Di atas piring itu terdapat seekor ikan. Entah karena apinya kurang terkendali atau alasan lainnya, separuh ikan itu terlihat gosong, sedangkan separuh lainnya masih mentah. Begitu mendekati makanan tersebut, Audrey langsung mencium bau menyengat yang membuatnya mual.Audrey menutup hidung dan mulutnya dengan tangan, lalu mundur dua langkah. Setelah menarik napas dalam-dalam, dia baru berhasil menekan rasa mual tersebut. Melihat Audrey yang menderita, pelayan di sampingnya malah terlihat senang.Ketika mendongak, Audrey melihat pelayan itu sedang tertawa. Dia langsung mengerti bahwa pelayan itu bukan kurang mahir dalam memasak, melainkan sengaja menyiksanya."Apa maksudmu ini?" tanya Audrey sambil memegang dadanya. Dia tidak ingat pernah melakukan hal apa pun yang bisa membuat pelayan ini begitu membencinya."Pembawa sial sepertimu seharusnya sudah bersyukur diberi makanan begini. Semua gara-gara kamu, Tuan Zayden masih tergeletak di ranjang pasien. Nasibnya masih belum diketahui sampa
Christian tidak punya pilihan lain. Dia membuka sebuah kotak obat, di dalamnya terdapat sebuah obat yang baru-baru ini dikembangkan oleh perusahaan farmasi asing. Obat ini memiliki efek yang sangat baik, tetapi belum melewati uji klinis untuk yang ketiga kalinya.Namun, dengan kondisi Zayden saat ini, dia tidak akan bisa bertahan lebih lama lagi jika terus dibiarkan seperti ini. Christian terpaksa mengambil risiko untuk mencoba efek obat ini. Jika berhasil, tentu saja ini akan menjadi akhir yang bahagia bagi semua orang. Namun, jika sampai percobaan ini gagal, bukan hanya nyawa Zayden yang berada dalam bahaya, Christian juga mungkin tidak akan bisa lagi menjadi dokter seumur hidup.Christian memejamkan matanya sejenak. Ketika teringat dengan Audrey yang kini masih menderita di suatu tempat, Christian akhirnya memutuskan untuk menyuntikkan obat itu kepada Zayden. Christian terus berdiri di sampingnya dan memeriksa kondisi detak jantung Zayden setiap saat. Jika terjadi reaksi yang buruk,
Timothy membelalakkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Anak dalam kandungan Audrey itu adalah keturunan Keluarga Moore?Di sisi lain, Vivi langsung menjadi panik saat mendengar hal ini. Dia menarik Christian dan hendak membungkam mulut pria itu. "Christian, omong kosong apa kamu? Wanita itu bersusah payah menikah di Keluarga Moore untuk menikmati kekayaan. Mana mungkin dia akan pergi ke luar negeri untuk mencarimu? Kamu sudah gila ya berbohong seperti itu demi dia?"Sorot mata Christian tampak dingin. Dia menepis tangan Vivi, lalu berkata, "Sudah kubilang berulang kali, Audrey bukan orang seperti yang kalian kira. Bahkan saat aku berada di titik terendah dalam hidupku pun, dia nggak pernah mencampakkanku. Dia bahkan menemaniku bekerja untuk mengumpulkan biaya pendidikan dan biaya hidup. Dia nggak mungkin menikah ke Keluarga Moore demi uang."Christian mengalihkan pandangannya kepada Timothy, lalu berkata, "Sekarang ibu Audrey bahkan dibawa pergi oleh
Meski merasa tidak terlalu memungkinkan, Audrey masih tetap menyimpan secercah harapan. Bagaimana kalau seandainya benar-benar ada kapal yang datang untuk menjemputnya? Audrey benar-benar tidak ingin lagi menahan perasaan yang terkekang seperti saat ini.Kapal bergerak perlahan-lahan ke arah pulau tersebut. Jantung Audrey berdebar kencang saat memikirkan apakah Zayden sudah pulih dan kini datang untuk menjemputnya. Untuk pertama kalinya dalam beberapa hari ini, wajah Audrey menyunggingkan senyuman tipis.Audrey buru-buru berlari ke arah kapal itu. Christian melompat turun dari kapal dan menghampiri Audrey. Dia memegang tangan Audrey dengan erat dan melihat penampilan wanita itu dengan saksama.Wajah Audrey terlihat kurusan, di bawah matanya juga terlihat lingkaran hitam yang semakin jelas. Semua ini membuat penampilan Audrey terlihat kasihan. Tubuh Audrey sangat dingin, entah sudah berapa lama gadis ini menunggu di luar sana.Hati Christian terasa perih. Dia bertanya-tanya, apakah Audr
Christian tidak langsung membongkar kebohongan Audrey. Dia hanya menyampaikan bahwa dia telah mengetahui posisi Lara saat ini kepada Audrey dengan tenang.Audrey tertegun sejenak, lalu bertanya, "Apa kamu benar-benar sudah menemukan keberadaan ibuku?""Aku yang mencari cara untuk mengobati penyakit Paman. Sebagai gantinya, aku meminta Kakek untuk membiarkanku membawamu pergi dan mencari keberadaan Bibi. Audrey, sekarang ini semua tergantung keputusanmu."Audrey terdiam sejenak. Di satu sisi, dia mengkhawatirkan keadaan Zayden yang mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkannya. Di sisi lain, dia juga mencemaskan ibunya yang telah dibawa pergi oleh Keluarga Conner dan tidak diketahui nasibnya saat ini.Namun, setelah berpikir sejenak, Audrey berkata, "Kita cari ibuku dulu."Berhubung nyawa Zayden sudah tidak dalam bahaya lagi, dia juga tidak memerlukan orang untuk merawatnya. Namun, ibunya sedang berjuang sendirian saat ini. Audrey tidak boleh membiarkan Lara ditindas di tangan Keluarga Con
Timothy langsung pusing mendengar ucapan Timothy. Tak disangka, ternyata Zayden masih saja merindukan wanita itu. Meski telah setuju untuk melepaskan Audrey, Timothy tetap saja tidak berharap Zayden akan terus berhubungan dengan Audrey.Timothy buru-buru menahan Zayden di ranjangnya dan berkata, "Dia nggak masalah, kamu nggak perlu khawatir. Kamu baru saja bangun, tubuhmu masih lemah, kenapa masih saja ingin berlari ke sana kemari?"Mengetahui bahwa Audrey baik-baik saja, Zayden pun merasa lebih lega. Namun, dia masih tetap berusaha ingin keluar. Hanya saja, tubuhnya masih sangat lemah karena baru siuman. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan lengannya, apalagi turun dari ranjang.Pada akhirnya, Zayden terpaksa menyerah dan berbaring di ranjang sambil berkata, "Baiklah."Timothy juga merasa lebih tenang saat melihat Zayden tidak lagi berusaha untuk keluar menemui Audrey. Dia lalu melirik Shania sekilas dan berkata, "Tolong jaga Zayden di sini, jangan biarkan dia pergi sembarangan."Shania
Orang yang ingin ditemuinya saat ini tidak kelihatan batang hidungnya. Orang yang tidak ingin ditemuinya malah tidak mau pergi meskipun telah diusir. Memikirkan hal ini, Zayden merasa dirinya benar-benar konyol. Zayden bukan tipe orang yang suka berbelit-belit, kenapa sikapnya malah jadi seperti gadis kecil yang sedang kasmaran sekarang?Apakah seseorang akan menjadi lebih rapuh saat sedang sakit? Zayden mentertawakan dirinya sendiri, lalu mengambil ponsel di samping ranjang dan menelepon Audrey. Sekejam apa pun wanita itu, seharusnya dia datang untuk menjenguk Zayden jika mengetahui bahwa Zayden sedang sakit.Namun, setelah nada panggilannya berdering beberapa kali, telepon itu tetap tidak diangkat. Zayden mengerutkan alisnya sejenak. Saat hendak menelepon Caleb untuk menyuruhnya mencari Audrey, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar.Setelah itu, tercium wangi makanan yang samar-samar. Zayden meletakkan ponselnya dan menyunggingkan seulas senyuman tipis. Ternyata Audrey mem
Nada bicara Zayden sangat ketus, membuat Yasmin gemetaran mendengarnya. "Aku ... aku hanya ...." Untuk sesaat, Yasmin tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Namun, tatapan Zayden semakin dingin saat berkata, "Sepertinya pelajaran saat itu belum cukup bagimu. Kalau begitu, aku akan membuatmu puas dengan membuat Keluarga Conner bangkrut."Zayden mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon Caleb. Yasmin langsung ketakutan melihat Zayden benar-benar serius dengan perkataannya. Michael pasti tidak akan mengampuninya jika tahu bahwa Yasmin bertindak sesuka hatinya untuk menjilat Zayden dan malah gagal."Tuan Zayden, Audrey yang memberitahuku semua ini. Katanya dia sedang butuh uang dan bertanya padaku apakah aku benar-benar ingin mendekatimu. Aku jadi tergoda sesaat dan melakukan hal seperti ini!"Tangan Zayden terkepal erat mendengar hal itu. Sebenarnya dia sudah bisa menebak bahwa orang yang bisa begitu paham terhadap dirinya dan punya kaitan dengan Yasmin, tidak lain adalah Audrey. Namun
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis