Bab 9Membuat Janji"Ayah antar kamu sekolah, ya?" tanya Nathan. Nabilla melipat keningnya. Karena tak seperti biasanya. Kalau dulu, waktu dia masih SD, memang antar jemput sekolah setiap hari. Tapi, semenjak masuk SMP, dia sudah berangkat sendiri. Makanya saat di tanya seperti itu, Nabilla refleks mengerutkan keningnya. Karena memang tak seperti biasanya. "Tumben, Yah?" tanya balik Nabilla. Nathan mengulas senyum. Senyum khas seorang ayah yang sangat sayang dan perhatian kepada anaknya. Nabilla sangat merasakan itu. "Nggak apa-apa, pengen aja. Kan udah lama banget nggak antar kamu sekolah. Boleh, kan?" jelas dan tanya balik Nathan. Gantian Nabilla yang mengulas senyum. "Tentu boleh dong, Yah. Nabilla sih senang-senang aja diantar Ayah ke sekolah setiap hari," jawab Nabilla. Nathan melempar senyum mendengarnya. Mereka sungguh sweet sekali. "Mau ayah antar sekolah setiap hari? Nggak malu?" tanya balik Nathan. Nabilla sedikit mencebikan mulutnya. "Malu? Kenapa harus malu? Yang ada
Bab 10Kilas Masa Lalu"Hai," sapa Nando kepada Nabilla. Sekarang jam istirahat. Mereka ada di kantin sekolah sekarang. Nabilla tak menanggapi. Memilih diam karena masih ingat dengan kejadian kemarin. Rasa sakit atas perlakuan mamanya Nando itu, masih ia rasakan. "Hapenya udah aku bawa kok, nanti pulang sekolah bisa kamu bawa pulang, bisa kamu periksa, foto mana yang ingin kamu tanyakan," ucap Nando lagi. Karena Nabilla memang masih diam. Tak merespon, cukup membuat Nathan semakin tak enak hati. Nabilla menganggukkan kepalanya. Belum ada niat untuk menanggapi. Cukup membuat Nando nyengir bingung, hingga dia sedikit mengacak rambutnya, untuk menghilangkan rasa canggung."Yaudah, cuma mau bilang itu, kok," ucap Nando lagi. Dia semakin bingung, karena Nabilla hanya diam saja. "Iya," balas Nabilla singkat. Hanya itu kata yang terlontar. Tapi, cukup membuat Nando sedikit lega. "Yaudah, aku ke sana dulu," pamit Nando asal menunjuk. Nabilla menganggukkan kepalanya, tanpa menoleh ke arah
Bab 11Flash Back pertemuan Nathan dan Amelia"Sudah kuduga, kalau itu kamu Amelia," ucap Nathan, saat mereka saling dekat. Bola mata mereka saling beradu pandang.Amelia memandang dengan sorot penuh kebencian. Dadanya naik turun tidak beraturan. Nathan tetap dengan gaya santainya.Selain masih kesal dengan Nando, Amelia juga terkejut melihat kedatangan teman lamanya itu."Tuan Nathan yang terhormat. Anda masih hidup ternyata," balas Amelia dengan nada suara yang penuh dengan sindiran. Tapi, bagi Nathan itu sudah biasa. Karena terkahir mereka ketemu, memang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Bahkan hati saling membenci dan berkemelut hebat."Terkejut kalau aku masih hidup?" tanya balik Nathan. Amelia menyeringai kecut ditanya seperti itu. Perempuan berparas menor itu, membenahi rambutnya yang sedikit tertiup angin. "Hemm ... ternyata anakmu meniru karakter kakeknya. Bedanya kalau kakeknya suka ngejar perempuan, tapi berhubung anakmu perempuan, dia suka mengejar laki-laki. Apala
Bab 12Keceplosan"Ayah dari mana?" tanya Nabilla. Dia baru saja melihat ayahnya pulang. Nathan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Meluruskan badan yang terasa kaku dan pegal."Habis ketemu sama rekan kerja," jawab Nathan bohong. Ya, dia berbohong karena menurutnya, Nabilla belum waktunya tahu. Dia tak mau mental anaknya kena. Sangat memikirkan itu."Ayah mau aku ambilkan air putih?" tanya Nabilla. Karena dia perhatikan, ayahnya terlihat lelah. Bibirnya pun terlihat kering. "Boleh, kalau nggak keberatan," balas Nathan. Nabilla menggelengkan kepalanya."Jelas nggak dong, Yah! Kan Nabilla yang nawarin. Yaudah kalau gitu, Nabilla ambilkan dulu, ya!" balas Nabilla. Nathan menganggukkan kepalanya pelan. "Iya, Sayang!"Akhirnya Nabilla segera beranjak, segera melangkah menuju ke dapur. Untuk mengambilkan segelas air putih untuk ayah tercinta. "Maafkan Ayah, Nak! Ayah belum bisa berkata jujur sama kamu, tentang masalah ini! Terlalu sakit jika, Ayah nggak tega," ucap Nathan dalam h
Bab 13Pencarian Foto itu"Kok foto itu nggak ada, ya?" ucap Nabilla dengan mata fokus ke layar pipih milik Nando. Ya, sekarang Nabilla sedang di kamar. Jempolnya masih asyik utak-atik gawai itu. Mencari foto yang pernah ia lihat mirip dengan perempuan yang sampai detik ini, masih ada di hati ayahnya. Nabilla. Nabilla mencari satu persatu setiap file yang ada di hape itu. Semua file dokumen ia buka. Galeri penyimpanan Foto telah ia buka. Tapi, tetap tak ia jumpai foto itu. Cukup membuatnya untuk terus mengingat-ingat."Hape ini bukan, ya, pas aku lihat foto dulu itu? Pakai acara ragu lagi," tanya Nabilla ngomong sendiri. Jempolnya masih terus berselancar. Matanya juga masih fokus ke layar pipih itu. Nabilla menarik napasnya sejenak, kemudian mengembuskannya pelan. Karena tak berhasil menemukan foto itu, Nabilla meletakan hape milik Nando itu. Ia masih terus mengingat. Tapi, ingatannya tak sampai. Justru membuatnya kesal sendiri. Kesal nggak jelas. "Sudah pedes mata, tapi tetap ta
Bab 14Perubahan Nando"Nando hari ini kok banyak diemnya, ya? Tumben?" tanya Nabilla dalam hati. Penasaran saja dengan cueknya Nando pada dirinya. Cuek? Ya, Nando Hari ini, memang sangat terlihat cuek di mata Nabilla. Itu cukup membuat Nabilla menjadi tak enak hati. Lebih tepatnya kepikiran. Biasanya Nando selalu menggodanya. Tapi, hari ini dia diam. Tak menggoda Nabilla. Jangankan menggoda, menyapa saja tidak. Nando yang terbiasa melempar senyum untuk Nabilla, tapi tidak untuk hari ini. Terlihat cuek dan jutek. Cukup membuat tanda tanya. Cukup membuat penasaran juga. Seperti itulah yang dirasakan oleh Nabilla saat ini. "Dia kenapa, ya? Apa dia lagi ada masalah?" tanya Nabilla dalam hati lagi. Semakin penasaran. Rasanya ada yang berbeda. Biasanya Nando selalu menghampiri dia, hari ini tidak. Itu rasanya nggak enak banget. Itulah yang dirasakan oleh Nabilla."Haduh ... Nabilla ... kamu ini kenapa? Harusnya kamu senang, tidak disapa-sapa sama dia. Ingat! Mamanya dia itu nggak suka
Bab 15Semakin Mendekati"Gimana caranya mau ambil hape itu, ya? Hape itu kan di kamar Mama. Gengsi banget mau ngomong sama Mama!" ucap Nando ngomong sendiri. Dia bingung, masih terus mencari cara untuk mengambil itu dari kamar mamanya. Nando sudah sampai rumah. Sudah selesai makan juga. Dia terbiasa makan siang sendiri. Karena memang bisa dibilang tak pernah makan siang bareng dengan mamanya. Karena jam makan siang, mamanya belum pulang. Nando ada di kamarnya sekarang. Dia masih terus mencari ide, bagaimana ingin mengambil gawai mamanya. Itu semua demi Nabilla. Seharian dia memang cuek dengan Nabilla. Bukan karena dia membenci, tapi dia sedang berkemelut dengan hatinya. Masih berkemelut dengan keadaannya yang memang tidak baik-baik saja. Pertengkaran dengan mamanya, sebenarnya cukup membuatnya tak nyaman. Sama sekali tak nyaman. Tapi, jika dituruti keinginan mamanya, itu membuatnya semakin tak nyaman. Ya, sejujurnya Nando sendiri juga penasaran, foto mana yang dicari oleh Nabill
Bab 16Pertemuan"Ayah?" sapa Nabilla. Nathan segera menoleh ke arah anaknya. Mereka beradu pandang sejenak."Iya?" balas Nathan. Nabilla mendekat ke arah ayahnya. "Ada apa?" tanya Nathan setelah Nabilla dekat. Nabilla tak langsung menjawab. Dia masih menata napasnya terlebih dahulu. "Emm, Nabilla kok kangen ya sama Pakde William. Udah lama nggak ke sana," ucap Nabilla, menyampaikan uneg-uneg yang ganjal di hatinya. Nathan menarik napasnya sejenak. Kemudian menganggukkan kepalanya pelan. Karena dia sendiri memang belum ada ke sana lagi. Karena masih disibukan dengan urusan kerjaan dan hal lainnya di luar dugaan. "Kamu mau ke sana?" tanya Nathan untuk lebih memastikan keinginan anaknya. Nabilla menggigit bibir bawahnya terlebih dahulu. Kemudian menganggukkan kepalanya pelan. "Pengen. Kalau Ayah mau anterin," jawab Nabilla. Nathan mengulas senyum tipis. Mengusap kepala anaknya dengan penuh rasa sayang. "Tentu saja Ayah nggak keberatan," balas Nathan. Nabilla seketika melebarkan sen