"Bagaimana?" Rion bertanya dengan hati mulai dilanda panik. Saham milik David mulai berpindah tangan. Masih mending kalau sahamnya dibeli satu orang. Mereka tinggal mengambil paksa aset itu. Masalahnya saham David diubah jadi printilan kecil-kecil. Dibuat paketan untuk kemudian dilempar ke pasaran.Tentu saja saham David langsung jadi rebutan. Saham DA Grup termasuk blue chip, maknanya saham yang sangat bagus nilai pasarnya saat ini. Banyak orang menginginkan saham jenis ini, meski harganya mahal. Apalagi saham ini milik salah satu pewaris DA Grup."Apa lagi sekarang?" David bingung ketika dia diseret kembali ke ruangan Rion dan Sandy."Kau jual sahammu?" todong Rion cepat."Mana ada! Aku belum mau hidup kere!" tandas suami Mega."Lalu kenapa sahammu jalan-jalan di pasar saham. Kau kasih kuasa ke siapa buat pegang kunci sahammu?" Rion masih menginterogasi David yang bingung melihat bagaimana sahamnya bisa diperjualbelikan di bursa saham."Kuncinya aku yang pegang," kata David lagi."
David mundur setelah melakukan apa yang sistem minta. Begitu icon "enter" ditekan, tabung kaca yang menjadi wadah penyimpanan segel berwarna ungu perlahan terbuka. Rafael segera meraihnya. Meletakkannya di sebuah tempat yang sepertinya langsung terhubung ke sistem."Call them back!" Pinta lelaki itu. Setelah proses loading selesai, segel tersebut mulai bekerja. Sementara itu Rafael sibuk mengamati monitor lain di sisi kiri. Saat Rafael tengah mengupayakan asetnya kembali, David hanya bisa mematung di tempatnya berdiri. Teringat kalimat dari sang sepupu yang sampai kini masih terngiang di benaknya.Pria itu membencinya setengah mati, tapi tak menolak mengakui kalau mereka saudara. David sepertinya juga baru tahu jika sistem yang Rafael bangun tidak hanya dikendalikan olehnya seorang."Setidaknya harus ada satu dari kita berempat yang menemaniku saat membuka segel ini. Aku tidak membuatnya untuk kupakai sendiri. Ada amanat besar yang kuemban dalam benda ini."Hati David tertohok mende
Lima belas menit kemudian, Nadine sudah lebih fresh setelah mandi kilat. Inginkan hati dia mau berendam, tapi nantilah, dia bisa melakukannya jika pulang ke Blue Paradise. Sangri-la tempat yang menyenangkan, suatu saat dia ingin kembali ke sana. Dia belum sempat berkeliling. Waktunya habis di bawah kungkungan tubuh sang suami yang saat ini sudah tidak terlihat lagi batang hidungnya. Pria itu berpesan agar Nadine makan dulu sebelum keluar kamar. Sehelai gaun berwarna peach telah membalut tubuh ramping Nadine lengkap dengan dalamannya. Rasanya jadi sesak setelah dua hari full tanpa underwear. Rafael benar-benar mengajaknya balik ke zaman primitif, di mana pakaian belum jadi kebutuhan primer seperti era sekarang.Perempuan itu mulai memakai foundation untuk menutupi kissmark yang terlihat di leher dan bahu. Untung pakaiannya bermodel kerah bulat hingga bekas merah itu tak banyak yang terlihat.Nadine keluar kamar setelah melahap makanannya. Jujur saja dia kelaparan. Saat Nadine keluar
David punya banyak alasan untuk marah, pertama sahamnya baru saja dijual orang tanpa permisi alias dicolong, meski bisa bisa Rafael pertahankan. Sementara alasan lain karena Rafael menjadikan Nadine salah satu pemegang kunci segel, lain lagi dia cemburu ketika melihat hubungan Rafael dan Nadine ternyata baik-baik saja.Saat mobil lelaki itu masuk ke kediamannya, David seketika menghela napas. Bukan kedamaian yang dia rasa saat berada di rumahnya, tapi rasa menyiksa macam di neraka. Rasanya memang sangat menyesakkan tapi David selalu pulang ke rumah tiap hari. Tak pernah bermalam di tempat lain.Padahal rumahnya terasa adem untuk mereka yang bisa merasakan lebih dalam. Lantunan ayat suci kerap terdengar ketika Mega telah tinggal di sana. Ada wajah menyejukkan Mega yang sering menyambut David di depan pintu.Namun semua itu belum mampu menyentuh hati kecil David. Pria itu masih membandel untuk dilembutkan hatinya. Begitu David turun dari mobil, ucapan Rafael soal dirinya harus berhati-h
Nadine dan Rafael sampai di Blue Paradise hampir dini hari. Karena perempuan itu sudah puas tidur, maka dia tak merasa mengantuk, tapi tak dipungkiri kalau tubuhnya lelah. Maka dia pun kembali ikut merebahkan diri di sisi Rafael ketika pria itu sudah lebih dulu terlelap.Nadine awalnya cuma rebahan dengan pikiran terbang ke mana-mana. Dia pandangi foto pernikahannya dengan Rafael yang dibuat ulang beberapa waktu lalu. Kali ini Nadine mengenakan gaun pernikahan impiannya, bukan kebaya seadanya seperti saat akad nikah mereka dulu.Di bawah foto pernikahan itu tersimpan segel yang baru saja dimasukkan kembali oleh Rafael. Lelaki itu bilang, akan lebih aman jika diletakkan di kamar. Pria itu pernah memindahkannya ke kantor, membuat Rion sempat salah paham.Nadine berpikir ada benarnya juga David marah padanya, sebab dia orang luar tak berhak ikut campur intern keluarga De Angelo. Sepertinya besok dia harus bicara pada Rafael soal hal ini. Ponsel Rafael berkedip, ada pesan yang masuk. Per
Eva baru saja masuk ke dalam apartemennya, berdesakan dengan seorang pria. Tampan dengan tubuh seksi. Eva bukan perempuan yang betah dengan satu pria. Apalagi ketika David akhir-akhir ini mulai sulit diajak bertemu.Pilihan apa yang dia punya selain mencari lelaki lain untuk memuaskannya. "Umhh, kau tidak kalah dibanding kakakmu," racau Eva membiarkan sang pria bermain di dadanya.Masih bersandar di pintu sepertinya mereka sudah tidak sabar untuk melampiaskan gairah masing-masing. Eva menarik si lelaki untuk dia ajak berciuman kembali. Sepertinya bibir seksi lelaki itu membuat Eva kecanduan.Sementara bibir mereka saling beradu, tangan keduanya juga tengah berlomba melepas pakaian masing-masing. Pria itu menggeram sembari membelit lidah Eva, saat tangan Eva menemukan juniornya.Eva merapatkan pinggulnya yang cuma tertutup panty tipis berenda, menggesekkannya dengan milik pria di hadapannya. Seolah tahu apa yang Eva inginkan, pria itu langsung menurunkan penghalang terakhir di tubuh Ev
Duar! Bak kembang api oh salah, bom atom yang meledak tiba-tiba. Seperti itulah efek kejutnya bagi Rafael ketika sang istri mengutarakan perceraian padanya. Sumpah demi apapun, Rafael tak pernah berpikir untuk bercerai. Tapi kata itu justru terlontar dari bibir sang istri."Katakan apa sebabnya kamu minta pisah dariku. Apa aku pernah selingkuh?""Sampai sekarang belum terbukti," lirih Nadine."Kau mencurigaiku selingkuh?" tanya Rafael menggebu-gebu."Tidak juga," balas Nadine nyaris tanpa suara.Perempuan itu sejak tadi tertunduk, tidak berani menatap wajah Rafael yang Nadine tahu sedang menahan emosi."Apa nafkahku kurang? Baik lahir mau pun batin? Apa aku pernah KDRT kecuali di luar ranjang?"Plak! Nadine mengeplak dada Rafael yang cuma tertutup kaos oblong yang biasanya sebentar lagi akan dia buang ke lantai. Rafael memang suka sedikit brutal saat bercinta tapi itu bukan masalah.Nadine menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan Rafael. Hal itu ganti membuat pria itu frustrasi. Oh,
"Ma, tolong jangan mempersulit posisi Rafael. Mama dan Nadine dua wanita yang takarannya, kedudukannya harus seimbang. Jangan suruh Rafael memilih, sebab Mama tahu pasti jawabannya."Paramita melipat tangan di depan dada, ingin protes tapi yang dikatakan sang putra sangat benar. "Mama gak pernah bicara begitu sama istrimu," ketus Paramita menanggapi."Nadine juga tidak bilang Mama begitu. Cuma aku pikir dia dengar kalian bahas masalah ini."Paramita seketika terkesiap. "Dua hari lalu, kami memang bahas itu saat sarapan, setelah saham kita anjlok. Kami tidak tahu kalian pulang.""Pantas dia balik kamar gak bawa makanan. Please, Ma. Biarkan kami menjalani pernikahan kami tanpa tekanan kiri kanan. Mama lupa, dia doang yang terima Rafael waktu cosplay jadi kere.""Awalnya dia benci juga sama kamu," potong Paramita judes."Siapa juga yang tidak benci sama Rafael. Tiba-tiba muncul, menghancurkan hubungan dia dan David.""Kan David yang mulai.""Kita awalnya tidak tahu."Ibu dan anak saling