Setidaknya, sketsa itu sangat penting bagi Lillia. Lillia bahkan tidak menyangka Claude akan mengantarkannya langsung. Ini memang membantunya menyelesaikan kesulitannya hari ini. Lillia memeriksa noda yang membekas di kertas itu dan menyadari bahwa noda itu tidak bisa dihapus. Dia langsung mengambil kertas lain untuk menyalin gambarnya, sambil menjawab, "Lain kali aku akan hati-hati. Kesalahan seperti ini nggak akan terulang lagi."Hati Moonela langsung lega mendengarnya. "Ini salahku juga. Kalau beberapa tahun ini aku nggak melupakan semua kemampuanku begitu saja, mungkin kamu nggak akan begitu kesusahan sekarang."Begitu ucapan itu dilontarkan, pintu kamar tiba-tiba diketuk. Menebak bahwa orang di luar pintu adalah tim produksi yang datang untuk menanyakan progres Moonela, Lillia langsung berdiri dan mengisyaratkan Moonela untuk bersiap-siap.Moonela yang terduduk di sofa pun langsung berdiri tegak. Dia memutar penanya dengan perlahan, lalu mengambil salah satu sketsa secara acak dar
Saat ini adalah waktu eksklusif bagi Moonela dan tim lainnya. Jadi, Lillia juga tidak enak hati tinggal lebih lama lagi. Dia hanya melihat sekilas gambar yang berada tangan Moonela. Dengan adanya juru kamera di sini, Nikita terkesan lebih sungkan.Setelah Lillia mengukur lebar pundak Nikita, Nikita melirik ke arah juru kamera sekilas, lalu duduk di sofa. "Hari ini sampai di sini dulu, aku kurang enak badan."Juru kamera itu pun meletakkan peralatannya dan mematikan kamera, lalu keluar dari kamar. Sikap Nikita saat ini berbeda dari biasanya, dia tidak mempersulit Lillia dan hanya fokus memainkan ponselnya. Lillia yang duduk di sudut ruangan, diam-diam menggambar di kertas sketsanya saat Nikita tidak memperhatikan.Saat jam makan siang tiba, semua orang berkumpul di ruang makan. Lillia berjalan mengikuti Nikita masuk ke ruangan itu. Namun saat sedang mencari sosok Moonela, dia malah melihat sosok lain yang tak asing. Orang itu adalah Claude.Cedron sedang duduk di seberangnya. Kedua oran
Di sisi lain juga sangat ramai. Di saat tidak ada orang yang memperhatikan, Lillia menyodorkan kertas sketsanya kepada Moonela. Moonela menerimanya dengan ekspresi datar, lalu menyimpannya ke dalam baju.Saat kedua orang itu sedang berbincang, tiba-tiba terdengar suara lantang Nikita berkata, "Kak Moonela, saat aku pergi melihatmu kemarin, ternyata semua sketsamu sudah selesai. Kamu hebat sekali ya. Kudengar desainer lain bahkan terkadang butuh waktu seminggu untuk berusaha menyesuaikan tema."Ucapannya ini menyiratkan maksud lain, semua orang di sana juga tentu bisa paham maksudnya. Namun saat melihat ekspresi Nikita, tidak tebersit sedikit pun niat jahat di wajahnya, melainkan hanya ekspresi kagum.Tidak ada orang yang berkomentar saat ini, para desainer hanya menatap Moonela yang tersenyum dengan santai. Secara tak sadar, mereka kembali teringat dengan percakapan antara Nikita dan Moonela kemarin. Jangan-jangan Moonela memang mencari tahu tema lomba dari Claude malam itu dan menyele
Nikita segera melirik Moonela yang tidak berbicara, lalu berkata dengan lirih, "Aku benaran nggak berpikir sejauh itu. Aku benaran menyukaimu, makanya bisa berpikir aneh-aneh saat melihat desain itu.""Nikita." Moonela akhirnya berdiri, lalu menatap Nikita sambil membalas dengan ramah, "Maaf, tapi aku nggak bodoh. Aku bisa menilai sendiri. Aku juga nggak peduli kamu sengaja atau nggak, tapi yang jelas ucapanmu ini memengaruhi reputasiku. Semoga setelah acara ini disiarkan, aku bisa mendapat permohonan maaf darimu dan kebenaran terungkap."Moonela tidak peduli bagaimana orang menilai dirinya, juga tidak takut pada pendukung yang berada di belakang Nikita. Itu sebabnya, dia berani berbicara terus terang. Selesai berbicara, Moonela sontak terkekeh-kekeh sinis dan membawa Lillia pergi dari sana.Konflik antar kelompok ini seketika menjadi ekstrem. Semua orang bergosip, penasaran dengan apa yang akan dilakukan Moonela.Sementara itu, Nikita sungguh berang. Jelas-jelas Moonela yang tidak tah
Lillia mengambil tasnya dan kembali ke kamarnya. Sketsa yang diberikannya kepada Moonela juga hilang, jadi mungkin tidak sengaja dikumpulkannya.Sebelumnya, Lillia sempat membaca ulang aturan kompetisi. Dia tahu bahwa investor mendapatkan kesempatan untuk melihat sketsa terlebih dahulu dan melakukan penyaringan tahap awal. Itu artinya, Claude tahu apakah draf itu ada di tempatnya atau tidak.Lillia pun memaksakan diri untuk menghubungi Claude. Hanya selang beberapa detik, pria ini sudah menerima panggilannya. Dia bertanya dengan nada datar, "Ada urusan apa?""Apa kita bisa bertemu sebentar? Ada yang ingin kubahas denganmu," ucap Lillia yang berusaha agar dirinya tetap terdengar lembut. Bagaimanapun, dia ingin meminta bantuan Claude."Sekarang?" tanya Claude yang nadanya menjadi agak misterius.Wajah Lillia menjadi agak panas. Sebelumnya dia bersikap keras kepala, tetapi sekarang malah harus merendah. Dia menimpali, "Ya. Kalau kamu sibuk, aku bisa memberitahumu sekarang. Semalam, aku me
Perkataan ini terdengar sangat menusuk telinga bagi Lillia. Dia tidak menyukai topik pembicaraan yang berhubungan dengan anak. Bahkan, ketika Claude melontarkan kalimat itu, hatinya terasa agak sedih. Claude tidak pernah menginginkan anak, tetapi berbicara seperti itu untuk menyakitinya.Alis Lillia yang berkerut seketika menjadi rileks kembali. Jarang sekali dia bersikap setenang ini saat berhadapan dengan Claude. Dia berucap, "Kamu tahu Moonela nggak pernah mencarimu. Aku yang nggak sengaja menghilangkan draf itu. Waktu kamu mengantarkannya kembali, kamu pasti melihat ada jejak di atasnya."Claude mengangguk ringan. Sesudahnya, dia tiba-tiba bertanya, "Kamu yakin kita mengobrol dengan cara diam-diam seperti ini?"Suasana di sekitar terasa menegangkan, tetapi posisi keduanya justru begitu dekat. Mereka memang sering berdiskusi, tetapi tidak pernah dengan cara seperti ini.Lillia seketika menyadari ada yang tidak beres. Dia buru-buru berkata, "Biar kuperiksa situasi di luar dulu."Lill
Pukul 15.00, tim produksi mengumumkan bahwa mereka memiliki waktu 3 jam untuk santai. Lillia awalnya masih memikirkan cara untuk mendekati Claude. Begitu mendengar kabar ini, matanya pun langsung berbinar-binar.Lillia mengganti pakaian dengan kaus putih longgar dan celana jeans yang membuat kedua kakinya terlihat makin panjang dan ramping. Sebenarnya, penampilan seperti ini terlihat sangat buruk di mata para desainer."Begini saja? Aku kira kamu mau berdandan secantik apa untuk memikat Cedron," ujar Moonela yang membelalak. Dia sungguh tidak percaya pada nilai estetika wanita ini.Begitu mendengarnya, Lillia pun membatin, 'Kenapa malah jadi Cedron? Yang ingin kutaklukkan jelas-jelas adalah Claude!'Setibanya di ruang perkumpulan, Lillia langsung melihat Claude yang duduk di samping Cedron. Sorot mata Claude tampak datar, seolah-olah tidak tertarik dengan acara afternoon tea ini.Setelah melihat Lillia, tatapan Cedron pun dipenuhi antusiasme. Dia berbisik pada Claude, "Aku nggak meliha
Lillia mengambil sekaleng soda, lalu membukanya dan meletakkannya di samping gelas Claude. Di sisi lain, Moonela terus menggaruk-garuk lengan Lillia. Lillia tidak melihatnya, tetapi merentangkan telapak tangannya agar wanita ini bisa menyampaikan pesan.Moonela menuliskan sesuatu yang menyuruh Lillia untuk jangan hanya mengambil air soda. Air soda yang dipersiapkan oleh tim produksi ini sangat murah.Lillia pun memahaminya. Produk yang muncul selama siaran langsung termasuk iklan. Skandal antara Claude dan Nikita membuat popularitas acara ini meningkat pesat. Lillia hanya akan menyia-nyiakan peluang iklan jika hanya mengambil soda murahan itu.Namun, Lillia tahu Claude hanya menyukai air soda. Pria ini tidak menyukai minuman lainnya. Setelah berpikir sejenak, Lillia menggeser air mineral yang diminumnya, lalu mengambil minuman energi dan membukanya untuk diminum. Dia meletakkan minuman energi itu di samping air soda.Di sisi lain, Claude yang melihat tingkah Lillia ini pun mengetuk mej
Claude menatap Lillia dan berkata, “Kalau mereka datang mencari masalah lagi, teleponlah aku. Untung saja hari ini asistenmu juga sedang lembur dan meneleponku tepat waktu. Kalau nggak, aku nggak tahu akan sekacau apa tempat ini sekarang.”Bagaimanapun juga, Edward benar-benar akan menghancurkan Perusahaan LMOON.Lillia menggigit bibirnya tanpa mengatakan apa-apa. Malam ini, dia memang merasa marah. Namun, dia sebenarnya juga merasakan kesedihan yang tidak dapat dimengerti.“Kamu pulang saja dulu. Aku mau istirahat,” kata Lillia dengan nada yang agak dingin.Claude meliriknya, lalu bertanya, “Kamu sedih?”“Nggak,” jawab Lillia dengan ekspresi cemberut.“Kalau begitu, istirahatlah yang baik. Ingat, kalau mereka datang untuk mempersulitmu lagi, kamu harus meneleponku,” hibur Claude dengan nada lembut.Claude tahu dari mana datangnya kesedihan Lillia. Bagaimanapun juga, Edward dan Imelda adalah orang tua kandung Lillia. Namun, mereka malah datang untuk menindas Lillia. Mana mungkin Lillia
Ohara memegang sapunya erat-erat, lalu memelototi Edward dan Imelda sambil berseru, “Suatu hari nanti, kalian pasti akan menyesal!”Edward hanya mendengus. Dia mengira Ohara sedang berbicara tentang opini publik. Dia pun menjawab dengan tampang mengejek, “Aku nggak akan menyesal. Biarpun Kelly berbuat salah, kami akan tetap mendukungnya!”Imelda menatap Lillia dan berkata, “Kamu memang berbakat, tapi karaktermu malah begitu buruk. Kelly sudah berulang kali menyanjungmu, tapi kamu bukan hanya nggak menanggapinya, malah bekerja sama dengan Claude untuk mempermalukannya. Sebenarnya, kamu sudah tahu dari awal kalau kamu tetap nggak akan kalah meski Claude menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal, ‘kan?”“Kamu tahu Claude menyukaimu, makanya kamu bisa membiarkannya tunangan sama Kelly dengan tenang. Selain bisa menyelesaikan krisis LMOON, kamu juga bisa menertawakan Kelly!”Lillia sama sekali tidak ingin menjelaskan apa-apa. Saat ini, pipinya sudah bengkak. Sangat jelas bahwa
Begitu pulang ke Kediaman Jaspal, Kelly langsung tidak berhenti menangis di ruang tamu.Edward oun buru-buru turun ke lantai bawah. Setelah melihat tampang Kelly yang begitu sedih, dia segera bertanya, “Sayang, ada apa?”“Mantan istrinya Claude itu Lillia. Apa kalian tahu, tapi nggak memberitahuku?” tanya Kelly pada Edward dengan berlinang air mata.Edward duduk di sisi Kelly dan hendak menjawab. Namun, begitu melihat pipi Kelly yang merah dan bengkak, dia segera bertanya, “Siapa yang memukulmu?”Kelly menjawab sambil menangis, “Lillia melihat aku dan Claude makan di restoran, lalu juga sengaja membawa beberapa pria makan di sana dan menggoda mereka untuk membuat Claude marah. Waktu aku berdebat dengan Lillia, Claude menamparku deminya.”Seusai berbicara, Kelly menangis makin kencang.Edward pun berdiri dengan marah, lalu segera mencari ponselnya dan hendak menelepon Claude untuk memakinya. Begitu melihat Kelly yang menangis tersedu-sedu, Imelda yang baru turun juga buru-buru memelukny
Lillia juga melihat Claude dan Kelly meninggalkan restoran. Setelah para bos itu selesai makan, Lillia pun memanggilkan mobil untuk mengantar mereka kembali ke hotel sebelum masuk ke mobilnya sendiri. Hanya saja, sebelum mobilnya sempat keluar dari tempat parkir, mobil Claude pun memblokir jalannya.Claude duduk di dalam mobil dan menatap Lillia dengan ekspresi tidak senang. Sementara itu, Lillia mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Setelah saling bertatapan dari dalam mobil untuk sesaat, Claude baru turun dari mobil. Pada akhirnya, Lillia mau tak mau turun dari mobil setelah Claude mengetuk kaca jendelanya 3 kali.“Ada apa?” tanya Lillia dengan kening berkerut.“Aku nggak langsung memberitahumu aku sudah kembali ke ibu kota karena Hans bilang kamu sedang rapat. Makanya, aku pergi ke Kediaman Jaspal dulu,” jelas Claude dengan sikap mendominasi. Dia juga memerangkapi Lillia di antara tubuhnya dengan mobil.Lillia menjawab dengan ekspresi datar, “Pak Claude, kenapa kamu h
Edward pun menjawab dengan tidak senang, “Aku tahu kamu sama sekali nggak menyukai Kelly.”Claude hanya tersenyum dan tidak menjawab.Begitu mendengar percakapan mereka, Imelda juga merasa sangat sedih.“Aku pada dasarnya memang nggak bersedia menikahinya, tapi dia sendiri yang memaksa. Aku ini orang yang selalu memegang janjiku. Berhubung kalian sudah melepaskan Perusahaan LMOON, aku akan memenuhi janjiku dengan menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal,” jawab Claude dengan ekspresi acuh tak acuh.Edward tidak lagi berbicara. Dia bangkit dari tempat duduk dan mengisyaratkan Imelda untuk naik ke lantai atas bersamanya.Malam ini, Lillia mengajak beberapa bos besar ke Xennington. Baru saja mereka semua duduk, dia langsung melihat Kelly dan Claude berjalan masuk ke restoran. Dia pun merasa agak terkejut karena tidak tahu bahwa Claude telah kembali ke ibu kota ....Namun, setelah teringat kembali ucapan Claude sebelumnya, Lillia pun tidak memikirkannya lagi. Claude pernah m
“Apa kamu masih marah sama Kelly? Hari ini, aku sudah menegurnya sebelum datang. Pokoknya, aku akan selalu berpihak padamu. Percayalah padaku,” ujar Louis dengan nada yang terdengar sangat memelas.Moonela menjawab, “Aku nggak marah, cuma ingin jalan-jalan sendiri!”“Tapi, tetanggamu bilang kakimu cedera dan dia juga sempat menggantikanmu untuk lapor polisi. Kalau kakimu cedera, kenapa kamu masih bisa berkeluyuran?” tanya Louis dengan sengaja.Kali ini, Moonela tidak bisa menjawab dengan begitu cepat. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, “Cedera kakiku nggak parah, kok .... Kamu pergi ke rumahku?”“Emm, aku rindu banget sama kamu. Aku datang mencarimu, tapi kamu nggak menyahut. Jadi, aku tanya ke tetanggamu,” jawab Louis dengan nada lembut.“Aku lagi nggak ada di rumah. Jangan mencariku lagi! Aku sedang jalan-jalan di luar. Kalau suasana hatiku sudah baikan, aku akan meneleponmu,” jawab Moonela. Intinya, dia menolak untuk bertemu dengan Louis.Louis pun merasa agak marah dan berk
Selama adiknya hilang, Louis selalu berharap dia bisa segera pulang ke rumah. Sekarang, adiknya memang sudah kembali. Selain itu, dia juga merasa dirinya bersikap sangat baik terhadap Kelly dan selalu menuruti permintaannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Louis merasa Kelly menjadi makin menyebalkan. Dia bukan hanya suka melakukan trik kotor secara diam-diam, juga sering memicu perselisihan di hadapan orang tuanya. Dia juga berkata dirinya menyukai Lillia, tetapi malah selalu berlagak seperti korban dan mengatakan Lillia sering menindasnya.Kelly tidak menyangka Louis akan menggunakan nada bicara seperti ini untuk berbicara dengannya. Dia pun terisak, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Kak, apa kamu sudah bosan denganku? Setelah memiliki orang yang disukai, Kakak jadi membenciku?”Louis menjawab dengan dingin, “Aku juga punya urusanku sendiri. Kamu nggak perlu menggunakan alasan Moonela memukulmu untuk mengikatku. Lagian, aku juga sudah bosan harus menemanimu jalan-jalan s
Di hari ketiga Moonela hilang, Claude masih belum menemukan informasi apa-apa. Saat ini, dia sedang duduk di kantor dan memikirkan bagaimana cara bawahan Kelly memindahkan Moonela. Dia sudah menyelidiki semua CCTV, tetapi tidak menemukan ada yang aneh. Dia hampir tidak pernah bertemu kesulitan seperti ini. Setelah berpikir lama, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera menelepon Nelson.“Coba cari kesempatan untuk pergi ke rumah Moonela lagi, lalu periksalah seluruh rumahnya dengan teliti. Aku curiga dia masih berada di dalam rumah,” perintah Claude dengan nada dingin.“Aku rasa Louis yang paling cocok untuk melakukan hal ini,” jawab Nelson. Untuk mengurangi risiko, hanya Louis seorang yang paling cocok untuk melakukan hal ini. Claude pun terdiam sejenak, lalu memutuskan sambungan telepon. Dia sudah secara tidak langsung menyetujui usul Nelson.Tidak lama kemudian, Lillia menerima telepon dari Claude. Baru saja dia menekan tombol menerima panggilan, terdengar Claude yang bertanya, “A
Melihat Moonela yang membagikan foto avatar virtual yang dibuatnya kepadanya setiap hari, Lillia merasa Moonela juga lumayan suka bermain permainan ini. Namun, begitu teringat cedera kaki Moonela, dia mau tak mau mulai merasa khawatir lagi. Dia sedang mempertimbangkan apakah dirinya harus menelepon Moonela untuk menanyakan keadaannya atau tidak.Tepat pada saat ini, Moonela malah meneleponnya terlebih dahulu. Lillia pun segera menjawabnya.“Lillia, aku lagi di ibu kota, nih! Apa kamu lagi senggang? Aku kangen sama kamu,” tanya Moonela dengan gembira.Lillia melihat jadwalnya, lalu menjawab, “Kamu datang ke perusahaan saja, ya? Akhir-akhir ini, aku sibuk banget dan hanya bisa menemuimu di kantor.”Lillia dan Moonela pada dasarnya selalu bersikap jujur pada satu sama lain. Saat ini, ada setumpuk pesanan yang harus ditangani dan rapat tiada akhir yang harus dihadiri Lillia setiap hari. Jadi, dia tidak bisa meluangkan waktu untuk menemui Moonela di luar.“Ya sudah deh. Kamu harus lebih per