Winda tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu. Dia masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi suaminya tidak berani membiarkannya melanjutkan perkataannya. Jika dia terus melanjutkan, mungkin Zayden akan langsung marah. Meskipun suami Winda adalah seorang eksekutif di perusahaan, dia juga tidak sanggup bertanggung jawab untuk hal itu.Zayden juga tidak ingin berdebat dengan orang seperti Winda lagi dan melihat ke arah para eksekutif Grup Joysun lainnya. "Aku selalu mengira Grup Joysun adalah perusahaan yang punya ide inovatif dan manajemennya jelas, tapi sekarang aku lihat sepertinya tidak seperti itu. Seorang wakil presdir yang sikapnya kacau dan istri wakil presdir yang terus membuat kekacauan di perusahaan, sungguh kejutan yang luar biasa ...."Maksud perkataan Zayden sudah sangat jelas, orang Grup Joysun lainnya tidak mungkin masih tidak mengerti. "Kami akan segera menyelidiki dan memberhentikan mereka. Pak Zayden tidak perlu mengkhawatirkan hal ini!"Zayden baru menganggukka
Semua orang Grup Joysun tentu saja langsung menyetujuinya. Mereka segera menyiapkan kembali sebuah kantor yang lokasinya sangat baik dan seorang asisten untuk Audrey.Melihat lingkungan kerja yang jelas meningkat beberapa kali lipat, Audrey menghela napas. Semua ini jelas karena pengaruh Zayden. Mengapa Zayden selalu melekat di kehidupannya?....Winda mengejar suaminya keluar, tetapi dia malah langsung didorong terjatuh ke lantai parkir oleh suaminya. Dia baru menyadari tindakan gegabahnya mungkin akan menimbulkan konsekuensi yang tidak bisa diperbaiki. Dia berdiri di sana cukup lama baru terpikir Shania. Benar, Shania bisa dibilang memiliki kedudukan yang penting juga bagi Zayden. Semuanya mungkin masih ada harapan jika Shania turun tangan membantunya. Dia segera menelepon Shania.Melihat Winda meneleponnya, Shania segera mengangkatnya. "Ada apa? Kenapa meneleponku saat ini?""Shania, tolong bantu aku. Entah bagaimana rubah licik itu menggoda Zayden. Zayden sudah tahu aku menyuruh or
Ketika ponselnya berdering, Audrey masih berada di ruang kantor untuk memeriksa beberapa data. Begitu melihat nomor asing, dia segera mengangkatnya. Sambil menatap layar komputer, dia bertanya, "Halo, siapa ini?""Ini aku, Shania. Audrey, aku dengar kamu sudah kembali ke Slastin. Aku ingin mengajakmu bertemu," balas Shania. Ketika mendengar nada bicara Audrey yang begitu santai, Shania menggertakkan giginya dengan geram. Jalang ini jelas-jelas sudah pergi dengan Christian, kenapa tiba-tiba pulang? Bukankah mereka semua akan bahagia jika dia tidak kembali?"Sepertinya kita nggak punya hubungan baik. Kalau kamu nggak menggangguku, aku tentu nggak akan memberi tahu siapa pun tentang hal itu," balas Audrey yang tidak berniat bertele-tele dengan Shania. Meskipun dia telah bertekad untuk menutupi masalah itu, Audrey masih memiliki dendam terhadap wanita ini.Berpura-pura menjalani kehidupan orang lain demi mendapatkan keuntungan. Perbuatan seperti ini paling diremehkan oleh Audrey. Selain it
Wajah Shania berangsur memucat. Dia berkata, "Zayden, tolong hentikan, jangan dilanjutkan lagi."Zayden merasa agak bersalah saat melihat ekspresi Shania yang seperti itu. Bagaimanapun, dia terlalu membebaskan wanita ini sehingga menaruh harapan padanya. Zayden membalas, "Maafkan aku, tapi kenyataannya memang begitu. Aku tidak pernah melupakannya selama ini. Aku harus memperjelasnya atau waktumu akan terbuang sia-sia."Zayden mengeluarkan sebuah kontrak dari meja kerjanya, lalu meneruskan, "Ini kontrak ganti rugi yang sudah lama kubuat. Bacalah, kamu boleh mengajukan apa pun kalau merasa ada yang kurang puas."Shania terus melangkah mundur, seolah-olah telah melihat hantu. Dengan secercah harapan terakhir di hatinya, dia bertanya dengan nada tinggi, "Kamu terus bilang mencintai Audrey, tapi wanita ini sama sekali nggak mencintaimu! Yang dicintainya adalah Christian! Dia bahkan mengandung anak Christian! Kamu nggak keberatan dengan semua ini? Seluruh dunia akan mentertawakanmu!"Perkata
Felya tahu persis apa yang terjadi waktu itu. Bagi Keluarga Moore, keberadaan Audrey adalah suatu hal yang sangat memalukan. Parahnya, wanita ini bahkan memalsukan kematiannya, membuat Zayden menderita begitu lama. Felya tidak akan membiarkan Zayden memiliki hubungan dengan Audrey lagi."Shania, kamu nggak perlu pergi, justru wanita itu yang harus pergi. Dia sudah membuat pilihan waktu itu, jadi nggak berhak untuk kembali lagi. Aku akan membahas masalah ini dengan Zayden nanti," ujar Felya. Kemudian, dia langsung mengakhiri panggilan untuk menelepon Zayden.Zayden sedang duduk di kursi kerjanya sembari memikirkan cara supaya Shania bisa menerima realita ini. Ketika ponselnya berdering dan melihat sang ibu yang menelepon, dia segera mengangkatnya."Zayden, ada hal penting yang ingin kubahas denganmu. Cepat kemari," ujar Felya tanpa bertele-tele. Dia langsung menyuruh Zayden datang ke negaranya. Di satu sisi, akan lebih mudah bagi Felya untuk meluluhkan hati Zayden. Di sisi lain, dia tid
Namun, bukankah Zayden telah menjelaskan semuanya hari ini? Audrey benar-benar bingung saat memikirkannya. Hanya saja, dia tidak boleh terlalu peduli pada gosip jika ingin bekerja di perusahaan ini. Yang paling penting adalah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.Audrey tidak memikirkan masalah ini lagi. Setelah memeriksa waktu, dia menaiki mobil untuk pulang. Setibanya di bawah apartemen Emilia, Audrey pergi ke minimarket sebelah untuk membeli beberapa sayur dan buah. Begitu masuk, beberapa orang langsung mengamatinya sambil berbisik, "Kenapa aku merasa dia mirip sekali dengan wanita di unggahan itu?"Ketika mendengar suara bisikan yang tiada henti itu, Audrey baru sadar bahwa orang-orang sepertinya sedang membicarakannya. Dia tak kuasa mengernyit mendengarnya. Unggahan apa? Dia baru pulang 2 hari lalu.Audrey segera mengeluarkan ponsel dan mencari namanya di internet. Tidak berselang lama, terlihat sebuah unggahan populer.[ Mengungkap Masa Lalu Kelam Desainer Wanita yang Baru Kemb
Beberapa wanita itu tidak mengira Audrey masih berani membantah. Mereka tertegun sejenak dan saling bertatapan, tetapi segera menemukan keberanian kembali."Kamu sudah melakukan hal yang begitu memalukan, tapi masih berani menegur kami? Salah sendiri, siapa suruh kamu begitu nggak tahu malu? Kamu mau menyalahkan kami?""Benar! Sudah melakukan hal yang begitu menjijikkan, tapi masih berteriak di sini! Kalau itu aku, aku pasti sudah bersembunyi sejak awal!"Lantaran jumlah mereka lebih banyak, mereka pun berani memaki Audrey dengan sombong. Melihat ini, tatapan Audrey seketika menjadi dingin. Ketika dia hendak berdebat lagi, salah satu wanita itu tiba-tiba mengangkat ponsel dan berkata, "Foto wajahnya! Pasti ada yang tahu alamat spesifiknya!"Audrey terkejut melihatnya. Dia tahu bahwa kecaman netizen sangat mengerikan sekarang. Jika orang-orang ini sembarangan berbicara di internet, mungkin alamatnya benar-benar akan terbongkar. Ketika saat itu tiba, Emilia hanya akan terlibat karenanya.
Ekspresi Dash seketika menjadi suram saat melihat orang-orang mencela Audrey. Tangan mungilnya mengetuk keyboard dengan cepat. Dalam sekejap, dia menemukan bahwa akun-akun yang menghina Audrey memiliki alamat IP yang sama.Dash pun tahu bahwa ada orang yang ingin mencelakai ibunya. "Benar-benar trik rendahan." Sesudah itu, dia tersenyum sinis sambil memasukkan sederet kode untuk mengunci komputer dengan alamat IP yang sama.Setelah semuanya beres, Dash mencolok sebuah USB yang terbuat dari logam dan bergumam, "Virus ini baru kukembangkan belakangan ini. Aku akan menjadikan kalian kelinci percobaanku."Terlihat kegembiraan pada wajah mungil Dash. Dia segera mengatur program agar virus bisa otomatis menyerang komputer orang-orang yang menyebarkan rumor.....Di sisi lain, Liam sedang sibuk mengerahkan orang-orang untuk meningkatkan rumor tersebut. Dia tahu bahwa kesuksesan yang didapatkannya hari ini berkat Shania. Itu sebabnya, dia akan selalu menuruti perintah Shania dan tidak berani b