Bab 5Ada apa?"Nabilla dan Nando nampaknya dekat sekali!" gumam Nathan ngomong sendiri. Dia memantau anak gadisnya itu dari mobil. Nathan memang memberikan kepercayaan kepada Nabilla. Dia tak memberikan batasan, mau dengan siapa saja dia berteman. Memberikan kepercayaan penuh, karena Nathan sangat percaya dengan anaknya itu. "Nando nampaknya juga anak yang baik. Nampaknya mereka lebih dari teman," ucap Nathan lagi. Menerka-nerka sesuai dengan apa yang ia lihat. Meneka-nerka dengan apa yang ia nilai. Saat dirinya melihat kedekatan anaknya dengan Nando, bayangan dirinya dengan Nabilla terlintas begitu saja. Cukup membuat sesak hatinya. Rasa rindu datang begitu saja dan itu sangat sakit sekali. Ya, rindu dengan orang yang telah tiada itu sangatlah sakit. Tak bisa melupakan rasa rindu. Yang ada hanya rasa memendam rindu. Rindu yang tak bisa terbalaskan dengan apa pun. Hanya doa dan kenangan. Ya, walau sudah sangat lama sekali Nabilla pergi, dia masih merasakan sesak jika mengingatny
Bab 6Kilas Luka"Setega itu dia sama anak kecil, ngeri juga dia. Ok, jadi semakin tahu dan semakin mengerti, langkah apa yang akan aku ambil," gumam lelaki yang sedang dekat dengan mamanya Nando. Lelaki itu memang masih memantau dari jauh. Tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini begitu saja. Walau dia tak begitu jelas dengan apa yang ia dengar, tapi dia bisa menilai dari ekspresi mereka. Gadis yang sedang dekat dengan Nando terlihat pucat. Terlihat takut. Sedangkan ekspresi mamanya Nando, sangat nampak tak suka, sangat nampak sinis. Seperti itulah pandangan dari lelaki itu. Lelaki itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Tapi dia tahu betul dan semakin tahu, bagaimana karakter perempuan yang sedang dekat dengannya itu."Kasihan juga Nando. Nampaknya dia sangat menyukai gadis itu. Wajar jika Nando suka, gadis itu memang natural sekali cantiknya. Keturunan Anton memang tak ada lawan, tak ada obat," gumam lelaki itu lagi, ngomong sendiri. Saat Nabilla berlari menghampiri ayahnya, itu juga
Bab 7Semakin Kacau"Kenapa mamanya Nando begitu membenciku? Apa salahku?" tanya Nabilla. Dia masih sesenggukan. Hatinya masih sakit. Air mata tak bisa ia benduh lagi. Terus bergulir tanpa ia minta. Nabilla masih di dalam mobil. Dia menoleh ke arah ayahnya. Nathan lagi melangkah mendekati mamanya Nando. Tak begitu ia hiraukan. Karena dia masih terus menata hatinya yang terluka. Terluka karena ucapan sadis perempuan yang bergelar Mama. Mama dari laki-laki yang sedang dekat dengannya. Nabilla tak mencegah dan juga tak meminta. Dia membiarkan ayahnya mendekat ke perempuan yang telah menggores hatinya itu. "Biarlah, mungkin ayah tak terima aku diperlakukan seperti ini," gumam Nabilla. Entah sudah berapa kali dia mengusap pipinya. Mengelap pipinya yang basah dengan air mata. "Nando, apakah kamu telah menjelek-jelekan aku di depan mamamu? Hingga mamamu segitunya membenciku? Apa salah aku sama kamu?" ucap Nabilla dalam hati. Dia hanya bisa menerka-nerka saja. Nabilla menarik napasnya ku
Bab 8Kemelut HatiNabilla memandang ke arah ayahnya. Dia melihat, ayahnya sedang melangkah menuju ke arah mobil. Raut wajahnya lelaki paruh baya itu terlihat pucat. Bahkan terlihat tertekan."Ayah wajahnya sampai pucat gitu. Pasti dia adu mulut sama mamanya Nando. Kasihan Ayah, ini semua gara-gara aku," ucap Nabilla dalam hati. Tak tega melihat ayahnya seperti itu.Setelah dekat, Nathan membuka pintu mobilnya. Kemudian dia segera masuk ke dalam mobil itu. Semakin dekat dengan Nabilla, Nabilla semakin bisa merasakan, kalau ayahnya itu memang tidak baik-baik saja."Kita pulang, ya?" tanya Nathan kepada anak gadisnya. Nada suaranya terdengar berat. Nabilla menganggukkan kepalanya pelan. Tanpa tanya kedua kalinya, Nathan segera menghidupkan mesin mobil itu."Ayah baik-baik saja?" tanya Nabilla memastikan. Sekarang dia sudah tak menangis lagi. Hanya saja matanya itu masih meninggalkan bengap dan memerah. Area matanya juga terlihat menghitam. Pertanda dia benar-benar sangat larut dalam tan
Bab 9Membuat Janji"Ayah antar kamu sekolah, ya?" tanya Nathan. Nabilla melipat keningnya. Karena tak seperti biasanya. Kalau dulu, waktu dia masih SD, memang antar jemput sekolah setiap hari. Tapi, semenjak masuk SMP, dia sudah berangkat sendiri. Makanya saat di tanya seperti itu, Nabilla refleks mengerutkan keningnya. Karena memang tak seperti biasanya. "Tumben, Yah?" tanya balik Nabilla. Nathan mengulas senyum. Senyum khas seorang ayah yang sangat sayang dan perhatian kepada anaknya. Nabilla sangat merasakan itu. "Nggak apa-apa, pengen aja. Kan udah lama banget nggak antar kamu sekolah. Boleh, kan?" jelas dan tanya balik Nathan. Gantian Nabilla yang mengulas senyum. "Tentu boleh dong, Yah. Nabilla sih senang-senang aja diantar Ayah ke sekolah setiap hari," jawab Nabilla. Nathan melempar senyum mendengarnya. Mereka sungguh sweet sekali. "Mau ayah antar sekolah setiap hari? Nggak malu?" tanya balik Nathan. Nabilla sedikit mencebikan mulutnya. "Malu? Kenapa harus malu? Yang ada
Bab 10Kilas Masa Lalu"Hai," sapa Nando kepada Nabilla. Sekarang jam istirahat. Mereka ada di kantin sekolah sekarang. Nabilla tak menanggapi. Memilih diam karena masih ingat dengan kejadian kemarin. Rasa sakit atas perlakuan mamanya Nando itu, masih ia rasakan. "Hapenya udah aku bawa kok, nanti pulang sekolah bisa kamu bawa pulang, bisa kamu periksa, foto mana yang ingin kamu tanyakan," ucap Nando lagi. Karena Nabilla memang masih diam. Tak merespon, cukup membuat Nathan semakin tak enak hati. Nabilla menganggukkan kepalanya. Belum ada niat untuk menanggapi. Cukup membuat Nando nyengir bingung, hingga dia sedikit mengacak rambutnya, untuk menghilangkan rasa canggung."Yaudah, cuma mau bilang itu, kok," ucap Nando lagi. Dia semakin bingung, karena Nabilla hanya diam saja. "Iya," balas Nabilla singkat. Hanya itu kata yang terlontar. Tapi, cukup membuat Nando sedikit lega. "Yaudah, aku ke sana dulu," pamit Nando asal menunjuk. Nabilla menganggukkan kepalanya, tanpa menoleh ke arah
Bab 11Flash Back pertemuan Nathan dan Amelia"Sudah kuduga, kalau itu kamu Amelia," ucap Nathan, saat mereka saling dekat. Bola mata mereka saling beradu pandang.Amelia memandang dengan sorot penuh kebencian. Dadanya naik turun tidak beraturan. Nathan tetap dengan gaya santainya.Selain masih kesal dengan Nando, Amelia juga terkejut melihat kedatangan teman lamanya itu."Tuan Nathan yang terhormat. Anda masih hidup ternyata," balas Amelia dengan nada suara yang penuh dengan sindiran. Tapi, bagi Nathan itu sudah biasa. Karena terkahir mereka ketemu, memang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Bahkan hati saling membenci dan berkemelut hebat."Terkejut kalau aku masih hidup?" tanya balik Nathan. Amelia menyeringai kecut ditanya seperti itu. Perempuan berparas menor itu, membenahi rambutnya yang sedikit tertiup angin. "Hemm ... ternyata anakmu meniru karakter kakeknya. Bedanya kalau kakeknya suka ngejar perempuan, tapi berhubung anakmu perempuan, dia suka mengejar laki-laki. Apala
Bab 12Keceplosan"Ayah dari mana?" tanya Nabilla. Dia baru saja melihat ayahnya pulang. Nathan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Meluruskan badan yang terasa kaku dan pegal."Habis ketemu sama rekan kerja," jawab Nathan bohong. Ya, dia berbohong karena menurutnya, Nabilla belum waktunya tahu. Dia tak mau mental anaknya kena. Sangat memikirkan itu."Ayah mau aku ambilkan air putih?" tanya Nabilla. Karena dia perhatikan, ayahnya terlihat lelah. Bibirnya pun terlihat kering. "Boleh, kalau nggak keberatan," balas Nathan. Nabilla menggelengkan kepalanya."Jelas nggak dong, Yah! Kan Nabilla yang nawarin. Yaudah kalau gitu, Nabilla ambilkan dulu, ya!" balas Nabilla. Nathan menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, Sayang!"Akhirnya Nabilla segera beranjak, segera melangkah menuju ke dapur. Untuk mengambilkan segelas air putih untuk ayah tercinta. "Maafkan Ayah, Nak! Ayah belum bisa berkata jujur sama kamu, tentang masalah ini! Terlalu sakit jika, Ayah nggak tega," ucap Nathan dalam h