Christian tidak langsung membongkar kebohongan Audrey. Dia hanya menyampaikan bahwa dia telah mengetahui posisi Lara saat ini kepada Audrey dengan tenang.Audrey tertegun sejenak, lalu bertanya, "Apa kamu benar-benar sudah menemukan keberadaan ibuku?""Aku yang mencari cara untuk mengobati penyakit Paman. Sebagai gantinya, aku meminta Kakek untuk membiarkanku membawamu pergi dan mencari keberadaan Bibi. Audrey, sekarang ini semua tergantung keputusanmu."Audrey terdiam sejenak. Di satu sisi, dia mengkhawatirkan keadaan Zayden yang mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkannya. Di sisi lain, dia juga mencemaskan ibunya yang telah dibawa pergi oleh Keluarga Conner dan tidak diketahui nasibnya saat ini.Namun, setelah berpikir sejenak, Audrey berkata, "Kita cari ibuku dulu."Berhubung nyawa Zayden sudah tidak dalam bahaya lagi, dia juga tidak memerlukan orang untuk merawatnya. Namun, ibunya sedang berjuang sendirian saat ini. Audrey tidak boleh membiarkan Lara ditindas di tangan Keluarga Con
Timothy langsung pusing mendengar ucapan Timothy. Tak disangka, ternyata Zayden masih saja merindukan wanita itu. Meski telah setuju untuk melepaskan Audrey, Timothy tetap saja tidak berharap Zayden akan terus berhubungan dengan Audrey.Timothy buru-buru menahan Zayden di ranjangnya dan berkata, "Dia nggak masalah, kamu nggak perlu khawatir. Kamu baru saja bangun, tubuhmu masih lemah, kenapa masih saja ingin berlari ke sana kemari?"Mengetahui bahwa Audrey baik-baik saja, Zayden pun merasa lebih lega. Namun, dia masih tetap berusaha ingin keluar. Hanya saja, tubuhnya masih sangat lemah karena baru siuman. Dia bahkan tidak bisa menggerakkan lengannya, apalagi turun dari ranjang.Pada akhirnya, Zayden terpaksa menyerah dan berbaring di ranjang sambil berkata, "Baiklah."Timothy juga merasa lebih tenang saat melihat Zayden tidak lagi berusaha untuk keluar menemui Audrey. Dia lalu melirik Shania sekilas dan berkata, "Tolong jaga Zayden di sini, jangan biarkan dia pergi sembarangan."Shania
Orang yang ingin ditemuinya saat ini tidak kelihatan batang hidungnya. Orang yang tidak ingin ditemuinya malah tidak mau pergi meskipun telah diusir. Memikirkan hal ini, Zayden merasa dirinya benar-benar konyol. Zayden bukan tipe orang yang suka berbelit-belit, kenapa sikapnya malah jadi seperti gadis kecil yang sedang kasmaran sekarang?Apakah seseorang akan menjadi lebih rapuh saat sedang sakit? Zayden mentertawakan dirinya sendiri, lalu mengambil ponsel di samping ranjang dan menelepon Audrey. Sekejam apa pun wanita itu, seharusnya dia datang untuk menjenguk Zayden jika mengetahui bahwa Zayden sedang sakit.Namun, setelah nada panggilannya berdering beberapa kali, telepon itu tetap tidak diangkat. Zayden mengerutkan alisnya sejenak. Saat hendak menelepon Caleb untuk menyuruhnya mencari Audrey, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki dari luar.Setelah itu, tercium wangi makanan yang samar-samar. Zayden meletakkan ponselnya dan menyunggingkan seulas senyuman tipis. Ternyata Audrey mem
Nada bicara Zayden sangat ketus, membuat Yasmin gemetaran mendengarnya. "Aku ... aku hanya ...." Untuk sesaat, Yasmin tidak tahu harus bagaimana menjawabnya. Namun, tatapan Zayden semakin dingin saat berkata, "Sepertinya pelajaran saat itu belum cukup bagimu. Kalau begitu, aku akan membuatmu puas dengan membuat Keluarga Conner bangkrut."Zayden mengeluarkan ponselnya dan hendak menelepon Caleb. Yasmin langsung ketakutan melihat Zayden benar-benar serius dengan perkataannya. Michael pasti tidak akan mengampuninya jika tahu bahwa Yasmin bertindak sesuka hatinya untuk menjilat Zayden dan malah gagal."Tuan Zayden, Audrey yang memberitahuku semua ini. Katanya dia sedang butuh uang dan bertanya padaku apakah aku benar-benar ingin mendekatimu. Aku jadi tergoda sesaat dan melakukan hal seperti ini!"Tangan Zayden terkepal erat mendengar hal itu. Sebenarnya dia sudah bisa menebak bahwa orang yang bisa begitu paham terhadap dirinya dan punya kaitan dengan Yasmin, tidak lain adalah Audrey. Namun
Meskipun tidak dikatakan dengan jelas, Caleb tentu mengerti bahwa orang yang dimaksud adalah Audrey. Di dunia ini, hanya Audrey yang bisa membuat Zayden kehilangan kendali atas emosinya. Jadi, Caleb segera mengiakan. Setelah keluar, dia menyuruh orang menyelidiki keberadaan Audrey.....Audrey mengikuti Christian turun dari kapal, lalu segera menaiki pesawat untuk terbang ke Alaramba.Ketika duduk di pesawat sambil memandang awan di luar, suasana hati Audrey terasa tidak karuan. Di satu sisi, dia akhirnya mendapatkan kabar tentang ibunya sehingga merasa makin gelisah. Di sisi lain, dia sangat ingin mengetahui kondisi Zayden yang sekarang. Apakah pria ini sudah siuman? Apakah dia baik-baik saja?Audrey mengepalkan tangannya dengan erat. Sesudah mencari tempat aman untuk ibunya, dia pasti akan kembali untuk memeriksa kondisi Zayden. Meskipun hanya bisa melihat dari kejauhan, dia sudah merasa tenang.Christian duduk di samping Audrey. Ketika melihat ekspresi Audrey kurang baik, dia bertan
Ketika melihat Audrey begitu panik, perawat itu tidak berani mengatakan apa-apa, melainkan buru-buru membawa Audrey ke kamar Lara.Audrey mengikuti di belakang. Tubuhnya tak kuasa gemetaran. Ketika melihat perawat ini berlari dan berteriak dengan panik, dia memiliki firasat kuat bahwa orang itu adalah ibunya.Audrey tidak berani memercayai kenyataan ini. Yasmin jelas-jelas telah mengambil uangnya, mengapa masih memperlakukan ibunya seperti ini?Sesaat kemudian, mereka akhirnya tiba di sebuah bangsal. Begitu mendorong pintu bobrok itu, mata Audrey langsung berkaca-kaca saat melihat orang yang berbaring di ranjang. Orang itu ibunya ....Tanpa memedulikan anak di kandungannya, Audrey bergegas berlari menghampiri dan menggenggam tangan Lara. Dia berucap, "Ibu, maaf, aku terlambat. Tolong buka matamu, lihat aku!"Wajah Lara tampak sedikit membiru. Dia sama sekali tidak merespons. Melihat ini, Audrey pun merasa makin panik. Dia meneruskan seraya terisak-isak, "Ibu, jangan menakutiku. Jangan
Tubuh pelayan itu gemetaran. Sepuluh Keluarga Conner bahkan bukan lawan untuk Keluarga Moore, apalagi pelayan sepertinya. Dia memang takut dihukum oleh Keluarga Conner, tetapi nyawanya lebih penting dari segalanya.Pelayan yang barusan bersikap sombong seketika tidak berani berteriak lagi. Dia terpaksa bergeser ke samping untuk membuka jalan bagi Christian.Saat ini, ambulans juga telah datang. Christian tidak ingin membuang-buang waktu sehingga bergegas memindahkan Lara dari ranjang. Di sisi lain, Audrey yang awalnya tertegun pun buru-buru mengikuti.Keduanya sama-sama mengantar Lara ke ambulans. Kemudian, Christian kembali untuk membawa si pelayan dengan menodongkan pistol di kepalanya.Alergi yang dialami oleh Lara mungkin berkaitan dengan pelayan ini. Mereka tentu harus membawanya supaya bisa diinterogasi.Audrey pun membantu mengikat pelayan itu dengan tali. Tatapannya tampak sangat dingin. Apabila terjadi sesuatu pada ibunya, dia pasti akan membuat pelayan ini setengah mati.Ambu
Di rumah sakit, waktu terus berlalu. Audrey merasa sekujur tubuhnya menjadi sangat kaku karena berdiri terlalu lama. Namun, dia tidak berani bergerak, apalagi meninggalkan tempat ini. Dia khawatir ibunya dibawa pergi dan menghilang dari hadapannya lagi.Entah berapa lama kemudian, pintu ruang gawat darurat akhirnya dibuka. Terlihat Lara yang didorong keluar. Audrey buru-buru menghampiri, lalu meraih lengan dokter dan bertanya, "Dokter, bagaimana kondisi ibuku? Apa dia baik-baik saja?""Kondisinya agak lemah, tapi untung diantar tepat waktu. Nyawanya sudah aman. Setelah beristirahat beberapa hari, kondisinya akan membaik. Jaga ibumu dengan baik, jangan sampai terulang lagi," sahut dokter itu."Terima kasih, Dokter." Audrey mengangguk dengan kuat. Sesudah mengetahui ibunya baik-baik saja, dia merasa sangat lega. Dia segera mengikuti suster, melihat ibunya didorong ke bangsal.Christian yang menatap Audrey pun tahu bahwa wanita ini sedang merasa tidak aman. Jadi, dia keluar sendirian untu