Claude tertidur tidak lama setelah berbaring di kursi santai.Ohara keluar dari dalam kamar sembari membawa selimut untuk menyelimuti Claude. Ketika melihat kesedihan di wajah pria ini, Ohara menghela napas pelan. Entah masalah apa yang terjadi di antara Claude dan Lillia.Ohara kembali ke dapur untuk mengambil pangsit. Kemudian, dia menghubungi Lillia melalui panggilan video. Tidak butuh waktu lama bagi Lillia untuk menjawab panggilan neneknya. Ohara memandang Lillia dengan penuh kasih sayang, lalu bertanya, "Gimana pekerjaanmu akhir-akhir ini?"Menurut Lillia, Ohara tiba-tiba menghubunginya pasti karena masalah Claude. Lillia menggigit bibirnya, lalu menimpali, "Lumayan baik. Ada apa?""Kamu sudah lama nggak pulang, jadi aku merindukanmu. Claude khawatir aku sendirian saat tahun baru hari pertama sampai hari ketiga. Dia datang kemari untuk menemaniku merayakan tahun baru," balas Ohara dengan pelan.Ohara duduk di dapur seraya melirik Claude yang sedang istirahat di ruang tamu. Dia sa
"Aku nggak pernah menyukainya," sanggah Claude.Lillia menatap mata Claude, lalu senyumannya menjadi sedikit kecut. Katanya, "Aku pernah tanya padamu sebelumnya, kenapa gaun pengantin itu berharga 18,7 miliar. Kamu bilang nggak tahu. Itu adalah tanggal kita mengambil akta nikah. Itu adalah gaun pengantin pernah kuceritakan. Karena Nikita menyukainya, kamu menyuruh studio untuk menjualnya padanya."Claude tampak sangat terkejut.Lillia mengalihkan pandangan dan menelan ludah. Kemudian, dia melanjutkan, "Detik ketika gaun pengantin itu terjual, aku melepaskan masa lalu dan menyambut kehidupan baruku.""Kenapa kamu nggak memberitahuku?" tanya Claude dengan nada tercekat.Lillia mengulum senyum sinis dan membalas, "Apa menurutmu itu ada artinya? Pernikahan adalah masalah kedua pasangan, bukan masalah pengantin wanita atau pria seorang."Claude tidak pernah menyangka bahwa keretakan dalam pernikahan mereka diam-diam telah menjadi begitu besar."Kamu nggak pernah memedulikanku, jadi kamu ngg
Setelah Nikita tahu bahwa Claude membawa pergi gaun pengantin rancangan Studio LMOON, dia bergegas pulang dari lokasi syuting dengan hati kesal.Melihat raut marah Nikita, pelayan buru-buru berkata, "Pak Claude bilang Nona boleh membeli gaun pengantin lain seharga 20 miliar.""Kenapa kamu nggak tanya alasan dia membawa pergi gaun pengantin itu?" hardik Nikita dengan tampang yang sangat masam. Dia sangat marah hingga matanya seakan-akan bisa menyemburkan api."Saya nggak berani membantah Pak Claude," sahut pelayan itu sambil menundukkan kepala.Nikita mendorong pelayan itu dengan kasar, lalu segera masuk ke ruang ganti. Matanya memerah saat melihat gaun pengantin indahnya sudah hilang dari dalam lemari. Dia sangat menyukai gaun itu. Mengapa Claude mengambilnya kembali? Nikita duduk di ruang ganti dan melempar tasnya dengan frustrasi. Matanya yang berkaca-kaca mengerjap pelan. Apa ini karena istri Claude?Setelah lebih tenang, Nikita mengambil ponselnya dari dalam tas. Di ruang ganti yan
Claude mengangkat alisnya dan berkata, "Kalau ada yang mau kamu katakan, langsung saja."Hans menyilangkan tangannya di depan dada, lalu menjawab dengan hati-hati, "Apa kamu nggak merasa situasi ini justru membuat kalian seperti pasangan betulan?"Ucapan Hans ini seketika meredakan amarah Claude. Dia berusaha keras menahan senyumnya saat dia bertanya, "Kenapa kamu berpikir begitu?""Dia seperti mencari-cari alasan untuk bertengkar denganmu, 'kan?" tanya Hans lagi."Lanjutkan," pinta Claude sebelum merenungkan pertanyaan Hans."Hanya pasangan suami dan istri yang memiliki hubungan dekat yang akan bertengkar satu sama lain tanpa ragu. Dulu, Bu Lillia nggak pernah bertengkar denganmu. Itu mungkin karena dia merasa sedikit segan padamu," ujar Hans."Ya, ucapanmu masuk akal. Dulu, dia selalu menurut padaku. Kalaupun diganggu dan merasa sedih, dia nggak pernah bilang apa-apa," gumam Claude tanpa sadar. Sebelum ini, dia memang selalu merasa Lillia adalah istri yang sangat patuh.Claude mengam
Claude menyahut, "Aku akan memberi Nikita kompensasi."Kakak Nikita menyindir, "Claude, apa sifatmu memang seperti itu? Kamu sama sekali nggak paham gimana rasanya saat barang yang kamu sukai diganti dengan barang yang kamu benci. Kamu hanya mementingkan perasaanmu sendiri dan nggak memedulikan orang lain sedikit pun.""Jadi, apa sifat Nikita memang seperti itu?" tanya Claude."Apa maksudmu?" ucap kakak Nikita yang merasa kesal.Claude menimpali, "Seharusnya kamu paham maksudku. Nikita membuat masalah di acara, kenapa sampai sekarang dia nggak mau minta maaf?"Kakak Nikita menyahut, "Memangnya itu kesalahan Nikita? Jelas-jelas kamu tahu adikku menyukaimu, tapi kamu malah sengaja bermesraan dengan wanita lain di acara. Seharusnya kamu juga lihat unggahannya di Instagram. Kamu memang sengaja mempermalukannya."Claude bersandar di kursi sembari berkomentar, "Aku nggak bilang Nikita boleh menunjukkan kemesraan denganku."Kakak Nikita menegur, "Jadi, apa kamu nggak memedulikan perasaan adik
Lillia duduk di dalam studio. Tak lama kemudian, dia melihat pria itu pergi. Awalnya, Lillia berniat untuk menelepon polisi. Namun, dia terus memperhatikan keadaan di luar. Setelah memastikan bahwa pria itu sudah pergi, Lillia baru merasa lega.Meskipun begitu, Lillia juga tidak berani pulang ke penginapan. Bagaimana kalau pria itu menculiknya di tempat penginapan? Lillia tidak tahu tujuan pria itu. Masalahnya, studio sulam hampir ditutup sehingga Lillia tidak mungkin terus menunggu di dalam studio.Lillia mengeluarkan ponsel dan menelepon polisi. Dia menceritakan kondisinya kepada polisi, lalu menunggu kedatangan polisi di depan pintu studio."Sebaiknya kamu buat kontak darurat. Dengan begitu, kamu bisa menghubungi keluarga atau temanmu dengan cepat kalau terjadi sesuatu," pesan polisi yang mengantar Lillia pulang.Lillia mengiakannya, lalu memasukkan nomor telepon Moonela sebagai kontak darurat. Polisi melanjutkan, "Aku akan mengabarimu kalau masalah ini sudah ada perkembangan."Lill
Claude berjalan menuju sofa dan duduk. Dia melihat ke arah Lillia yang berdiri di sampingnya sambil berkata, "Malam ini, aku akan menginap di sini. Besok pagi, aku bakal pergi ke kantor polisi. Sebelum masalah ini terpecahkan, kamu harus berhati-hati.""Siapa sebenarnya orang itu?" tanya Lillia. Dia melirik Claude dengan tatapan yang dingin.Claude menggenggam tangannya, lalu memijatnya dengan lembut sembari menjawab, "Seorang kenalan lama, tapi aku nggak bisa memberitahumu."Mendengar ini, Lillia tampak mengernyit. Dia menatap pria itu dengan tajam, lalu berkata, "Oke, aku nggak akan tanya tentang ini. Kalau gitu, apa begitu sulit untuk melacak dokter yang waktu itu?"Lillia masih bisa mengerti jika Moonela tidak dapat menemukan informasi. Sebab, sahabatnya itu tidak memiliki relasi yang luas dan memang tidak sehebat itu."Sulit sekali. Nggak ada jejak yang ditinggalkan oleh orang itu," jawab Claude dengan jujur. Dia terus mencari tahu masalah ini, tetapi memang sangat sulit. Meskipun
Hans pernah memberi tahu bahwa ini adalah cara Lillia mendekatinya. Tentu saja, Claude tidak akan memberi tahu wanita itu agar dia tidak menjaga jarak dengan berhenti beradu mulut dengannya.Saat sarapan, tiba-tiba Claude berkata, "Nanti, aku akan pergi ke kantor polisi. Kalau nggak ada masalah, aku akan langsung pulang setelahnya."Lillia mengiakan dan hanya fokus pada makanannya. Sementara itu, Claude mengulurkan tangan untuk mengusap kepala wanita itu. Lillia menoleh, lalu bertanya dengan mulutnya yang masih penuh dengan pangsit, "Ada apa?""Apa aku nggak boleh sentuh kepala istriku?" tanya Claude dengan nada yang terdengar agak kesal."Siapa istrimu?" Usai berkata demikian, Lillia pun berbalik. Baru setelah itu, dia menyadari bahwa Claude sebenarnya tidak benar-benar marah. Pria itu bahkan tersenyum ketika melihatnya.Lillia terlihat mengernyit. Dia merasa bahwa pria ini sepertinya sudah berubah. Dahulu, Claude pasti akan marah ketika Lillia begitu keras kepala. Dia pun menganalisi