Meskipun tidak dikatakan dengan jelas, Caleb tentu mengerti bahwa orang yang dimaksud adalah Audrey. Di dunia ini, hanya Audrey yang bisa membuat Zayden kehilangan kendali atas emosinya. Jadi, Caleb segera mengiakan. Setelah keluar, dia menyuruh orang menyelidiki keberadaan Audrey.....Audrey mengikuti Christian turun dari kapal, lalu segera menaiki pesawat untuk terbang ke Alaramba.Ketika duduk di pesawat sambil memandang awan di luar, suasana hati Audrey terasa tidak karuan. Di satu sisi, dia akhirnya mendapatkan kabar tentang ibunya sehingga merasa makin gelisah. Di sisi lain, dia sangat ingin mengetahui kondisi Zayden yang sekarang. Apakah pria ini sudah siuman? Apakah dia baik-baik saja?Audrey mengepalkan tangannya dengan erat. Sesudah mencari tempat aman untuk ibunya, dia pasti akan kembali untuk memeriksa kondisi Zayden. Meskipun hanya bisa melihat dari kejauhan, dia sudah merasa tenang.Christian duduk di samping Audrey. Ketika melihat ekspresi Audrey kurang baik, dia bertan
Ketika melihat Audrey begitu panik, perawat itu tidak berani mengatakan apa-apa, melainkan buru-buru membawa Audrey ke kamar Lara.Audrey mengikuti di belakang. Tubuhnya tak kuasa gemetaran. Ketika melihat perawat ini berlari dan berteriak dengan panik, dia memiliki firasat kuat bahwa orang itu adalah ibunya.Audrey tidak berani memercayai kenyataan ini. Yasmin jelas-jelas telah mengambil uangnya, mengapa masih memperlakukan ibunya seperti ini?Sesaat kemudian, mereka akhirnya tiba di sebuah bangsal. Begitu mendorong pintu bobrok itu, mata Audrey langsung berkaca-kaca saat melihat orang yang berbaring di ranjang. Orang itu ibunya ....Tanpa memedulikan anak di kandungannya, Audrey bergegas berlari menghampiri dan menggenggam tangan Lara. Dia berucap, "Ibu, maaf, aku terlambat. Tolong buka matamu, lihat aku!"Wajah Lara tampak sedikit membiru. Dia sama sekali tidak merespons. Melihat ini, Audrey pun merasa makin panik. Dia meneruskan seraya terisak-isak, "Ibu, jangan menakutiku. Jangan
Tubuh pelayan itu gemetaran. Sepuluh Keluarga Conner bahkan bukan lawan untuk Keluarga Moore, apalagi pelayan sepertinya. Dia memang takut dihukum oleh Keluarga Conner, tetapi nyawanya lebih penting dari segalanya.Pelayan yang barusan bersikap sombong seketika tidak berani berteriak lagi. Dia terpaksa bergeser ke samping untuk membuka jalan bagi Christian.Saat ini, ambulans juga telah datang. Christian tidak ingin membuang-buang waktu sehingga bergegas memindahkan Lara dari ranjang. Di sisi lain, Audrey yang awalnya tertegun pun buru-buru mengikuti.Keduanya sama-sama mengantar Lara ke ambulans. Kemudian, Christian kembali untuk membawa si pelayan dengan menodongkan pistol di kepalanya.Alergi yang dialami oleh Lara mungkin berkaitan dengan pelayan ini. Mereka tentu harus membawanya supaya bisa diinterogasi.Audrey pun membantu mengikat pelayan itu dengan tali. Tatapannya tampak sangat dingin. Apabila terjadi sesuatu pada ibunya, dia pasti akan membuat pelayan ini setengah mati.Ambu
Di rumah sakit, waktu terus berlalu. Audrey merasa sekujur tubuhnya menjadi sangat kaku karena berdiri terlalu lama. Namun, dia tidak berani bergerak, apalagi meninggalkan tempat ini. Dia khawatir ibunya dibawa pergi dan menghilang dari hadapannya lagi.Entah berapa lama kemudian, pintu ruang gawat darurat akhirnya dibuka. Terlihat Lara yang didorong keluar. Audrey buru-buru menghampiri, lalu meraih lengan dokter dan bertanya, "Dokter, bagaimana kondisi ibuku? Apa dia baik-baik saja?""Kondisinya agak lemah, tapi untung diantar tepat waktu. Nyawanya sudah aman. Setelah beristirahat beberapa hari, kondisinya akan membaik. Jaga ibumu dengan baik, jangan sampai terulang lagi," sahut dokter itu."Terima kasih, Dokter." Audrey mengangguk dengan kuat. Sesudah mengetahui ibunya baik-baik saja, dia merasa sangat lega. Dia segera mengikuti suster, melihat ibunya didorong ke bangsal.Christian yang menatap Audrey pun tahu bahwa wanita ini sedang merasa tidak aman. Jadi, dia keluar sendirian untu
Sesudah Caleb menyerahkan dokumen tersebut, dia merasa sangat tegang karena khawatir kondisi Zayden akan menurun akibat terlalu emosional.Di luar dugaan, Zayden tidak kehilangan kendali diri seperti yang dia bayangkan, tetapi raut wajahnya terlihat sangat tenang. Namun, ketenangan seperti ini justru membuat Caleb bergidik ngeri.Caleb telah mengikuti Zayden selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah melihat ekspresi seperti ini. Meskipun tidak diketahui suasana hati Zayden, Caleb tetap merasa tertekan melihatnya."Segera siapkan pesawat, aku akan pergi menemui mereka," perintah Zayden dengan dingin sembari melemparkan dokumen ke samping."Tuan Zayden, masalah sudah seperti ini. Kesehatanmu lebih penting, lebih baik beristirahat daripada memikirkan wanita itu," bujuk Caleb meskipun merasa takut.Menurut Caleb, Audrey sama sekali tidak menyukai Zayden, bahkan bisa dibilang wanita ini sangatlah kejam. Tidak pantas bagi Zayden untuk mencarinya, apalagi dia baru sembuh dari demam tingginya
Zayden menatap pemandangan harmonis di dalam ruangan dengan tatapan sinis. Meskipun sudah membayangkan berbagai adegan yang mungkin ditemuinya, dia tetap merasa sangat jengkel dengan situasi di depan matanya sekarang.Pemandangan yang membahagiakan ini membuat ketiga orang itu terlihat seperti keluarga yang utuh dan sempurna. Sementara itu, Zayden hanya orang luar yang tidak dibutuhkan.Audrey tertegun sejenak. Dia tidak bisa memercayai penglihatannya. Mengapa Zayden muncul di sini? Sesudah tersadar dari keterkejutannya, Audrey segera menarik tangannya dan menghampiri sembari berkata, "Zay ... Zayden, kenapa kamu kemari? Kamu baik-baik saja?"Hati Audrey terasa getir saat melihat pria di hadapannya. Apabila dibandingkan dengan Zayden yang selalu terlihat berkarisma, pria ini justru terlihat lebih kurus dan pucat, bahkan kantong matanya juga hitam. Zayden terlihat sangat lesu. Dia pasti menderita karena jatuh sakit sebelumnya.Audrey hendak memeriksa apakah Zayden sudah pulih total atau
Setelah Zayden berbicara, Caleb membawa beberapa pensiunan tentara dari pasukan khusus yang bersenjatakan pistol untuk berjaga di belakangnya. Semuanya menodongkan pistol ke arah Christian, membuat suasana tampak tercekam.Ketika orang-orang di rumah sakit melihatnya, mereka pun ketakutan hingga berteriak dan melarikan diri. Ini pertama kalinya Christian menghadapi situasi seperti ini. Ekspresinya tampak tegang, dia tidak menyangka bahwa Zayden akan membawa paksa Audrey dengan cara begini.Zayden tidak mengatakan apa pun, langsung membawa Audrey pergi. Christian ingin mengejar, tetapi tidak bisa bergerak sembarangan karena ditodong pistol. Dia hanya bisa melihat sosok kedua orang itu menghilang dari hadapannya.....Audrey yang ditarik oleh Zayden merasa tulangnya akan hancur karena tenaga si pria yang terlalu kuat. Ini juga pertama kalinya dia melihat Zayden seperti ini. Pria ini persis binatang buas yang mengamuk, yang bisa menggigit lehernya kapan saja.Audrey merasa ketakutan secar
Ketika melihat ketakutan dan kepanikan di wajah Audrey, senyuman Zayden menjadi semakin dalam. Dia mengulurkan tangan untuk mengelus wajah pucat Audrey sambil berkata, "Kamu pasti ingin bilang aku gila, 'kan? Aku juga merasa begitu. Aku gila karena kamu! Kalau begitu, mari menggila bersama!"Selesai berbicara, Zayden mengalihkan pandangannya. Mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Melihat ini, Audrey tak kuasa bergidik ngeri. Hatinya diliputi kegelisahan tak berujung.....Setelah Audrey dibawa pergi, Caleb menyuruh para pensiunan tentara itu menurunkan pistol. Mereka melakukan semua ini hanya untuk membawa Audrey pergi, bukan menciptakan kekacauan.Setelah aman, Christian bergegas maju dan meraih kerah baju Caleb. Dia bertanya, "Apa tujuan kalian? Ke mana dia membawa Audrey pergi?"Caleb juga tidak berdaya. Dia tidak pernah berhasil menebak isi hati Zayden, jadi hanya bisa menjawab, "Tuan Christian, aku juga nggak tahu. Tapi, sebaiknya jangan membuat Tuan Zayden marah sekarang. Kalau n
Sesudah menimbang pro dan kontranya, Dash segera membuat keputusan. Lara yang sudah selesai mengobrol pun kembali, lalu melihat Dash melamun di atas ranjangnya.Dash berinisiatif untuk berkata, "Nenek, aku sudah mengerti maksudmu. Mulai hari ini, aku akan jaga jarak dengan Paman Zayden. Mama sudah memilih untuk pergi, jadi aku nggak boleh menyusahkannya. Aku ingin Mama bahagia."Ketika melihat cucunya begitu pengertian, Lara mengecup pipinya dan membalas, "Kalau begitu, kamu harus membantu Papa Chris saat dia melamar mamamu nanti. Oke?""Oke," sahut Dash sambil memberi isyarat tangan. Setelah mendapatkan jawaban dari Dash, Lara pun mengabari Christian tentang hal ini. Christian sangat terharu saat mengetahui Dash lebih memilihnya daripada ayah kandungnya sendiri.Christian segera pergi ke toko perhiasan untuk mengambil cincin berlian yang telah lama disiapkannya. Sebenarnya dia sudah lama ingin melamar Audrey, tetapi tidak menemukan momen yang pas. Dia pun khawatir Audrey akan menjauhi
Sesudah Zayden pergi, Lara memasuki bangsal. Dia tak kuasa menghela napas saat melihat cucunya memegang mainan Transformers baru yang dibawakan oleh Zayden. Bagaimanapun, Dash masih kecil. Dia pasti senang dengan orang yang memberinya mainan baru."Dash, jangan main lagi, Nenek mau bicara," ujar Lara.Begitu mendengar suara Lara, Dash meletakkan mainannya. Sejak dulu, dia memang selalu menuruti perkataan neneknya. "Nenek mau bilang apa?""Dash, Nenek mau tanya. Kamu sangat menyukai Paman Zayden, ya?" tanya Lara langsung.Dash ragu-ragu sejenak sebelum mengangguk. Beberapa hari ini, Zayden selalu datang menemaninya. Selain menemaninya bermain game dan catur, Zayden juga membeli banyak mainan, bahkan memasak untuknya.Dash bukanlah anak yang keras kepala. Dengan berbagai perlakuan ini, dia tentu mulai memiliki kesan baik terhadap Zayden."Kalau harus memilih di antara Papa Chris dan Paman Zayden, kamu lebih suka siapa?" tanya Lara lagi.Dash tertegun sejenak, tidak menduga dirinya akan d
Ketika melihat putranya meraba-raba kepala sendiri, Audrey mengira Dash sakit kepala. Dia segera menghampiri, lalu bertanya, "Dash, kenapa? Sakit kepala, ya? Atau bagian mana yang sakit?""Mama, aku nggak apa-apa," jawab Dash sembari menggeleng. Kemudian, dia teringat pada sesuatu sehingga bertanya lagi, "Bibi tadi teman Mama, ya?""Bukan, anaknya juga sakit. Dia hanya mengobrol denganku tadi," timpal Audrey dengan jujur.Dash pun tampak bingung, merasa ada yang tidak beres. Akan tetapi, dia tidak terlalu memikirkannya karena mereka mungkin tidak akan bertemu lagi.....Sementara itu, wanita yang mengobrol dengan Audrey barusan buru-buru mencari tempat yang tidak diperhatikan siapa pun. Dia memasukkan beberapa helai rambut Dash ke sebuah kantong kecil dengan hati-hati.Kemudian, wanita itu mengamati sekelilingnya. Setelah memastikan tidak ada siapa pun, dia bergegas keluar dari rumah sakit dan mendekati sebuah mobil yang terparkir di sana.Begitu jendela mobil diturunkan, si wanita men
Apakah hubungannya dengan Zayden akan retak karena wanita itu? Felya duduk sendirian di ruang kantor, merasa sangat kesepian.Beberapa saat kemudian, Felya bangkit dan menyuruh orang memesan tiket ke luar negeri. Dia harus memastikan bahwa anak itu memang darah daging Zayden. Mengingat obsesi Zayden terhadap wanita itu, putranya mungkin saja tertipu.Kalau Dash memang cucunya, Felya pun harus mencari cara untuk membawanya pulang. Dia tidak bisa membiarkan cucunya tinggal di luar negeri bersama orang lain. Setelah bertekad, Felya berkemas dan menaiki penerbangan terdekat untuk ke luar negeri.....Selesai memasak beberapa lauk, Audrey ingin membawanya ke rumah sakit. Sejak tadi, Zayden terus menunggunya di ruang tamu. Dia tahu Audrey tidak akan mengajaknya pergi, jadi hanya bisa duduk di sini karena takut ditinggal.Ketika melihat Audrey hendak keluar, Zayden segera bangkit dan berucap, "Aku ikut." Dengan begitu, keduanya sama-sama menuruni tangga dan berangkat ke rumah sakit.Di dalam
Setelah Zayden membalut lukanya, dia mencari tisu untuk menyeka noda darah di lantai. Dia tahu Audrey adalah wanita berhati lembut. Kalau bukan karena membenci seseorang, Audrey pasti selalu bertanya untuk sekadar memberi perhatian.Kini, Zayden pun mengerti. Begitu seorang wanita berhati lembut membulatkan tekadnya, tidak akan ada yang bisa membuatnya goyah.Namun, Zayden tidak berhak untuk mengeluh karena semua ini terjadi gara-gara dirinya. Kebodohan dan kesombongannya yang membuat hubungan mereka menjadi begitu buruk.Tidak peduli secuek apa Audrey padanya, Zayden harus bisa menerima dan bertahan. Dia yakin, suatu hari nanti dirinya akan memiliki posisi lagi di hati Audrey.Sesudah memikirkan semua ini, Zayden tidak terlihat murung lagi. Dia membereskan semua barang, lalu berdiri di depan dapur sambil menatap Audrey yang sibuk memasak. Kali ini, dia tidak masuk dan mengganggu lagi, melainkan hanya memperhatikan Audrey.Sementara itu, Audrey merasa sangat tidak nyaman ditatap oleh Z
Zayden tidak memperhatikan keraguan Audrey. Dia meletakkan barang-barangnya di samping, lalu membawa bahan makanan ke dapur.Audrey mengira Zayden ingin memasukkan bahan makanan ke kulkas, tetapi pria ini malah memakai celemek seperti ingin masak.Audrey tidak pernah melihat Zayden masak sehingga menghampiri untuk bertanya, "Kamu ngapain?"Zayden menoleh meliriknya sekilas, lalu menjawab, "Dash bilang ingin makan beberapa masakan, jadi aku mau masak untuknya."Audrey mengernyit dengan makin kuat mendengarnya. Dia melirik sekilas resep yang ditulis khusus oleh Zayden, lalu mendapati semua itu memang makanan favorit Dash. Namun, sejak kapan keduanya menjadi begitu akrab?Audrey seketika menjadi berwaspada. Dash tidak tahu motif Zayden, tetapi Audrey tahu jelas. Pria ini hanya ingin menggunakan trik kecil untuk membuat Dash menyukainya. Dengan begitu, dia mungkin bisa balikan dengan Audrey. Huh! Jangan mimpi!"Tuan Zayden yang terhormat, kamu sudah terbiasa hidup bergelimang harta sejak k
Audrey melihat senyuman di wajah Zayden, lalu berkata dengan agak jengkel, "Biar kuperjelas dulu, aku membiarkanmu tinggal di sini hanya untuk memastikan transplantasi sumsum tulang berlangsung dengan lancar. Jangan pikir macam-macam atau aku akan mengusirmu dengan sapu!"Zayden tidak mengatakan apa pun, hanya mengangguk dengan tenang. Sikapnya yang tampak pasrah ini pun membuat Audrey sangat kesal karena amarahnya tidak dapat terlampiaskan.Audrey berusaha untuk menahan emosinya dan kembali ke kamar. Untuk menunjukkan kekesalannya, dia sengaja membanting pintu dengan kuat.Zayden pun tidak bisa apa-apa saat melihat tingkah Audrey. Setelah berpikir sesaat, dia mengeluarkan ponsel untuk mengirim pesan kepada Dash. Pagi ini, Zayden bermain dengan Dash, lalu mendapatkan WhatsApp-nya karena menang.[ Mau makan apa sore ini? Aku akan membawakannya untukmu. ][ Aku nggak boleh makan makanan di luar. ][ Aku akan memasaknya untukmu. ]Dash terkejut membacanya. Zayden bisa memasak? Apakah pria
"Masalah ini nggak bisa dicegah hanya karena kamu nggak mau," ujar Lara dengan tenang. Demi kebahagiaan putrinya, Lara memutuskan untuk bersikap kejam. Dia tidak akan membiarkan siapa pun punya kesempatan untuk melukai putri dan cucunya."Kalaupun kamu mau bersama Audrey, aku nggak percaya ibumu itu akan setuju. Jangan bilang kamu nggak tahu apa saja yang diperbuatnya. Kalau kamu berada di posisiku, apa kamu akan merelakan putrimu disiksa oleh mertua seperti itu?""Aku ...." Zayden terdiam. Perbuatan ibunya memang sangat keterlaluan, Zayden tidak berani mengelak untuk hal ini.Melihat Zayden yang terdiam mendengar perkataannya, Lara berdiri sambil berkata, "Aku sudah bicara sampai seperti ini, aku harap kamu bisa pertimbangkan hubunganmu dengan Audrey. Kalau kamu tetap bersikeras, aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk melindungi keluargaku."Usai bicara, Lara langsung bangkit dan berdiri. Sebelum meninggalkan restoran, dia sudah membayar semua tagihannya terlebih dahulu. Zayden menatap
"Nggak kok! Kalau kamu nggak percaya, kita janji jari kelingking saja," ujar Zayden seraya mengulurkan jari kelingkingnya. Dash langsung menyambut dengan gembira, "Nggak boleh ingkar janji."Setelah itu, Dash baru melepaskan tangannya dengan gembira. Melihat Dash yang begitu senang, Audrey mengernyit dan merasa gusar dalam hatinya. Saat dia sedang berusaha memikirkan bagaimana caranya untuk mengusir Zayden, Lara telah masuk ke ruangan sambil membawa sarapan.Begitu masuk, Lara melihat Zayden yang sedang duduk di samping Dash dan Audrey yang berdiri diam. Dia langsung memahami situasi saat ini, tetapi tidak mengungkapkannya secara langsung."Nenek datang!" sambut Dash dengan gembira saat melihat Lara. Dia tahu bahwa ini adalah saatnya sarapan, sehingga dia langsung berlari ke arah Lara dengan gembira.Berhubung Dash harus selalu rutin suntik dan minum obat beberapa hari ini, selera makannya jadi berkurang. Maka dari itu, Lara harus turun tangan sendiri untuk memasakkan hidangan yang dis