Kini keahlian ini malah jadi sindiran yang digunakan Nikita untuk mengejeknya. Lillia tersenyum dengan ironis. Tanpa berkata apa pun, dia menyajikan kopi yang telah selesai diseduh ke hadapan Nikita. Saat itulah, Nikita baru berhenti mengeluh. Akhirnya setelah tertunda lama, Lillia baru sempat menyelesaikan setengah dari tugasnya.Nikita yang bermalas-malasan hendak pergi ke kamar mandi untuk mandi. Melihat hal ini, Lillia mengambil kesempatan pergi ke sudut ruangan untuk mengirimkan pesan pada Moonela.[ Bagaimana progresmu di sana? ]Moonela membalas dengan singkat.[ Coba kamu tebak? ]Jika menyuruh Moonela membual, minum bir dengan klien, ataupun memuji-muji desain Lillia di hadapan klien, Moonela tentu tidak akan masalah. Namun untuk masalah melukis, Moonela sudah lama tidak menyentuh lukisan.Bukan hanya ilmunya yang sudah hilang, kalaupun Moonela berhasil menggambar sketsa, standarnya juga pasti hanya biasa-biasa saja. Bukankah itu justru akan merusak reputasi Lorraine?Lillia b
Setidaknya, sketsa itu sangat penting bagi Lillia. Lillia bahkan tidak menyangka Claude akan mengantarkannya langsung. Ini memang membantunya menyelesaikan kesulitannya hari ini. Lillia memeriksa noda yang membekas di kertas itu dan menyadari bahwa noda itu tidak bisa dihapus. Dia langsung mengambil kertas lain untuk menyalin gambarnya, sambil menjawab, "Lain kali aku akan hati-hati. Kesalahan seperti ini nggak akan terulang lagi."Hati Moonela langsung lega mendengarnya. "Ini salahku juga. Kalau beberapa tahun ini aku nggak melupakan semua kemampuanku begitu saja, mungkin kamu nggak akan begitu kesusahan sekarang."Begitu ucapan itu dilontarkan, pintu kamar tiba-tiba diketuk. Menebak bahwa orang di luar pintu adalah tim produksi yang datang untuk menanyakan progres Moonela, Lillia langsung berdiri dan mengisyaratkan Moonela untuk bersiap-siap.Moonela yang terduduk di sofa pun langsung berdiri tegak. Dia memutar penanya dengan perlahan, lalu mengambil salah satu sketsa secara acak dar
Saat ini adalah waktu eksklusif bagi Moonela dan tim lainnya. Jadi, Lillia juga tidak enak hati tinggal lebih lama lagi. Dia hanya melihat sekilas gambar yang berada tangan Moonela. Dengan adanya juru kamera di sini, Nikita terkesan lebih sungkan.Setelah Lillia mengukur lebar pundak Nikita, Nikita melirik ke arah juru kamera sekilas, lalu duduk di sofa. "Hari ini sampai di sini dulu, aku kurang enak badan."Juru kamera itu pun meletakkan peralatannya dan mematikan kamera, lalu keluar dari kamar. Sikap Nikita saat ini berbeda dari biasanya, dia tidak mempersulit Lillia dan hanya fokus memainkan ponselnya. Lillia yang duduk di sudut ruangan, diam-diam menggambar di kertas sketsanya saat Nikita tidak memperhatikan.Saat jam makan siang tiba, semua orang berkumpul di ruang makan. Lillia berjalan mengikuti Nikita masuk ke ruangan itu. Namun saat sedang mencari sosok Moonela, dia malah melihat sosok lain yang tak asing. Orang itu adalah Claude.Cedron sedang duduk di seberangnya. Kedua oran
Di sisi lain juga sangat ramai. Di saat tidak ada orang yang memperhatikan, Lillia menyodorkan kertas sketsanya kepada Moonela. Moonela menerimanya dengan ekspresi datar, lalu menyimpannya ke dalam baju.Saat kedua orang itu sedang berbincang, tiba-tiba terdengar suara lantang Nikita berkata, "Kak Moonela, saat aku pergi melihatmu kemarin, ternyata semua sketsamu sudah selesai. Kamu hebat sekali ya. Kudengar desainer lain bahkan terkadang butuh waktu seminggu untuk berusaha menyesuaikan tema."Ucapannya ini menyiratkan maksud lain, semua orang di sana juga tentu bisa paham maksudnya. Namun saat melihat ekspresi Nikita, tidak tebersit sedikit pun niat jahat di wajahnya, melainkan hanya ekspresi kagum.Tidak ada orang yang berkomentar saat ini, para desainer hanya menatap Moonela yang tersenyum dengan santai. Secara tak sadar, mereka kembali teringat dengan percakapan antara Nikita dan Moonela kemarin. Jangan-jangan Moonela memang mencari tahu tema lomba dari Claude malam itu dan menyele
Nikita segera melirik Moonela yang tidak berbicara, lalu berkata dengan lirih, "Aku benaran nggak berpikir sejauh itu. Aku benaran menyukaimu, makanya bisa berpikir aneh-aneh saat melihat desain itu.""Nikita." Moonela akhirnya berdiri, lalu menatap Nikita sambil membalas dengan ramah, "Maaf, tapi aku nggak bodoh. Aku bisa menilai sendiri. Aku juga nggak peduli kamu sengaja atau nggak, tapi yang jelas ucapanmu ini memengaruhi reputasiku. Semoga setelah acara ini disiarkan, aku bisa mendapat permohonan maaf darimu dan kebenaran terungkap."Moonela tidak peduli bagaimana orang menilai dirinya, juga tidak takut pada pendukung yang berada di belakang Nikita. Itu sebabnya, dia berani berbicara terus terang. Selesai berbicara, Moonela sontak terkekeh-kekeh sinis dan membawa Lillia pergi dari sana.Konflik antar kelompok ini seketika menjadi ekstrem. Semua orang bergosip, penasaran dengan apa yang akan dilakukan Moonela.Sementara itu, Nikita sungguh berang. Jelas-jelas Moonela yang tidak tah
Lillia mengambil tasnya dan kembali ke kamarnya. Sketsa yang diberikannya kepada Moonela juga hilang, jadi mungkin tidak sengaja dikumpulkannya.Sebelumnya, Lillia sempat membaca ulang aturan kompetisi. Dia tahu bahwa investor mendapatkan kesempatan untuk melihat sketsa terlebih dahulu dan melakukan penyaringan tahap awal. Itu artinya, Claude tahu apakah draf itu ada di tempatnya atau tidak.Lillia pun memaksakan diri untuk menghubungi Claude. Hanya selang beberapa detik, pria ini sudah menerima panggilannya. Dia bertanya dengan nada datar, "Ada urusan apa?""Apa kita bisa bertemu sebentar? Ada yang ingin kubahas denganmu," ucap Lillia yang berusaha agar dirinya tetap terdengar lembut. Bagaimanapun, dia ingin meminta bantuan Claude."Sekarang?" tanya Claude yang nadanya menjadi agak misterius.Wajah Lillia menjadi agak panas. Sebelumnya dia bersikap keras kepala, tetapi sekarang malah harus merendah. Dia menimpali, "Ya. Kalau kamu sibuk, aku bisa memberitahumu sekarang. Semalam, aku me
Perkataan ini terdengar sangat menusuk telinga bagi Lillia. Dia tidak menyukai topik pembicaraan yang berhubungan dengan anak. Bahkan, ketika Claude melontarkan kalimat itu, hatinya terasa agak sedih. Claude tidak pernah menginginkan anak, tetapi berbicara seperti itu untuk menyakitinya.Alis Lillia yang berkerut seketika menjadi rileks kembali. Jarang sekali dia bersikap setenang ini saat berhadapan dengan Claude. Dia berucap, "Kamu tahu Moonela nggak pernah mencarimu. Aku yang nggak sengaja menghilangkan draf itu. Waktu kamu mengantarkannya kembali, kamu pasti melihat ada jejak di atasnya."Claude mengangguk ringan. Sesudahnya, dia tiba-tiba bertanya, "Kamu yakin kita mengobrol dengan cara diam-diam seperti ini?"Suasana di sekitar terasa menegangkan, tetapi posisi keduanya justru begitu dekat. Mereka memang sering berdiskusi, tetapi tidak pernah dengan cara seperti ini.Lillia seketika menyadari ada yang tidak beres. Dia buru-buru berkata, "Biar kuperiksa situasi di luar dulu."Lill
Pukul 15.00, tim produksi mengumumkan bahwa mereka memiliki waktu 3 jam untuk santai. Lillia awalnya masih memikirkan cara untuk mendekati Claude. Begitu mendengar kabar ini, matanya pun langsung berbinar-binar.Lillia mengganti pakaian dengan kaus putih longgar dan celana jeans yang membuat kedua kakinya terlihat makin panjang dan ramping. Sebenarnya, penampilan seperti ini terlihat sangat buruk di mata para desainer."Begini saja? Aku kira kamu mau berdandan secantik apa untuk memikat Cedron," ujar Moonela yang membelalak. Dia sungguh tidak percaya pada nilai estetika wanita ini.Begitu mendengarnya, Lillia pun membatin, 'Kenapa malah jadi Cedron? Yang ingin kutaklukkan jelas-jelas adalah Claude!'Setibanya di ruang perkumpulan, Lillia langsung melihat Claude yang duduk di samping Cedron. Sorot mata Claude tampak datar, seolah-olah tidak tertarik dengan acara afternoon tea ini.Setelah melihat Lillia, tatapan Cedron pun dipenuhi antusiasme. Dia berbisik pada Claude, "Aku nggak meliha