“Kalau Kenneth memang keberatan, kenapa kamu nggak menghiburnya? Kalau nggak, hari ini kamu istirahat saja dulu sehari. Pergilah kencan dengannya, lalu jelaskan dengan baik hubunganmu dengan Louis,” hibur Lillia sambil berjalan ke sisi Moonela.Setelah mendengar ucapan itu, Moonela malah merasa agak kesal, “Dia juga tahu aku baru kenal nggak lama dengan Louis. Memangnya Louis yang tiba-tiba menggila itu salahku?”Lillia buru-buru menjawab, “Bukan salahmu kok.”“Kalau begitu, kenapa dia ngambek sama aku? Aku juga nggak salah, kan?” ujar Moonela. Saat ini, dia sudah perlahan-lahan tenang.Lillia menepuk-nepuk bahunya dan berkata, “Jangan marah lagi. Lagian, kalau dia itu jodohmu, kalian pasti akan bersama. Kalau memang nggak berjodoh, nggak perlu dipaksakan juga.”Moonela segera mengangguk dan menjawab, “Benar!” Setelah itu, Lillia berteriak ke arah luar, “Biarkanlah Hans masuk.”Lillia menebak bahwa Claude pasti diam-diam cemburu karena Liman mengantarnya pulang semalam.Begitu masuk,
Setelah Moonela keluar untuk bekerja, Hans yang merasa bosan di luar pun diam-diam masuk ke ruang kerja Lillia. Begitu Hans masuk, Lillia hanya meliriknya sekilas, lalu lanjut melakukan pekerjaannya.“Kamu nggak keberatan aku masuk kemari, ‘kan?” tanya Hans sambil tersenyum.“Yang penting kamu nggak membocorkan desainku,” jawab Lillia dengan santai.Hans pun tersenyum, lalu duduk di sofa. Dia memainkan ponselnya sambil menyaksikan Lillia bekerja.“Kalau bosan, kamu boleh pergi jalan-jalan kok. Aku akan meneleponmu kalau butuh sesuatu. Yang penting, kamu tiba dalam waktu setengah jam,” ujar Lillia. Dia tidak bisa konsentrasi bekerja karena ditatap oleh Hans.Hans menyimpan ponselnya dan menjawab, “Aku memang agak bosan. Bekerja di sini terlalu santai. Aku jadi malu terima gajinya.”“Sekarang, kamu memang senggang. Tapi, waktu aku perlu pergi belanja, kekuatanmu akan sangat diperlukan. Gajimu itu untuk membayar kerja keras fisik beberapa kali dalam sebulan.”Hans menghela napas, lalu ber
Imelda berjalan masuk ke ruang kerja Lillia, lalu menutup pintunya. Setelah itu, dia menatap Lillia dan berkata, “Bu Lillia, beberapa bulan yang lalu, perusahaan kalian sudah cukup kesulitan karena ditargeti orang. Tapi, itu hanyalah hukuman ringan dari mereka. Kalau suamiku yang bertindak, perusahaanmu nggak akan seberuntung itu.”Lillia bertanya sambil mengerutkan keningnya, “Kenapa aku harus mendesainkan gaun untuk putrimu?”“Saat ini, kamu itu desainer yang paling terkenal di dalam negeri. Lagian, Kelly juga sangat menyukai desainmu. Sebutkan saja harganya. Kalau kamu menyetujuinya, kita semua akan sama-sama senang.” Imelda melanjutkan dengan sombong, “Selain itu, kamu sudah menuduh Kelly menghasut Priya untuk datang menindasmu. Gara-gara itu, dia jadi ditampar oleh bawahan Claude. Kamu harus ganti rugi atas hal itu.”“Yang menamparnya itu bawahan Claude, apa hubungannya itu denganku?” tanya Lillia dengan ekspresi kesal.“Dengar-dengar, Hans sudah bekerja untukmu. Sekarang, itu ter
Begitu mendengar jawaban Hans, Ohara tahu bahwa permintaannya terlalu menyulitkan. Dia pun melepaskan tangan Hans dan berkata dengan ekspresi kecewa, “Kalau begitu, kamu bujuk saja dia sebisamu. Aku nggak ingin Lillia hidup menderita setelah kembali ke Keluarga Jaspal.”Hans menatap Ohara, lalu bertanya setelah beberapa saat, “Sepertinya Nenek sangat membenci Bu Imelda. Apa hilangnya Bu Lillia berkaitan dengannya?”Ohara melihat ke sekeliling. Setelah memastikan tidak ada orang lain, dia baru berbisik, “Bukan dia, melainkan adik kembarnya itu. Tapi, aku rasa mereka semua sama saja. Seluruh Keluarga Jaspal punya andil atas hilangnya Lillia!”“Yang Nenek bilang benar,” tambah Hans. Kemudian, dia lanjut bertanya, “Kalau begitu, apa Nenek tahu secara spesifik kenapa Bu Lillia bisa hilang?”Setelah mendengar pertanyaan itu, Ohara pun terdiam. Jadi, Hans tidak lagi bertanya, melainkan menghibur, “Nggak apa-apa kalau Nenek nggak mau jawab. Ayo kubawa Nenek jalan-jalan!”“Lillia bukan hilang,
Sebelum Moonela sempat menjawab, pintu kantor mereka pun dibuka. Kemudian, Hans berjalan masuk dan bertanya sambil tersenyum, “Ada masalah?”“Bukan masalah besar kok. Apa itu yang kamu bawa?” tanya Moonela dengan penasaran sambil menatap Hans.“Oh, ini adalah alat pijat yang kubeli untuk Bu Lillia. Setiap hari, dia harus duduk bekerja begitu lama. Kalau nggak dipijat, ototnya akan cedera,” jawab Hans dengan santai. Namun, otaknya tidak berhenti memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah Lillia dan Moonela ini.“Kamu perhatian juga,” jawab Lillia sambil tersenyum dan membuka kotak itu.Hans hanya bisa mengelus hidungnya. Orang yang perhatian itu Claude. Dia sendiri bahkan tidak terpikirkan untuk membeli barang seperti ini.Moonela pun menatap Hans dengan penuh arti. Saat merasakan tatapan Moonela, dia segera membuang muka dan berkata, “Kalau nggak ada hal lain lagi, aku keluar dulu ya.”“Emm,” jawab Lillia sambil membaca petunjuk penggunaan alat pijat itu dengan teliti. Saat Hans hampi
Lillia akhirnya mengerti kesulitan dalam mengembangkan usaha di ibu kota. Musuh yang tidak mereka ketahui siapa itu tidak berhenti menargetkan mereka pada tahun lalu dan baru berhenti saat Lillia pergi ke Falancis. Sekarang, malah gantian Keluarga Jaspal yang berulah.Tanpa adanya latar belakang yang kuat, Perusahaan LMOON akan sulit berkembang tidak peduli seberapa bagus pun reputasi mereka di dunia bisnis.“Moonela, menurutmu, apa kita perlu cari mitra kerja sama yang lebih hebat?” tanya Lillia.“Mitra kerja sama yang lebih hebat hanya akan berusaha untuk mencaplok perusahaan kita. Mereka belum tentu tulus mau membantu kita,” jawab Moonela dengan serius. Sejak reputasi LMOON meningkat, ada banyak investor yang ingin menjadi pemegang saham Perusahaan LMOON. Mereka menawarkan uang yang sangat banyak, tetapi juga memiliki permintaan yang tinggi dan bahkan melemparkan banyak jebakan. Begitu tidak hati-hati, LMOON akan jatuh ke tangan orang lain.Begitu mendengar jawaban Moonela, Lillia
Claude merasa sangat terkejut karena Louis sudah tidak lagi menaruh kepercayaan buta kepada Kelly seperti dulu.“Demi Moonela, kamu bahkan diam-diam menyelidiki adikmu?” tanya Imelda dengan ekspresi tidak percaya.Louis menjawab, “Aku nggak mau bertengkar denganmu. Suruh Kelly keluar! Ada yang mau kutanyakan padanya.”Imelda pun berseru marah, “Apa kamu nggak tahu suasana hati Kelly lagi buruk? Dia begitu menyukai Claude, tapi malah ditampar bawahan Claude. Sampai sekarang, Claude juga masih belum minta maaf padanya. Apa lagi yang mau kamu bicarakan dengannya?”“Bagaimana kalau kali ini, memang Kelly yang salah?” tanya Louis dengan marah.“Memangnya kenapa kalau dia yang salah? Dia baru kembali nggak lama, tapi sebagai kakaknya, kamu malah mau membantu orang luar untuk menindasnya? Dia itu putri keluarga Jaspal! Memangnya kenapa kalau dia mau bersikap manja?” jawab Imelda dengan protektif. Dia mulai bersikap seenaknya karena tidak bisa memenangkan argumen ini.Claude menatap Imelda den
“Hatchu!” Lillia tiba-tiba bersin saat sedang menonton drama. Dia mengusap hidungnya sambil bergumam, “Penghangatnya sudah begitu panas, tapi kok aku masih merasa agak dingin ya?”Entah bagaimana diskusi Moonela dengan Periwinkle ....Meskipun sedang menonton drama, Lillia juga tidak bisa sepenuhnya merasa santai. Tiba-tiba, ponselnya berdering. Begitu melihat nomor penelepon, dia merasa nomornya cukup familier, tetapi tetap tidak terpikirkan itu nomor siapa. Pada akhirnya, dia tetap mengangkatnya.Begitu telepon tersambung, terdengar suara Imelda berkata, “Bu Lillia, apa kamu senggang? Aku mau mengajakmu ke kafe.”Pantas saja Lillia merasa nomor telepon ini familier. Sebelumnya, dia sudah memblokir nomor ini, tetapi akhirnya membatalkannya lagi karena merasa tidak perlu melakukan hal seperti itu.“Kalau ada yang mau kamu katakan, katakan saja melalui telepon. Cuacanya masih dingin dan aku malas keluar,” tolak Lillia dengan acuh tak acuh.“Kalau mau kerja sama LMOON dan Periwinkle berj