Setelah saling memperkenalkan diri, Emma menggandeng lengan Moonela dan berucap, "Warna rambutmu keren sekali.""Kamu juga bisa mengikuti gaya rambutku," ujar Moonela sambil tersenyum.Emma dan Moonela langsung menjadi akrab. Emma membawa Moonela dan Lillia masuk ke ruang privat. Lillia mengernyit saat melihat Liman dan Louis yang duduk di dalam ruang privat.Emma yang merasa canggung menjelaskan, "Lillia, tadi aku terlalu gembira saat melihatmu. Jadi, aku lupa bilang aku makan bersama Liman dan Kak Louis."Moonela tidak terkejut saat melihat Liman, tetapi dia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya saat melihat Louis. Liman berdiri dan menyapa dengan ramah, "Halo, Lillia."Louis juga berdiri, lalu menarik 2 kursi. Saat ini, Lillia tidak mungkin pergi lagi. Sekalipun hubungan mereka agak canggung, Lillia tetap harus menahannya. Lillia berkata, "Halo, kebetulan sekali kita bisa bertemu di sini.""Iya," sahut Liman yang duduk kembali. Ekspresinya tetap terlihat ramah.Emma yang berdiri
Emma dan Moonela sedang berbincang dengan asyik. Tiba-tiba, ponsel Emma berdering. Melihat manajer yang meneleponnya, Emma langsung berkata kepada Moonela, "Aku mau jawab panggilan telepon dulu."Emma keluar dari ruang privat, lalu menjawab panggilan telepon dengan kesal, "Ada apa? Apa susahnya mengusir orang? Beraninya kamu menggangguku makan!"Setelah mendengar laporan manajer, Emma berteriak, "Apa? Dia mau membongkar restoran? Biarkan saja. Setelah dia membongkar restoran, Keluarga Jaspal akan membayar kerugiannya! Sok hebat sekali dia! Kalau dia berani, bongkar saja restorannya!"Lillia samar-samar mendengar perkataan Emma di luar. Dia melihat Liman seraya bertanya, "Emma nggak apa-apa, 'kan? Kenapa restoran tiba-tiba dibongkar?"Liman yang kebingungan menyahut, "Aku nggak tahu. Nanti kamu tanya Emma saja."Louis tidak berbicara saat makan. Dia juga tidak membicarakan identitas Lillia, seolah-olah dia hanya datang untuk makan.Moonela juga tidak bodoh. Sekarang, kru Liman sangat me
Setelah menyuruh Hans untuk mengantar Moonela ke hotel, Claude menarik Lillia untuk berjalan-jalan."Kenapa kamu ke sini?" kata Lillia dengan nada yang membuat Claude sebal seperti biasanya.Claude mengernyitkan alisnya dan ekspresinya terlihat tidak senang. "Menurutmu, kenapa aku ke sini?""Kalau kamu ke sini karena hal aku adalah Lorraine, nggak perlu dibahas lagi." Lillia sama sekali tidak ingin membahas tentang hal ini. Sebenarnya, hari ini dia mengajak Moonela untuk berkeliling ibu kota juga karena tidak ingin memikirkan identitasnya yang sudah terungkap lagi. Dia tidak ingin Cluade bertanya mengapa dia menyembunyikan identitasnya."Bukan. Aku sudah bilang, aku mengkhawatirkanmu," kata Claude.Lillia terkejut. Dia menatap mata Claude dan bertanya, "Sepertinya kamu sudah tahu aku adalah Lorraine.""Nggak semua orang akan tertarik dengan identitasmu. Siapa pun kamu, nggak mengubah kenyataan bahwa kamu adalah istriku." Cara Claude merayu memang membuat orang terharu."Saat merayu Nik
Dari wajah Claude terlihat sedang merenungkan hal itu. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, "Saat ini, hal ini masih belum bisa dipastikan. Tapi, kalau Lillia adalah anggota Keluarga Jaspal, aku mengerti kenapa Keluarga Jaspal membantu Liman. Kamu selidiki lebih detail lagi hubungan antara Keluarga Jaspal dan Keluarga Widodo, makin detail makin bagus."Claude berpikir meskipun Keluarga Jaspal ingin mencari anggota keluarganya, harusnya bukan Liman yang bertindak juga. Oleh karena itu, dia menebak Liman pasti memiliki rencana yang lain, sehingga dia baik terhadap Lillia.Keesokan harinya, Lillia berencana untuk berkeliling ibu kota, lalu pergi ke Kota Joran. Namun, pagi-pagi, neneknya sudah meneleponnya."Di mana kamu sekarang?" kata Ohara dengan nada yang serius dan terdengar agak marah.Lillia segera berkata, "Sedang mengurus sesuatu di ibu kota ....""Kamu bisa pulang hari ini? Ada sesuatu yang ingin aku katakan kepadamu," kata Ohara dengan nada yang tiba-tiba menjadi lebih lemb
Saat melihat Priya tidak segan dengan Ohara, Lillia langsung berkata, "Nenekku juga nggak merasa kita sedang bermain-main. Bisakah bicara dengan baik-baik?""Kalau bicara baik-baik, kalian pasti berencana untuk menunda-nunda! Aku tahu kamu sedang mencari rumah, kamu ingin mengambil uang Keluarga Hutomo untuk membeli rumah bagus untuk nenekmu! Kalian berdua ini adalah parasit yang menempel ke Claude!" Priya juga tidak ingin segan dengan Lillia dan Ohara lagi."Menjual rumah itu salahku, nggak ada hubungannya dengan nenekku. Aku juga akan memberikan uangnya kepadamu, kamu nggak perlu bicara begitu kasar!" Lillia merasa dia tidak pernah memiliki niat buruk hanya karena Claude kaya. Dia hanya mengambil uang hasil penjualan rumah ini saja, tidak sebanding dengan uang yang Claude habiskan untuk Nikita. Namun, dia merasa akan lebih menghancurkan martabatnya jika mengatakan ini. Istri sah bahkan kalah dengan selingkuhan yang dipelihara Claude, martabat siapa yang tidak hancur jika hal ini ters
Saat menerima telepon dari Lillia, Claude mengira Lillia inisiatif mengakui kesalahannya. Begitu menjawab panggilan itu, dia berkata dengan nada malas, "Meskipun kamu sudah tahu bersalah, aku juga nggak akan langsung pulang."Mendengar perkataan itu, Lillia terdiam sejenak."Nenekmu datang ke rumahku, kamu pulanglah sebentar," kata Lillia dengan nada yang sangat dingin.Senyuman di wajah Claude langsung menghilang dan berkata dengan nada dingin, "Apa yang dikatakan nenekku di sana?""Kamu pulang dulu baru bahas lagi .... Nenek!" Setelah menjerit, Lillia langsung menutup teleponnya.Claude menggenggam ponselnya dan pikirannya langsung kosong. Dia tentu saja memahami kepribadian neneknya, tetapi mengapa dia harus pergi ke rumah Keluarga Sentana untuk mencari masalah dengan mereka?Lillia tidak menyangka neneknya yang baik-baik saja akan tiba-tiba pingsan. Priya juga terkejut melihat kejadian itu."Nenek!" Lillia memeluk Ohara yang terjatuh ke lantai dan segera menelepon ambulans."Setela
Claude berjalan ke samping Lillia dan duduk.Hans maju dan berkata kepada Moonela dengan tenang, "Biarkan mereka berdua berbicara sebentar."Moonela tidak mengatakan apa pun, langsung berbalik dan berjalan menuju tangga.Setelah mereka pergi, Claude baru menarik dasinya dan menjawab, "Aku ingin berbicara langsung dengan nenek. Kenapa dia berharap kita bercerai? Bukankah dia menyukaiku?""Maksudmu, dia menyukaimu, jadi dia harus memaafkan kata-kata nenekmu kepadanya? Apa kamu nggak merasa dirimu ini terlalu angkuh?" kata Lillia dengan mata yang memerah dan nada yang sangat marah hingga tangan dan seluruh tubuhnya pun gemetar."Bagaimanapun juga, dia pernah merawatku. Secara moral dan logika, aku harus melihatnya dan minta maaf padanya," kata Claude dengan nada yang muram.Lillia berpikir meskipun Claude tidak menyukainya, perlakuan Claude terhadap nenek memang cukup baik. Selain itu, nenek memang pantas menerima permintaan maaf, tetapi dia mengerti sekarang hal ini tidak bisa diselesaik
Claude sama sekali tidak ingin menjawab Emma.Louis menatap Claude dengan dingin sebentar, lalu ikut meninggalkan tempat itu.Emma yang tidak mendapat jawaban pun hanya bisa mendengus dan duduk di samping. Hari ini, dia akan menjaga di sini dan menunjukkan kepada Lillia bahwa dia adalah orang yang bisa dipercayai.Setelah Lillia dan Liman menunggu di lobi rumah sakit sebentar, Louis akhirnya datang."Kenapa kalian datang ke sini?" tanya Lillia dengan nada dingin setelah Louis mendekat."Kami mengkhawatirkanmu, jadi datang melihat," jawab Louis. Dia tidak pandai berbicara, sehingga tidak tahu bagaimana berkomunikasi dengan Lillia. Setiap kali berpikir Lillia mungkin adalah adiknya, dia menjadi makin cemas dan tidak tahu harus melakukan apa.Melihat Louis berbicara dengan cemas, Liman segera membantu Louis untuk menjawab, "Kami takut kamu sendirian saja akan ditindas. Kami sudah tahu nenekmu bisa dirawat di rumah sakit karena nenek Claude."Lillia menganggukkan kepalanya dan terlihat aga