya saya baik-baik saja atau tidak? Sekarang saya tanya apa bapak akan baik-baik aja jika mendengar kematian orang tua bapak?" sahutnya ketus. Wanita yang tidak jauh dari Tania hanya mengusap dada mendengar jawaban wanita angkuh di depannya."Kenapa kamu begitu jawabnya? Kami beritahukan dan kami menanyakan apa kondisi kamu baik-baik saja atau kamu shock mendengar kabar ayahmu meninggal dunia. Apa pantas jawaban kamu seperti ini pada kami? Tidakkah kamu bisa menghargai kami lebih tua dari kamu? Setidaknya pikirkan kami ini siapa kamu di sini?" cetus istri pa
Setelah di hubungi oleh pak RT Ivan bergegas menuju kediaman pak RT. Satu minggu bukan waktu yang sebentar, berbagai cara sudah dilakukan oleh Ivan untuk mencari keberadaan putri dari pak Aksa meski semua yang ia lakukan telah gagal tidak ada titik terang tentang keberadaan putri tunggal pak Aksa."Pak RT apa Putri Pak Aksa sudah pulang ke rumah? Bisakah saya menemui sekarang atau bapak sudah mengatakan tentang kejadian satu minggu yang lalu pada putri pak Aksa?" tanya Ivan, membuat pak RT mengulas senyum."M— maafkan saya pak, saya tidak bermaksud untuk," lanjut Ivan merasa malu karena ia mencecar berbagai pertanyaan pada pak RT."Tidak apa-apa pak Ivan, jadi begini tujuan Saya memanggil Pak Ivan kemari untuk membahas yang sempat di pertanyakan oleh pak Ivan pada saya saat di pemakaman. Saya ingin menceritakannya yang saya ketahui meskipun saya tidak tahu kebenaran ini tapi inilah yang saya dengar dari para warga," ucap pak RT, sesat terdiam menetralkan perasaan yang sulit untuk ia u
Tania membanting pintu kamar menimbulkan suara dentuman keras sehingga mengejutkan Aksa yang beristirahat di kamarnya. Berapa hari yang lalu Aksa membebaskan Tania dengan bersyarat, rela menjual berapa aset hanya untuk putrinya namun, setelah bebas Aksa yang ingin putrinya berubah menjadi wanita yang baik dan melupakan Kenzie adalah keinginannya.Tania tidak terima kalau Kenzie hidup bahagia dengan Jihan. Apa pun akan dilakukan oleh Tania untuk mendapatkan cinta Kenzie meski usahanya selalu gagal.Aksa tidak hentinya mengingatkan Tania untuk berhenti mengusik mereka, mengikhlaskan cintanya untuk wanita lain. Aksa tahu juga Tania sulit untuk melupakan pria yang pernah menikahinya meski hanya pernikahan siri."Tania, kamu baru pulang, Nak? Haruskah Ayah mengingatkan kamu untuk kesekian kalinya, atau kamu ingin Ayah bersujud di kakimu agar kamu bersedia mengikuti apa yang dikatakan ayah? Berhentilah, kamu masih muda kamu bisa mendapatkan laki-laki lain yang jauh mencintai kamu menerima