Nada bicara Lillia sangat dingin, tetapi tatapannya sangat yakin. Namun, ketika baru saja ucapan itu dilontarkan, ponsel Claude telah berdering. Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat nama peneleponnya sekilas. Kemudian, Claude menerima panggilan itu sambil mengernyit, "Ada apa?"Entah apa yang dibicarakan oleh orang di ujung telepon, Claude hanya menanggapinya dengan singkat, "Aku akan ke sana sekarang."Setelah itu, dia langsung keluar dari kamar tanpa menoleh pada Lillia sama sekali. Lillia hanya mendengus tanpa mengatakan apa pun. Malam itu, Lillia tidak bisa tidur. Dia membereskan koper dan menandatangani surat perceraian, lalu meletakkannya di atas meja kopi di ruang tamu dengan beberapa lembar kartu. Setelah itu, barulah dia meninggalkan rumah pernikahannya dengan Claude.Moonela menyilangkan kakinya dan duduk dengan santai di kursi sopir. Melihat Lillia keluar sambil menenteng koper kecil, dia langsung terduduk dan memelototi Lillia dengan kaget. "Kamu nggak salah? Hanya ini ba
Lillia berusaha membangkitkan semangat. "Tunggu sebentar, aku akan segera ke sana." Setelah itu, dia buru-buru berdandan tipis untuk menutupi lingkaran hitam di bawah matanya. Setelah mengganti pakaian kerja dan memakai sepatu hak tingginya, Lillia langsung turun ke lantai bawah.Dari kejauhan, dia melihat dua sosok yang familier sedang duduk di sofa. Langkah kakinya langsung terhenti, senyuman di wajahnya juga langsung sirna. Lillia bahkan tidak sempat lagi kabur sekarang. Saat melihatnya, Claude mengerutkan alis dan langsung berdiri. Dia menarik lengan Lillia dan membentak, "Lillia! Berani sekali kamu membuntutiku sampai ke sini!"Lillia mengatupkan bibirnya dan mengernyit. Lantaran sudah mau bercerai, Lillia juga sudah malas menjelaskan lagi. Dia menyingkirkan tangan Claude, lalu tersenyum sopan, "Pak Claude, aku sedang bekerja. Mohon jaga sikapmu."Claude mengernyit dan menyindirnya dengan tak sabaran, "Kamu kekurangan uang sekali sampai harus menyajikan teh untuk tamu?"Lillia ter
Harga ini sudah cukup untuk membeli gaun rancangan desainer internasional. Jelas sekali harganya agak mahal, tetapi jika dinilai dari segi desain, gaun ini tidak kalah dari merek terkenal mana pun. Konon, gaun ini telah didesain sejak 3 tahun lalu. Namun sampai sekarang pun masih tetap terlihat menawan.Claude melirik Lillia sekilas. Dengan kedua tangan yang masih tetap di sakunya, dia berkata dengan santai, "Ambil saja, asalkan kamu suka." Setelah itu, dia menyerahkan kartu banknya kepada pelayan toko dan berkata, "Gesek saja, nggak ada kode sandinya."Nikita langsung memeluk Claude dengan kegirangan. "Claude, aku cinta sekali padamu!"Lillia mengalihkan pandangannya, hatinya merasa sangat frustrasi. Ternyata belasan miliar tidak berarti apa-apa bagi Claude. Selama Nikita menyukainya, Claude tidak akan ragu-ragu membelikannya. Lillia menganggukkan kepalanya, lalu memberi isyarat pada asisten itu untuk menyelesaikan transaksi.Asisten itu tidak berani mengambil kartu tersebut, dia meli
Claude memandang Lillia sambil merengut. Dia benar-benar tidak paham dengan apa yang ingin dilakukan Lillia. Bagaimana pekerjaannya yang rendahan dan selalu diperintah-perintah orang ini bisa dibandingkan dengan kehidupannya di Keluarga Hutomo?Claude tak kuasa menyindirnya, "Kalau nggak bisa merendahkan gengsi, jangan kerja di bidang pelayanan."Lillia merasa tersinggung mendengar hal ini. Kedua orang ini benar-benar pandai memutarbalikkan fakta. Sudut bibir Lillia berkedut sejenak, lalu berkata dengan tidak segan, "Boleh saja, kalau begitu aku akan menyuruh orang lain untuk melayanimu. Semoga saja kamu bisa berhasil mendapatkan kontak Lorraine agar bisa memberikan bisnis untuk kami."Begitu melontarkan perkataan itu, Lillia langsung menyuruh asistennya untuk masuk dan berpesan secara khusus, "Jangan sampai mengungkit identitasku." Setelah itu, Lillia kembali menambahkan dengan nada kejam, "Kalau dia tanya, bilang saja suami Lorraine baru meninggal, jadi dia nggak berniat untuk desain
Claude melihat surat cerai dan beberapa kartu di tangannya, hatinya menjadi gusar. Awalnya dia mengira Lillia hanya marah sesaat, tak disangka wanita itu ternyata berani melakukan hal seperti ini!"Kamu serius?" tanya Claude sambil menahan amarahnya.Lillia mengangkat alisnya dengan tak acuh, "Tentu saja serius. Setelah tanda tangan, kita cari waktu untuk mengurus berkasnya."Claude memandang istri yang berada di hadapannya ini dengan lekat-lekat. Dalam tiga tahun pernikahan ini, Lillia adalah Nyonya Hutomo yang sangat baik. Dia selalu bersikap patuh dan memperlakukan keluarga Claude dengan baik. Terlebih lagi, dia sangat baik terhadap Claude. Namun, kini wanita itu seolah-olah jadi orang yang berbeda.Melihat ekspresi Lillia yang mulai tidak sabaran dan nada bicaranya yang ketus, kelihatannya Lillia memang sudah tidak sabar ingin meninggalkannya. Claude merasa sakit hati. Dia menarik kembali pandangannya, lalu berjalan ke ruang tamu. Setelah itu, dia berkata, "Nggak usah cari waktu la
Ucapannya ini terdengar sedang memarahi Lillia. Jantung Lillia berdegup kencang mendengarnya. Pria itu punya waktu untuk menghadiri acara jumpa temu Nikita dan mencoba gaun pengantin, tapi malah tidak sabar menunggu 20 menit untuk mengurus prosedur perceraian dengannya? Padahal dia sudah berbaik hati merelakan posisinya kepada Nikita.Lillia menarik napas dalam-dalam, tiba-tiba dia mendengar suara ketukan pintu. Lillia langsung mengalihkan topiknya, "Claude, jangan-jangan kamu nggak pergi ke kantor catatan sipil sama sekali?"Claude mendengus. "Kamu pikir semua orang suka mengingkari janji sepertimu?"Namun, Lillia sangat yakin bahwa Claude tidak pergi ke sana. "Kalau begitu kamu fotokan pintu kantor catatan sipil untukku ...."Sebelum dia selesai bicara, Claude telah mematikan telepon itu. Lillia langsung melempar ponselnya dan memaki, "Cuih, pria berengsek!"Moonela membereskan baju yang baru digantinya, lalu ikut memaki, "Perbuatan berengsek apa lagi yang dia lakukan?"Lillia menjaw
"Berapa harga mobil ini?" Moonela melihat mobil sport yang tersangkut di belakang dari kaca spionnya, lalu bertanya dengan getir, "Apa kita sanggup membayar ganti ruginya?"Lillia membelalakkan matanya. "Kukira kamu sengaja menabraknya karena nggak suka melihat orang merebut tempat parkir.""Aku panik, tapi nggak bodoh!" Mengingat harus mengganti rugi, ekspresi Moonela tampak sangat buruk. Lillia menarik rem tangan di mobil itu, lalu membuka pintu mobil. "Coba aku lihat."Pemilik mobil sport itu juga turun dari mobil. Itu adalah seorang pria tampan setinggi 190 cm, dia mengenakan kacamata hitam dan hanya menampakkan setengah wajahnya. Hidungnya sangat mancung dan bibirnya berwarna merah segar. Dia menghentikan gerakan mengunyah permen karet saat melihat Lillia dan tersenyum. "Cantik, apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Kenapa kelihatannya kamu familier sekali?"Lillia juga merasa orang ini sangat familier. Saat berjalan mendekatinya, dia baru menyadari bahwa orang ini adalah sahabat
Moonela hanya tersenyum, lalu berjalan masuk ke lift. Setibanya di depan pintu kantor presdir, mereka mendengar suara yang acuh tak acuh dari dalam ruangan, "Lorraine sudah datang?"Lillia dan Moonela terkejut hingga mematung di depan pintu. Mereka saling bertukar pandang dengan Cedron yang berada di dalam ruangan. Moonela yang terlebih dulu bereaksi, "Halo Pak Cedron, aku Lorraine, sekaligus bos Studio LMOON, Moonela."Cedron menjabat tangan Moonela, tetapi tatapannya tetap jatuh pada Lillia. "Ini adalah ...."Moonela menjelaskan, "Ini adalah asistenku."Cedron hampir saja tertawa terbahak-bahak, dia menoleh ke arah samping sambil mengejek, "Kak Claude, kamu sudah mau bangkrut ya?"Mengikuti arah pandangannya, Lilla melihat sebuah sosok yang familier sedang duduk di sofa sambil membelakangi mereka. Meski hanya dilihat dari belakang, Lillia tetap bisa mengenali bahwa orang itu adalah Claude. Lillia tak kuasa mengerucutkan bibirnya. Memang benar kata orang, musuh bebuyutan selalu saja b
Claude menatap Lillia dan berkata, “Kalau mereka datang mencari masalah lagi, teleponlah aku. Untung saja hari ini asistenmu juga sedang lembur dan meneleponku tepat waktu. Kalau nggak, aku nggak tahu akan sekacau apa tempat ini sekarang.”Bagaimanapun juga, Edward benar-benar akan menghancurkan Perusahaan LMOON.Lillia menggigit bibirnya tanpa mengatakan apa-apa. Malam ini, dia memang merasa marah. Namun, dia sebenarnya juga merasakan kesedihan yang tidak dapat dimengerti.“Kamu pulang saja dulu. Aku mau istirahat,” kata Lillia dengan nada yang agak dingin.Claude meliriknya, lalu bertanya, “Kamu sedih?”“Nggak,” jawab Lillia dengan ekspresi cemberut.“Kalau begitu, istirahatlah yang baik. Ingat, kalau mereka datang untuk mempersulitmu lagi, kamu harus meneleponku,” hibur Claude dengan nada lembut.Claude tahu dari mana datangnya kesedihan Lillia. Bagaimanapun juga, Edward dan Imelda adalah orang tua kandung Lillia. Namun, mereka malah datang untuk menindas Lillia. Mana mungkin Lillia
Ohara memegang sapunya erat-erat, lalu memelototi Edward dan Imelda sambil berseru, “Suatu hari nanti, kalian pasti akan menyesal!”Edward hanya mendengus. Dia mengira Ohara sedang berbicara tentang opini publik. Dia pun menjawab dengan tampang mengejek, “Aku nggak akan menyesal. Biarpun Kelly berbuat salah, kami akan tetap mendukungnya!”Imelda menatap Lillia dan berkata, “Kamu memang berbakat, tapi karaktermu malah begitu buruk. Kelly sudah berulang kali menyanjungmu, tapi kamu bukan hanya nggak menanggapinya, malah bekerja sama dengan Claude untuk mempermalukannya. Sebenarnya, kamu sudah tahu dari awal kalau kamu tetap nggak akan kalah meski Claude menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal, ‘kan?”“Kamu tahu Claude menyukaimu, makanya kamu bisa membiarkannya tunangan sama Kelly dengan tenang. Selain bisa menyelesaikan krisis LMOON, kamu juga bisa menertawakan Kelly!”Lillia sama sekali tidak ingin menjelaskan apa-apa. Saat ini, pipinya sudah bengkak. Sangat jelas bahwa
Begitu pulang ke Kediaman Jaspal, Kelly langsung tidak berhenti menangis di ruang tamu.Edward oun buru-buru turun ke lantai bawah. Setelah melihat tampang Kelly yang begitu sedih, dia segera bertanya, “Sayang, ada apa?”“Mantan istrinya Claude itu Lillia. Apa kalian tahu, tapi nggak memberitahuku?” tanya Kelly pada Edward dengan berlinang air mata.Edward duduk di sisi Kelly dan hendak menjawab. Namun, begitu melihat pipi Kelly yang merah dan bengkak, dia segera bertanya, “Siapa yang memukulmu?”Kelly menjawab sambil menangis, “Lillia melihat aku dan Claude makan di restoran, lalu juga sengaja membawa beberapa pria makan di sana dan menggoda mereka untuk membuat Claude marah. Waktu aku berdebat dengan Lillia, Claude menamparku deminya.”Seusai berbicara, Kelly menangis makin kencang.Edward pun berdiri dengan marah, lalu segera mencari ponselnya dan hendak menelepon Claude untuk memakinya. Begitu melihat Kelly yang menangis tersedu-sedu, Imelda yang baru turun juga buru-buru memelukny
Lillia juga melihat Claude dan Kelly meninggalkan restoran. Setelah para bos itu selesai makan, Lillia pun memanggilkan mobil untuk mengantar mereka kembali ke hotel sebelum masuk ke mobilnya sendiri. Hanya saja, sebelum mobilnya sempat keluar dari tempat parkir, mobil Claude pun memblokir jalannya.Claude duduk di dalam mobil dan menatap Lillia dengan ekspresi tidak senang. Sementara itu, Lillia mengerutkan kening, tetapi tidak mengatakan apa-apa.Setelah saling bertatapan dari dalam mobil untuk sesaat, Claude baru turun dari mobil. Pada akhirnya, Lillia mau tak mau turun dari mobil setelah Claude mengetuk kaca jendelanya 3 kali.“Ada apa?” tanya Lillia dengan kening berkerut.“Aku nggak langsung memberitahumu aku sudah kembali ke ibu kota karena Hans bilang kamu sedang rapat. Makanya, aku pergi ke Kediaman Jaspal dulu,” jelas Claude dengan sikap mendominasi. Dia juga memerangkapi Lillia di antara tubuhnya dengan mobil.Lillia menjawab dengan ekspresi datar, “Pak Claude, kenapa kamu h
Edward pun menjawab dengan tidak senang, “Aku tahu kamu sama sekali nggak menyukai Kelly.”Claude hanya tersenyum dan tidak menjawab.Begitu mendengar percakapan mereka, Imelda juga merasa sangat sedih.“Aku pada dasarnya memang nggak bersedia menikahinya, tapi dia sendiri yang memaksa. Aku ini orang yang selalu memegang janjiku. Berhubung kalian sudah melepaskan Perusahaan LMOON, aku akan memenuhi janjiku dengan menyetujui perjanjian pernikahan dengan Keluarga Jaspal,” jawab Claude dengan ekspresi acuh tak acuh.Edward tidak lagi berbicara. Dia bangkit dari tempat duduk dan mengisyaratkan Imelda untuk naik ke lantai atas bersamanya.Malam ini, Lillia mengajak beberapa bos besar ke Xennington. Baru saja mereka semua duduk, dia langsung melihat Kelly dan Claude berjalan masuk ke restoran. Dia pun merasa agak terkejut karena tidak tahu bahwa Claude telah kembali ke ibu kota ....Namun, setelah teringat kembali ucapan Claude sebelumnya, Lillia pun tidak memikirkannya lagi. Claude pernah m
“Apa kamu masih marah sama Kelly? Hari ini, aku sudah menegurnya sebelum datang. Pokoknya, aku akan selalu berpihak padamu. Percayalah padaku,” ujar Louis dengan nada yang terdengar sangat memelas.Moonela menjawab, “Aku nggak marah, cuma ingin jalan-jalan sendiri!”“Tapi, tetanggamu bilang kakimu cedera dan dia juga sempat menggantikanmu untuk lapor polisi. Kalau kakimu cedera, kenapa kamu masih bisa berkeluyuran?” tanya Louis dengan sengaja.Kali ini, Moonela tidak bisa menjawab dengan begitu cepat. Setelah terdiam sejenak, dia baru berkata, “Cedera kakiku nggak parah, kok .... Kamu pergi ke rumahku?”“Emm, aku rindu banget sama kamu. Aku datang mencarimu, tapi kamu nggak menyahut. Jadi, aku tanya ke tetanggamu,” jawab Louis dengan nada lembut.“Aku lagi nggak ada di rumah. Jangan mencariku lagi! Aku sedang jalan-jalan di luar. Kalau suasana hatiku sudah baikan, aku akan meneleponmu,” jawab Moonela. Intinya, dia menolak untuk bertemu dengan Louis.Louis pun merasa agak marah dan berk
Selama adiknya hilang, Louis selalu berharap dia bisa segera pulang ke rumah. Sekarang, adiknya memang sudah kembali. Selain itu, dia juga merasa dirinya bersikap sangat baik terhadap Kelly dan selalu menuruti permintaannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Louis merasa Kelly menjadi makin menyebalkan. Dia bukan hanya suka melakukan trik kotor secara diam-diam, juga sering memicu perselisihan di hadapan orang tuanya. Dia juga berkata dirinya menyukai Lillia, tetapi malah selalu berlagak seperti korban dan mengatakan Lillia sering menindasnya.Kelly tidak menyangka Louis akan menggunakan nada bicara seperti ini untuk berbicara dengannya. Dia pun terisak, lalu bertanya dengan suara gemetar, “Kak, apa kamu sudah bosan denganku? Setelah memiliki orang yang disukai, Kakak jadi membenciku?”Louis menjawab dengan dingin, “Aku juga punya urusanku sendiri. Kamu nggak perlu menggunakan alasan Moonela memukulmu untuk mengikatku. Lagian, aku juga sudah bosan harus menemanimu jalan-jalan s
Di hari ketiga Moonela hilang, Claude masih belum menemukan informasi apa-apa. Saat ini, dia sedang duduk di kantor dan memikirkan bagaimana cara bawahan Kelly memindahkan Moonela. Dia sudah menyelidiki semua CCTV, tetapi tidak menemukan ada yang aneh. Dia hampir tidak pernah bertemu kesulitan seperti ini. Setelah berpikir lama, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan segera menelepon Nelson.“Coba cari kesempatan untuk pergi ke rumah Moonela lagi, lalu periksalah seluruh rumahnya dengan teliti. Aku curiga dia masih berada di dalam rumah,” perintah Claude dengan nada dingin.“Aku rasa Louis yang paling cocok untuk melakukan hal ini,” jawab Nelson. Untuk mengurangi risiko, hanya Louis seorang yang paling cocok untuk melakukan hal ini. Claude pun terdiam sejenak, lalu memutuskan sambungan telepon. Dia sudah secara tidak langsung menyetujui usul Nelson.Tidak lama kemudian, Lillia menerima telepon dari Claude. Baru saja dia menekan tombol menerima panggilan, terdengar Claude yang bertanya, “A
Melihat Moonela yang membagikan foto avatar virtual yang dibuatnya kepadanya setiap hari, Lillia merasa Moonela juga lumayan suka bermain permainan ini. Namun, begitu teringat cedera kaki Moonela, dia mau tak mau mulai merasa khawatir lagi. Dia sedang mempertimbangkan apakah dirinya harus menelepon Moonela untuk menanyakan keadaannya atau tidak.Tepat pada saat ini, Moonela malah meneleponnya terlebih dahulu. Lillia pun segera menjawabnya.“Lillia, aku lagi di ibu kota, nih! Apa kamu lagi senggang? Aku kangen sama kamu,” tanya Moonela dengan gembira.Lillia melihat jadwalnya, lalu menjawab, “Kamu datang ke perusahaan saja, ya? Akhir-akhir ini, aku sibuk banget dan hanya bisa menemuimu di kantor.”Lillia dan Moonela pada dasarnya selalu bersikap jujur pada satu sama lain. Saat ini, ada setumpuk pesanan yang harus ditangani dan rapat tiada akhir yang harus dihadiri Lillia setiap hari. Jadi, dia tidak bisa meluangkan waktu untuk menemui Moonela di luar.“Ya sudah deh. Kamu harus lebih per