"Nona Audrey, apa kamu puas dengan hasil ini?"Melihat kepala departemen personalia itu sekarang ketakutan hingga tubuhnya gemetar, Audrey merasa sangat senang. Namun, dia masih merasa masalahnya tidak semudah itu. "Cukup puas, tapi aku ada sebuah pertanyaan. Semuanya sangat ramah saat aku pertama kali datang, tapi dalam satu hari saja, sikap kepala departemen ini menjadi dingin. Aku yakin pasti ada alasannya, 'kan?"Audrey tidak percaya ada kebencian yang timbul tanpa alasan di dunia ini. Perubahan sikap kepala departemen yang mendadak itu seharusnya bukan karena tidak suka melihatnya, pasti ada alasan lain di baliknya."Benar." Mendengar perkataan itu, Zayden menganggukkan kepalanya dan melihat orang-orang Grup Joysun.Mereka segera menyadari Zayden berada di pihak Audrey dan mendukungnya menyelidiki lebih lanjut, sehingga masalah ini tentu tidak akan dibiarkan begitu saja. Presdir Grup Joysun menatap kepala departemen personalia dengan tatapan dingin lagi. "Apa tujuanmu sebenarnya?
Tatapan Zayden menjadi dingin dan mengulurkan tangan untuk menarik Audrey ke belakangnya. "Bu Winda, aku tidak tahu trauma apa yang membuat pikiranmu jahat seperti ini. Kamu ingin tahu apa hubunganku dengan Audrey? Baiklah, aku akan memberitahumu."Mendengar perkataan itu, Audrey merinding, tangannya juga gemetar saat menarik pakaian Zayden. Dia berpikir apakah Zayden sudah gila hingga mengungkapkan mereka pernah menjadi pasangan suami istri? Waktu itu, pernikahan mereka dirahasiakan dan tidak diketahui orang luar. Jika kabar Zayden pernah menikah ini tersebar, pasti akan menjadi berita besar. Dia tidak ingin hal ini menjadi heboh seperti ini.Melihat ada keanehan di belakangnya, hati Zayden terasa pahit. Dia berpikir apakah Audrey begitu takut terlibat hubungan dengannya? Dia ingin memberi tahu semua orang bahwa Audrey adalah wanita yang dicintainya dan siapa pun jangan berharap bisa menyentuhnya. Namun, dia tahu Audrey akan makin membencinya jika dia mengatakan kata-kata ini di situa
Winda tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu. Dia masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaminya tidak berani membiarkannya melanjutkan perkataannya. Jika dia terus melanjutkan, mungkin Zayden akan langsung marah. Meskipun suami Winda adalah seorang eksekutif di perusahaan, dia juga tidak sanggup bertanggung jawab untuk hal itu.Zayden juga tidak ingin berdebat dengan orang seperti Winda lagi dan melihat ke arah para eksekutif Grup Joysun lainnya. "Aku selalu mengira Grup Joysun adalah perusahaan yang punya ide inovatif dan manajemennya jelas, tapi sekarang aku lihat sepertinya tidak seperti itu. Seorang wakil presdir yang sikapnya kacau dan istri wakil presdir yang terus membuat kekacauan di perusahaan, sungguh kejutan yang luar biasa ...."Maksud perkataan Zayden sudah sangat jelas, orang Grup Joysun lainnya tidak mungkin masih tidak mengerti. "Kami akan segera menyelidiki dan memberhentikan mereka. Pak Zayden tidak perlu mengkhawatirkan hal ini!"Zayden baru menganggukka
Semua orang Grup Joysun tentu saja langsung menyetujuinya. Mereka segera menyiapkan kembali sebuah kantor yang lokasinya sangat baik dan seorang asisten untuk Audrey.Melihat lingkungan kerja yang jelas meningkat beberapa kali lipat, Audrey menghela napas. Semua ini jelas karena pengaruh Zayden. Mengapa Zayden selalu melekat di kehidupannya?....Winda mengejar suaminya keluar, tetapi dia malah langsung didorong terjatuh ke lantai parkir oleh suaminya. Dia baru menyadari tindakan gegabahnya mungkin akan menimbulkan konsekuensi yang tidak bisa diperbaiki. Dia berdiri di sana cukup lama baru terpikir Shania. Benar, Shania bisa dibilang memiliki kedudukan yang penting juga bagi Zayden. Semuanya mungkin masih ada harapan jika Shania turun tangan membantunya. Dia segera menelepon Shania.Melihat Winda meneleponnya, Shania segera mengangkatnya. "Ada apa? Kenapa meneleponku saat ini?""Shania, tolong bantu aku. Entah bagaimana rubah licik itu menggoda Zayden. Zayden sudah tahu aku menyuruh or
Ketika ponselnya berdering, Audrey masih berada di ruang kantor untuk memeriksa beberapa data. Begitu melihat nomor asing, dia segera mengangkatnya. Sambil menatap layar komputer, dia bertanya, "Halo, siapa ini?""Ini aku, Shania. Audrey, aku dengar kamu sudah kembali ke Slastin. Aku ingin mengajakmu bertemu," balas Shania. Ketika mendengar nada bicara Audrey yang begitu santai, Shania menggertakkan giginya dengan geram. Jalang ini jelas-jelas sudah pergi dengan Christian, kenapa tiba-tiba pulang? Bukankah mereka semua akan bahagia jika dia tidak kembali?"Sepertinya kita nggak punya hubungan baik. Kalau kamu nggak menggangguku, aku tentu nggak akan memberi tahu siapa pun tentang hal itu," balas Audrey yang tidak berniat bertele-tele dengan Shania. Meskipun dia telah bertekad untuk menutupi masalah itu, Audrey masih memiliki dendam terhadap wanita ini.Berpura-pura menjalani kehidupan orang lain demi mendapatkan keuntungan. Perbuatan seperti ini paling diremehkan oleh Audrey. Selain it
Wajah Shania berangsur memucat. Dia berkata, "Zayden, tolong hentikan, jangan dilanjutkan lagi."Zayden merasa agak bersalah saat melihat ekspresi Shania yang seperti itu. Bagaimanapun, dia terlalu membebaskan wanita ini sehingga menaruh harapan padanya. Zayden membalas, "Maafkan aku, tapi kenyataannya memang begitu. Aku tidak pernah melupakannya selama ini. Aku harus memperjelasnya atau waktumu akan terbuang sia-sia."Zayden mengeluarkan sebuah kontrak dari meja kerjanya, lalu meneruskan, "Ini kontrak ganti rugi yang sudah lama kubuat. Bacalah, kamu boleh mengajukan apa pun kalau merasa ada yang kurang puas."Shania terus melangkah mundur, seolah-olah telah melihat hantu. Dengan secercah harapan terakhir di hatinya, dia bertanya dengan nada tinggi, "Kamu terus bilang mencintai Audrey, tapi wanita ini sama sekali nggak mencintaimu! Yang dicintainya adalah Christian! Dia bahkan mengandung anak Christian! Kamu nggak keberatan dengan semua ini? Seluruh dunia akan mentertawakanmu!"Perkata
Felya tahu persis apa yang terjadi waktu itu. Bagi Keluarga Moore, keberadaan Audrey adalah suatu hal yang sangat memalukan. Parahnya, wanita ini bahkan memalsukan kematiannya, membuat Zayden menderita begitu lama. Felya tidak akan membiarkan Zayden memiliki hubungan dengan Audrey lagi."Shania, kamu nggak perlu pergi, justru wanita itu yang harus pergi. Dia sudah membuat pilihan waktu itu, jadi nggak berhak untuk kembali lagi. Aku akan membahas masalah ini dengan Zayden nanti," ujar Felya. Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan untuk menelepon Zayden.Zayden sedang duduk di kursi kerjanya sembari memikirkan cara supaya Shania bisa menerima realita ini. Ketika ponselnya berdering dan melihat sang ibu yang menelepon, dia segera mengangkatnya."Zayden, ada hal penting yang ingin kubahas denganmu. Cepat kemari," ujar Felya tanpa bertele-tele. Dia langsung menyuruh Zayden datang ke negaranya. Di satu sisi, akan lebih mudah bagi Felya untuk meluluhkan hati Zayden. Di sisi lain, dia tid
Namun, bukankah Zayden telah menjelaskan semuanya hari ini? Audrey benar-benar bingung saat memikirkannya. Hanya saja, dia tidak boleh terlalu peduli pada gosip jika ingin bekerja di perusahaan ini. Yang paling penting adalah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.Audrey tidak memikirkan masalah ini lagi. Setelah memeriksa waktu, dia menaiki mobil untuk pulang. Setibanya di bawah apartemen Emilia, Audrey pergi ke minimarket sebelah untuk membeli beberapa sayur dan buah. Begitu masuk, beberapa orang langsung mengamatinya sambil berbisik, "Kenapa aku merasa dia mirip sekali dengan wanita di unggahan itu?"Ketika mendengar suara bisikan yang tiada henti itu, Audrey baru sadar bahwa orang-orang sepertinya sedang membicarakannya. Dia tak kuasa mengernyit mendengarnya. Unggahan apa? Dia baru pulang 2 hari lalu.Audrey segera mengeluarkan ponsel dan mencari namanya di internet. Tidak berselang lama, terlihat sebuah unggahan populer.[ Mengungkap Masa Lalu Kelam Desainer Wanita yang Baru Kemb
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis