Tentu saja Lillia tidak bisa menyangkalnya. Mungkin memang karena pria ini adalah pembawa sial baginya. Moonela meliriknya sekilas, lalu menghiburnya, "Setelah pesanan kali ini selesai, kita jauhkan diri dari dia saja supaya nggak sial terus."Lillia menunduk dengan tatapan yang tenang. "Nggak perlu sengaja menjauhkan diri. Setelah bercerai, kita memang sudah berada di jalan masing-masing." Mengungkit soal perceraian, Lillia hanya bisa menghela napas berat."Menurutmu, apa maksud dia sebenarnya saat mengatakan mau buat gosip denganmu?" Moonela mendengus dingin. "Lucu sekali, kalian ini suami istri yang sah. Memangnya suami istri perlu buat gosip? Berengsek!"Tidak tahan rasanya Moonela tidak memaki Claude, tetapi perasaannya juga tidak kunjung membaik setelah memakinya.Kedua orang itu tiba di restoran. Pada saat ini, Nikita sedang berbincang dengan orang di sampingnya. Saat melihat Moonela datang, matanya langsung berbinar dan tersenyum ramah. "Bu Moonela, kenapa kamu baru datang seka
Poin utama dalam babak pertama ini adalah menyorot gaya desain seorang perancang busana. Tanpa batasan ukuran, mereka merancang draf awal berdasarkan pemahaman pribadi terhadap gaya model.Karena ini adalah program siaran langsung, mereka juga tidak banyak berbasa-basi. Waktu dan fokus kamera sepenuhnya diberikan kepada para peserta. Para desainer diharapkan mengirimkan draf awal sebelum pukul empat sore, setelah itu baru masuk ke diskusi kelompok untuk mencapai kesepakatan.Ini berarti para desainer membutuhkan waktu yang cukup lama untuk merenung dan menemukan inspirasi. Sementara itu, Lillia yang bertugas sebagai asisten ini akan membicarakan detail dan ukuran dengan model agar memudahkan saat diskusi nanti. Lillia dan Moonela tidak akan berada di lokasi yang sama selama syuting, sehingga Lillia tidak punya waktu untuk menggambar ulang sketsanya.Setelah pembawa acara meninggalkan lokasi, suasana di tempat itu langsung menjadi riuh. Para desainer sibuk membahas tema desain kali ini.
Kini keahlian ini malah jadi sindiran yang digunakan Nikita untuk mengejeknya. Lillia tersenyum dengan ironis. Tanpa berkata apa pun, dia menyajikan kopi yang telah selesai diseduh ke hadapan Nikita. Saat itulah, Nikita baru berhenti mengeluh. Akhirnya setelah tertunda lama, Lillia baru sempat menyelesaikan setengah dari tugasnya.Nikita yang bermalas-malasan hendak pergi ke kamar mandi untuk mandi. Melihat hal ini, Lillia mengambil kesempatan pergi ke sudut ruangan untuk mengirimkan pesan pada Moonela.[ Bagaimana progresmu di sana? ]Moonela membalas dengan singkat.[ Coba kamu tebak? ]Jika menyuruh Moonela membual, minum bir dengan klien, ataupun memuji-muji desain Lillia di hadapan klien, Moonela tentu tidak akan masalah. Namun untuk masalah melukis, Moonela sudah lama tidak menyentuh lukisan.Bukan hanya ilmunya yang sudah hilang, kalaupun Moonela berhasil menggambar sketsa, standarnya juga pasti hanya biasa-biasa saja. Bukankah itu justru akan merusak reputasi Lorraine?Lillia b
Setidaknya, sketsa itu sangat penting bagi Lillia. Lillia bahkan tidak menyangka Claude akan mengantarkannya langsung. Ini memang membantunya menyelesaikan kesulitannya hari ini. Lillia memeriksa noda yang membekas di kertas itu dan menyadari bahwa noda itu tidak bisa dihapus. Dia langsung mengambil kertas lain untuk menyalin gambarnya, sambil menjawab, "Lain kali aku akan hati-hati. Kesalahan seperti ini nggak akan terulang lagi."Hati Moonela langsung lega mendengarnya. "Ini salahku juga. Kalau beberapa tahun ini aku nggak melupakan semua kemampuanku begitu saja, mungkin kamu nggak akan begitu kesusahan sekarang."Begitu ucapan itu dilontarkan, pintu kamar tiba-tiba diketuk. Menebak bahwa orang di luar pintu adalah tim produksi yang datang untuk menanyakan progres Moonela, Lillia langsung berdiri dan mengisyaratkan Moonela untuk bersiap-siap.Moonela yang terduduk di sofa pun langsung berdiri tegak. Dia memutar penanya dengan perlahan, lalu mengambil salah satu sketsa secara acak dar
Saat ini adalah waktu eksklusif bagi Moonela dan tim lainnya. Jadi, Lillia juga tidak enak hati tinggal lebih lama lagi. Dia hanya melihat sekilas gambar yang berada tangan Moonela. Dengan adanya juru kamera di sini, Nikita terkesan lebih sungkan.Setelah Lillia mengukur lebar pundak Nikita, Nikita melirik ke arah juru kamera sekilas, lalu duduk di sofa. "Hari ini sampai di sini dulu, aku kurang enak badan."Juru kamera itu pun meletakkan peralatannya dan mematikan kamera, lalu keluar dari kamar. Sikap Nikita saat ini berbeda dari biasanya, dia tidak mempersulit Lillia dan hanya fokus memainkan ponselnya. Lillia yang duduk di sudut ruangan, diam-diam menggambar di kertas sketsanya saat Nikita tidak memperhatikan.Saat jam makan siang tiba, semua orang berkumpul di ruang makan. Lillia berjalan mengikuti Nikita masuk ke ruangan itu. Namun saat sedang mencari sosok Moonela, dia malah melihat sosok lain yang tak asing. Orang itu adalah Claude.Cedron sedang duduk di seberangnya. Kedua oran
Di sisi lain juga sangat ramai. Di saat tidak ada orang yang memperhatikan, Lillia menyodorkan kertas sketsanya kepada Moonela. Moonela menerimanya dengan ekspresi datar, lalu menyimpannya ke dalam baju.Saat kedua orang itu sedang berbincang, tiba-tiba terdengar suara lantang Nikita berkata, "Kak Moonela, saat aku pergi melihatmu kemarin, ternyata semua sketsamu sudah selesai. Kamu hebat sekali ya. Kudengar desainer lain bahkan terkadang butuh waktu seminggu untuk berusaha menyesuaikan tema."Ucapannya ini menyiratkan maksud lain, semua orang di sana juga tentu bisa paham maksudnya. Namun saat melihat ekspresi Nikita, tidak tebersit sedikit pun niat jahat di wajahnya, melainkan hanya ekspresi kagum.Tidak ada orang yang berkomentar saat ini, para desainer hanya menatap Moonela yang tersenyum dengan santai. Secara tak sadar, mereka kembali teringat dengan percakapan antara Nikita dan Moonela kemarin. Jangan-jangan Moonela memang mencari tahu tema lomba dari Claude malam itu dan menyele
Nikita segera melirik Moonela yang tidak berbicara, lalu berkata dengan lirih, "Aku benaran nggak berpikir sejauh itu. Aku benaran menyukaimu, makanya bisa berpikir aneh-aneh saat melihat desain itu.""Nikita." Moonela akhirnya berdiri, lalu menatap Nikita sambil membalas dengan ramah, "Maaf, tapi aku nggak bodoh. Aku bisa menilai sendiri. Aku juga nggak peduli kamu sengaja atau nggak, tapi yang jelas ucapanmu ini memengaruhi reputasiku. Semoga setelah acara ini disiarkan, aku bisa mendapat permohonan maaf darimu dan kebenaran terungkap."Moonela tidak peduli bagaimana orang menilai dirinya, juga tidak takut pada pendukung yang berada di belakang Nikita. Itu sebabnya, dia berani berbicara terus terang. Selesai berbicara, Moonela sontak terkekeh-kekeh sinis dan membawa Lillia pergi dari sana.Konflik antar kelompok ini seketika menjadi ekstrem. Semua orang bergosip, penasaran dengan apa yang akan dilakukan Moonela.Sementara itu, Nikita sungguh berang. Jelas-jelas Moonela yang tidak tah
Lillia mengambil tasnya dan kembali ke kamarnya. Sketsa yang diberikannya kepada Moonela juga hilang, jadi mungkin tidak sengaja dikumpulkannya.Sebelumnya, Lillia sempat membaca ulang aturan kompetisi. Dia tahu bahwa investor mendapatkan kesempatan untuk melihat sketsa terlebih dahulu dan melakukan penyaringan tahap awal. Itu artinya, Claude tahu apakah draf itu ada di tempatnya atau tidak.Lillia pun memaksakan diri untuk menghubungi Claude. Hanya selang beberapa detik, pria ini sudah menerima panggilannya. Dia bertanya dengan nada datar, "Ada urusan apa?""Apa kita bisa bertemu sebentar? Ada yang ingin kubahas denganmu," ucap Lillia yang berusaha agar dirinya tetap terdengar lembut. Bagaimanapun, dia ingin meminta bantuan Claude."Sekarang?" tanya Claude yang nadanya menjadi agak misterius.Wajah Lillia menjadi agak panas. Sebelumnya dia bersikap keras kepala, tetapi sekarang malah harus merendah. Dia menimpali, "Ya. Kalau kamu sibuk, aku bisa memberitahumu sekarang. Semalam, aku me