Beranda / Romansa / Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat / Bab 4 Orang Lain tidak Boleh Tahu

Share

Bab 4 Orang Lain tidak Boleh Tahu

Penulis: Tusya Ryma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-26 21:32:18

Di sore hari, kondisi Danisha sudah membaik, demamnya pun sudah turun dan kepalanya tidak pusing. Ia tidak diinfus lagi karena kondisinya benar-benar sudah baik. Hanya memar di tubuh dan sedikit bengkak di tangan, itu tidak masalah. Danisha masih bisa beraktifitas seperti biasa.

"Nona! Ini pakaian untuk Anda! Mandi dan pakailah! Pak Lucas menunggu Anda di bawah!" ucap kepala pelayan yang bernama Lunie.

Tadi, setelah tuannya pulang kerja, Lunie menceritakan kondisi dan keadaan Danisha pada pria single yang sudah berusia tiga puluh lima tahun—namun belum menikah. Tuannya yang sangat kaya itu langsung memberikan pakaian yang dibawanya dari luar, lalu meminta Lunie untuk memberikannya pada Danisha dan memanggil wanita yang terpaut usia 9 tahun lebih muda darinya itu untuk turun ke bawah. Tapi bukan untuk menemui sang pemilik rumah, melainkan Lucas—asisten pribadinya—mewakilinya untuk berbicara dengan Danisha.

"Oh, ya! Terima kasih!" balas Danish sambil mengambil pakaian itu dari tangan Lunie, lalu pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Setelah selesai, ia segera memakai pakaian bagus dari merek terkenal yang sudah lengkap dengan pakaian dalam, lalu turun ke bawah sesuai arahan dari kepala pelayan.

Di ruang keluarga yang nampak luas dengan lampu minimalis besar yang tergantung di atas meja, juga sofa sudut yang besar berwarna krem, duduk seorang pria yang sudah berusia 40 tahu. Dia mewakili tuannya berbicara pada Danisha. Di tangannya ada ponsel lipat besar yang sedang dipegangnya dan dia mengirim pesan pada seseorang.

"Pak!" panggil Lunie pada Lucas.

Lucas yang sedari tadi duduk di sofa pun segera menoleh. Ia melihat Lunie dan Danisha silih berganti. Lalu menyuruhnya untuk ke depan.

"Silahkan duduk!"

"Ini Pak Lucas, asisten pribadi Tuan Muda Wihaldy! Silahkan, Nona!" Lunie memperkenalkannya pada Danisha.

Setelah itu dia membantu Danisha duduk di depan Lucas, lalu kembali ke belakang setelah selesai.

Di ruangan yang dingin, yang hanya ada mereka berdua, Danisha tersenyum, lalu menunduk sambil memainkan jari jemarinya di atas paha.

Ia berkata dengan pelan, "Terima kasih, Pak! Semalam Anda sudah menolong saya! Selain itu, Anda pun mengobati saya sampai saya sembuh. Kebaikan Anda dan orang-orang yang ada di rumah ini, selamanya saya tidak akan melupakannya. Suatu hari nanti, jika Anda membutuhkan bantuan, saya akan siap membantu semaksimal mungkin!"

Danisha mengatakannya dengan tulus.

"Em! Syukurlah kalau Anda sudah sehat! Semalam yang menolong Anda bukan saya, tapi Tuan. Sekarang dia sedang pergi ke luar, ada pertemuan dengan klien. Saya mewakili beliau ingin berbicara langsung dengan Anda. Semalam Tuan menolong Anda di jalan. Tapi yang menabrak Anda bukan Tuan. Dia hanya—"

"Ah, tidak Pak! Sepertinya kalian salah paham. "Saya bukan korban tabrak lari. Melainkan ...." Danisha tersenyum kecil.

Tidak ingin mereka salah paham, tapi juga sangat menyakitkan jika harus diceritakan kepada orang lain.

"Karena tuan Anda yang menolong saya, saya pun tidak ingin kalian salah paham, jadi, saya akan berkata terus terang. Sebenarnya ... tadi malam itu saya habis dipukuli orang. Tapi itu tidak masalah. Sekarang saya sudah baik-baik saja. Saya sangat berterimakasih karena tuan anda sudah menolong saya!" jelas Danisha masih dengan menunduk.

Jika tidak dijelaskan, mereka akan mengira kalau dirinya merupakan korban tabrak lagi. Danisha tidak ingin tuan itu merasa terancam, dan Danisha pun tidak ingin pria itu dituduh sebagai orang yang menabraknya semalam.

"Hah? Di–dianiaya?" Lucas pun terkejut.

Pikirnya semalam tuannya menolong wanita yang tertabrak mobil, tapi ternyata wanita itu korban penganiayaan.

Lucas pun menyarankan, "Sebaiknya Anda lapor polisi. Biar orang itu hukuman!"

"Hehe! Tidak apa-apa! Saya bisa menyelesaikannya sendiri!" Danisha masih tersenyum. Namun kali ini air matanya tidak bisa berhenti untuk menetes.

Dengan cepat ia menyekanya dengan pakaian agar orang yang ada di depannya tidak salah paham.

"O, baiklah!" Lucas pun jadi serba salah.

"Berapa nomor telepon suami Anda? Saya akan segera menghubunginya, meminta dia untuk menjemput Anda di sini," ucap Lucas sambil membuka kembali ponselnya. Bersiap menghubungi suami wanita yang ada di depannya.

"Berapa nomornya?" tanya Lucas lagi karena Danisha tidak menjawab.

Wanita itu hanya terdiam sambil melamun.

"Nona?"

"Oh, ya!" Danisha segera tersadar. Ia pun menjawab, "83820xxxxxx. I-itu nomor mantan, eh, nomor suami saya!"

Akhirnya Danisha mengatakannya. Ia tidak ingin menyulitkan orang yang telah menyelamatkan nyawanya.

Kalau sampai orang lain tahu, Danisha yang sudah menikah pergi ke rumah pria lain dan menginap, mungkin pria ini akan disalahkan oleh semua orang. Untuk mencegah hal itu terjadi, lebih baik kalau sekarang Danisha menghubungi Bian, membiarkan suami jahatnya itu untuk menjemputnya di rumah orang kaya itu.

Benar saja, Lucas langsung menghubungi nomor tersebut. Ia bilang, dirinya menolong Danisha yang habis dianiaya orang semalam. Lucas pun meminta maaf karena baru menghubunginya sekarang setelah keadaan Danisha membaik. Setelah itu, ia menyuruh Bian untuk menjemput istrinya di rumah.

"Oke!"

Klik!

Sambung telepon pun ditutup.

"Satu jaman lagi suami Anda akan datang menjemput. Bersiaplah!" ucap Lucas setelah menutup teleponnya.

Danisha yang ada di depannya hanya tersenyum sambil mengangguk. Hatinya sungguh berat, membayangkan jika 1 jam lagi dia akan bertemu dengan suami jahat yang semalam menyiksanya. Ingin berkata tidak pun, itu tidak bisa. Permasalahan rumah tangganya, orang lain tidak boleh tahu. Apalagi ini orang asing yang belum pernah bertemu sebelumnya. Mereka tidak boleh tahu apa yang terjadi pada pernikahannya.

Bab terkait

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 5 Janda di Malam Pertama

    Jam 6 sore, langit sudah mulai gelap. Bian datang ke rumah itu dan memarkirkan mobilnya di halaman yang sangat indah dan luas. Dari pintu utama yang tinggi dan besar, Danisha berjalan ditemani kepala pelayan menghampiri Bian. Ketika mereka bertatap muka, Bian terdiam, melihat di kening dan tangan Danisha ada plester besar yang menutupi luka-lukanya. Pakaian dan sepatu yang dipakai Danisha pun nampak mahal, padahal semalam istirnya kabur tanpa mengganti pakaian. "Dari mana saja kau, semalaman tidak pulang? Bahkan kau merusak semua tanaman yang ada di belakang rumah!" Bukannya disambut dengan baik oleh orang yang menjemputnya, Danisha malah dipelototi. Kepala pelayan yang mengantarnya pun sampai terheran-heran dengan sikap kasar Bian. "Terima kasih, Bu! Saya tidak akan melupakan semua kebaikan kalian!" Danisha tidak langsung menjawab pertanyaan Bian. Ia malah berpamitan pada kepala pelayan, lalu berterima kasih lagi untuk kesekian kalinya sebelum dirinya benar-benar pergi. "Iya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 6 Saya Bukan Suami Anda

    Pria di depannya ini benar-benar sudah gila. Tadi, Bian menjemput Danisha di rumah orang lain layaknya suami yang baik. Tapi sekarang, dia menurunkannya seperti akan menurunkan seekor domba dari mobilnya, sangat kasar dan arogan. Tanpa membuang waktunya lagi, Danisha pun segera membuka sabuk pengamannya, keluar dari mobil, lalu membuka bagasi belakang sesuai arahan dari Bian. Melihat ada koper hitam yang memang miliknya, Danisha langsung mengangkatnya, lalu menurunkannya ke tanah. Setelah itu, Bian benar-benar pergi. Dia mengunjak gasnya dengan kuat seperti akan menerbangkan mobil dua baris itu ke langit. Melihat mobil dan orangnya sudah pergi, Danisha pun terdiam. Ia membeku di pinggir jalan yang gelap dengan tinju yang terkepal erat di dalam pakaian. Ia pun tidak menyadari, orang yang menolongnya semalam mengikutinya dari belakang. Dan sekarang dia sedang memperhatikannya dari jarak yang tidak terlalu jauh. "Ah, sudahlah! Lebih baik seperti ini. Dia pergi aku pun pergi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 7 Dasar Bodoh

    "Hah?" Wihaldy mengerutkan kening. Wanita disampingnya bertanya, apa dia akan menculiknya? "Nona! Saya bukan penculik! Kalau diculik pun, Anda sudah saya ikat di belakang!" "Lalu ... kenapa kau membawaku dari bar? Di sana masih ada temanku, loh! Bukankah kita tidak saling mengenal?" tanya Danisha dengan mulut yang dikerucutkan ke depan. Matanya setengah menyipit, menatap pria di sampingnya sambil mencondongkan tubuhnya ke arah pengemudi. Sedikit lagi mereka akan bersentuhan. Orang mabuk memang sangat bodoh. Sudah tahu mereka tidak saling mengenal, tapi Danisha terus saja mendekatinya. "Nona!" panggil Wihaldy sambil menoleh ke samping. Seketika ia beradu pandang dengan mata indah nan cantik dengan wajah imut Danisha dari jarak yang sangat dekat. Detik berikutnya, Wihaldy segera menarik pandangannya kembali. Dengan pelan berkata, "Tadi ada mantan suami Anda di bar!" "Hah, mantan suami? Siapa? Bian maksdumu?" tanya Danisha dengan malas. Ia pun menarik tubuhnya kembali, duduk di k

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 8 Kau Mabuk, tapi Malah Menciumnya

    Di pinggir jalan yang sepi, hawa panas memenuhi seisi mobil dengan uap yang menutupi kaca. Danisha yang sudah tak berdaya di bawah tubuh seorang pria pun tiba-tiba menghentikan ciuman pria itu. "Sekarang kita ada di jalan! Aku tidak ingin seseorang melihatku seperti ini!" Danisha jadi trauma. Ia tidak ingin seseorang memotret dirinya, lalu fotonya disebar luaskan seperti yang Bian terima kemarin. "Apa kita pindah saja?" tanya Wihaldy yang di hatinya sangat enggan untuk berhenti. Sudah bermain sejauh ini, kalau tiba-tiba berhenti rasanya tidak enak. Tidak ada cara lain, permainan sudah sangat panas, pakaian bagian atas pun sudah sama-sama dilepas, mereka harus pindah tempat untuk melanjutkan, atau menyudahinya sekarang juga sebelum orang lain memergoki. "Enh" Danisha mengangguk dengan napas yang terengah. Padahal awalnya Danisha hanya ingin berterima kasih karena pria itu sangat baik padanya. Tapi respon dari Wihaldy di luar dugaan. Pria itu malah merespon dengan serius ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-14
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 9 Gosip Perceraian

    Di jam makan siang, Danisha yang saat ini masih diberi cuti selama satu minggu, duduk bersama Stefia—yang sedang istirahat—di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor tempat kerja mereka. Sebelumnya, Danisha sudah menghubungi Stefia melalui telepon yang ada di kamar, meminta teman baiknya itu untuk datang ke kamar hotel sambil membawa sweater besar, juga tas dan dompetnya yang semalam tertinggal di bar. "Sebenarnya semalam kau pergi dengan siapa? Katanya ke toilet, tapi malah menghilang. Pria yang duduk di depan kita bilang, kau pergi bersama temannya. Semua tagihan kita dibayar oleh orang yang bersamamu. Sha, sebenarnya mereka itu siapa?" tanya Stefia dengan heran. Di depannya, Danisha yang masih mengenakan pakaian yang kemarin, namun sekarang sudah memakai sweater, terdiam sambil mengaduk minumannya menggunakan sedotan. Padahal dirinya ingin melupakan kejadian semalam, tapi teman baiknya ini malah membahasnya. "Serius, Sha! Yang duduk di depan kita itu benar temanmu atau buk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 10 Bersama Teman Priamu

    Di sebuah restoran yang tidak jauh dari tempat kerja Danisha, Bian duduk sendiri sambil menyesap minuman yang baru dipesannya. Danisha yang baru masuk terdiam sejenak, lalu menarik napas, menegakan punggung sebelum berjalan menghampiri meja itu. "Ehem...." Danisha berdehem. Lalu duduk di depan Bian dengan perasaan yang sudah tidak karuan. Sudah 2 bulan mereka tidak bertemu, tapi rasa sakit karena tuduhan dan perbuatan kasar Bian pada Danisha masih terasa. Perasaannya masih sangat hancur dan hatinya rasa teriris. Inginnya ia tidak bertemu dengan Bian seumur hidupnya, inginnya mereka berpura-pura tidak saling mengenal dan tidak saling berbicara. Namun sepertinya itu tidak mungkin. Akan selalu ada alasan yang membuat mereka saling berkomunikasi. "Duduklah!" ucap Bian acuh tak acuh. Danisha pun segera duduk di depannya. Setelah itu Bian memanggil pelayan untuk memesan makanan. Sambil menunggu makanan disajikan, terlebih dulu Bian berbicara. "Kuharap kau tidak lupa dengan apar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 11 Yang Tahu Hanyalah Aku

    "Apa? Kau me-melihatnya sendiri?" tanya Bian dengan heran. Kalau tadi Danisha bilang melihat Bian dan Rachel dengan mata dan kepalanya sendiri, itu artinya malam itu Danisha juga ada di bar Venus. "Danish! Apa kau juga pergi ke bar 2 hari setelah kita menikah?" tanya Bian dengan penasaran, namun dengan nada yang terdengar mengintrogasi. Bian menggunakan kata "Menikah" untuk menghakimi Danisha yang pergi ke tempat hiburan setelah mereka bertengkar di malam pertama. Padahal pertengkaran itu membuat hubungan mereka berakhir. Bian sudah mengucapkan kata perpisahan membuat Danisha menjadi janda di malam pertama. Namun di saat seperti ini, Bian malah tidak mau mengakuinya. "Dengan siapa kau pergi ke bar malam itu?" tanya Bian karena Danisha tidak menjawab pertanyaannya. Wanita di depannya malah asyik menyantap hidangan yang sudah tersaji di atas meja dengan ekspresi yang sangat baik. Seolah tidak mendengar apa yang Bian tanyakan. Waktu itu Danisha tahu dari Stefia. Teman baiknya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 12 Nomor Siapa?

    "Hey, kau!" tunjuknya pada Wihaldy. "Nanti sore sepulang kerja, kita bertemu di kafe Fun! Aku tunggu!" ucap Bian sambil menahan amarahnya. Daripada ribut di restoran itu, lebih baik Bian mengajak Wihaldy bertemu dan berbicara empat mata di suatu tempat. Bian akan memperingatkan pria kaya itu untuk tidak mendekati Danisha. "Oke!" jawab Wihaldy sambil melepaskan pelukannya. Setelah itu, Bian keluar dari restoran dengan langkah cepat. "Uhuk, uhuk, uhuk!" Danisha tersedak oleh air liurnya sendiri. Tadi yang memesan semua makanan mahal di meja itu adalah Bian. Sekarang dia sudah pergi, sedangkan semua makanan yang ada di mejanya belum dia dibayar. "Ah, bagaimana ini?" 'Bagaimana aku membayarnya?' Jangankan untuk membayar makanan di restoran yang harganya sangat mahal, untuk biaya hidup sehari-hari pun Danisha sudah kesusahan. "Sha!" Dari arah pintu belakang, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ketika dilihat, ternyata itu adalah Stefia. Danisha pun segera melambaika

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06

Bab terbaru

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 14

    "Namun, untuk pembayaran makanan tadi yang tidak Anda makan, saya tetap akan mengembalikannya pada Anda! Tidak enak rasanya kalau saya membiarkan Anda membayar makanan kami, sedangkan yang memesan makanannya adalah mantan suami saya," balas Danisha dengan jujur. Sekarang pun, kalau bukan karena masalah uang, Danisha tidak akan menghubungi Wihaldy. Ia terpaksa bertemu dengan pria itu sekarang agar ke depannya tidak ada lagi alasan dirinya bertemu dengan pria itu. "Oh, baiklah!" Wihaldy pun mengangguk. Ia tidak akan berdebat dengan wanita di depannya dan tidak ingin wanita itu merasa tidak enak sepanjang hidupnya. Wihaldy akan memakai cara lain untuk membuat Danisha menerima niat baiknya. "Kebetulan, bukti pembayarannya masih ada di dompet. Biar saya cek dulu, ya!" Wihaldy pun membuka dompet hitamnya, melihat kertas putih yang tadi dimasukkan ke dalam dompet bersama kartu bank. Setelah itu, diberikan pada Danisha. "Ini, Nona Sasha!" ucap Wihaldy sambil memberikan bukti pemb

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 13 Mematahkan Tulangmu

    Jam 5 sore, di sebuah kafe yang ada di pusat kota, Wihaldy dan Bian duduk di salah satu meja yang ada di lantai dua sambil menikmati pemandangan sore yang sangat indah. Mereka terdiam beberapa saat dengan suasana yang terasa menegang.  "Ah, ya! Seharusnya kau bisa memperlakukan istrimu dengan baik. Memanjakan dia layaknya seorang tuan putri. Kalau sudah begini, apa yang bisa kau lakukan? Kau menerima foto palsu, lalu menceraikan istrimu tanpa mendengarkan penjelasannya. Luka di hatinya pasti sudah sangat dalam. Walau kau melarangku untuk mendekatinya, tapi itu tidak akan membuatmu kembali ke sisinya!" ucap Wihaldy setelah diperingati oleh Bian.  Awalnya Wihaldy hanya ingin menyelamatkan harga diri Danisha yang terus disudutkan oleh Bian tadi di restoran. Tapi Bian malah menyudutkan Wihaldy dan menuduhnya sebagai pria kesepian yang memanfaatkan situasi. Padahal tidak terbersit sedikitpun di benaknya untuk mendekati Danisha kalau wanita itu tidak mau. Karena Danisha tidak pernah menghu

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 12 Nomor Siapa?

    "Hey, kau!" tunjuknya pada Wihaldy. "Nanti sore sepulang kerja, kita bertemu di kafe Fun! Aku tunggu!" ucap Bian sambil menahan amarahnya. Daripada ribut di restoran itu, lebih baik Bian mengajak Wihaldy bertemu dan berbicara empat mata di suatu tempat. Bian akan memperingatkan pria kaya itu untuk tidak mendekati Danisha. "Oke!" jawab Wihaldy sambil melepaskan pelukannya. Setelah itu, Bian keluar dari restoran dengan langkah cepat. "Uhuk, uhuk, uhuk!" Danisha tersedak oleh air liurnya sendiri. Tadi yang memesan semua makanan mahal di meja itu adalah Bian. Sekarang dia sudah pergi, sedangkan semua makanan yang ada di mejanya belum dia dibayar. "Ah, bagaimana ini?" 'Bagaimana aku membayarnya?' Jangankan untuk membayar makanan di restoran yang harganya sangat mahal, untuk biaya hidup sehari-hari pun Danisha sudah kesusahan. "Sha!" Dari arah pintu belakang, tiba-tiba seseorang memanggilnya. Ketika dilihat, ternyata itu adalah Stefia. Danisha pun segera melambaika

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 11 Yang Tahu Hanyalah Aku

    "Apa? Kau me-melihatnya sendiri?" tanya Bian dengan heran. Kalau tadi Danisha bilang melihat Bian dan Rachel dengan mata dan kepalanya sendiri, itu artinya malam itu Danisha juga ada di bar Venus. "Danish! Apa kau juga pergi ke bar 2 hari setelah kita menikah?" tanya Bian dengan penasaran, namun dengan nada yang terdengar mengintrogasi. Bian menggunakan kata "Menikah" untuk menghakimi Danisha yang pergi ke tempat hiburan setelah mereka bertengkar di malam pertama. Padahal pertengkaran itu membuat hubungan mereka berakhir. Bian sudah mengucapkan kata perpisahan membuat Danisha menjadi janda di malam pertama. Namun di saat seperti ini, Bian malah tidak mau mengakuinya. "Dengan siapa kau pergi ke bar malam itu?" tanya Bian karena Danisha tidak menjawab pertanyaannya. Wanita di depannya malah asyik menyantap hidangan yang sudah tersaji di atas meja dengan ekspresi yang sangat baik. Seolah tidak mendengar apa yang Bian tanyakan. Waktu itu Danisha tahu dari Stefia. Teman baiknya

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 10 Bersama Teman Priamu

    Di sebuah restoran yang tidak jauh dari tempat kerja Danisha, Bian duduk sendiri sambil menyesap minuman yang baru dipesannya. Danisha yang baru masuk terdiam sejenak, lalu menarik napas, menegakan punggung sebelum berjalan menghampiri meja itu. "Ehem...." Danisha berdehem. Lalu duduk di depan Bian dengan perasaan yang sudah tidak karuan. Sudah 2 bulan mereka tidak bertemu, tapi rasa sakit karena tuduhan dan perbuatan kasar Bian pada Danisha masih terasa. Perasaannya masih sangat hancur dan hatinya rasa teriris. Inginnya ia tidak bertemu dengan Bian seumur hidupnya, inginnya mereka berpura-pura tidak saling mengenal dan tidak saling berbicara. Namun sepertinya itu tidak mungkin. Akan selalu ada alasan yang membuat mereka saling berkomunikasi. "Duduklah!" ucap Bian acuh tak acuh. Danisha pun segera duduk di depannya. Setelah itu Bian memanggil pelayan untuk memesan makanan. Sambil menunggu makanan disajikan, terlebih dulu Bian berbicara. "Kuharap kau tidak lupa dengan apar

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 9 Gosip Perceraian

    Di jam makan siang, Danisha yang saat ini masih diberi cuti selama satu minggu, duduk bersama Stefia—yang sedang istirahat—di sebuah kafe yang tidak jauh dari kantor tempat kerja mereka. Sebelumnya, Danisha sudah menghubungi Stefia melalui telepon yang ada di kamar, meminta teman baiknya itu untuk datang ke kamar hotel sambil membawa sweater besar, juga tas dan dompetnya yang semalam tertinggal di bar. "Sebenarnya semalam kau pergi dengan siapa? Katanya ke toilet, tapi malah menghilang. Pria yang duduk di depan kita bilang, kau pergi bersama temannya. Semua tagihan kita dibayar oleh orang yang bersamamu. Sha, sebenarnya mereka itu siapa?" tanya Stefia dengan heran. Di depannya, Danisha yang masih mengenakan pakaian yang kemarin, namun sekarang sudah memakai sweater, terdiam sambil mengaduk minumannya menggunakan sedotan. Padahal dirinya ingin melupakan kejadian semalam, tapi teman baiknya ini malah membahasnya. "Serius, Sha! Yang duduk di depan kita itu benar temanmu atau buk

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 8 Kau Mabuk, tapi Malah Menciumnya

    Di pinggir jalan yang sepi, hawa panas memenuhi seisi mobil dengan uap yang menutupi kaca. Danisha yang sudah tak berdaya di bawah tubuh seorang pria pun tiba-tiba menghentikan ciuman pria itu. "Sekarang kita ada di jalan! Aku tidak ingin seseorang melihatku seperti ini!" Danisha jadi trauma. Ia tidak ingin seseorang memotret dirinya, lalu fotonya disebar luaskan seperti yang Bian terima kemarin. "Apa kita pindah saja?" tanya Wihaldy yang di hatinya sangat enggan untuk berhenti. Sudah bermain sejauh ini, kalau tiba-tiba berhenti rasanya tidak enak. Tidak ada cara lain, permainan sudah sangat panas, pakaian bagian atas pun sudah sama-sama dilepas, mereka harus pindah tempat untuk melanjutkan, atau menyudahinya sekarang juga sebelum orang lain memergoki. "Enh" Danisha mengangguk dengan napas yang terengah. Padahal awalnya Danisha hanya ingin berterima kasih karena pria itu sangat baik padanya. Tapi respon dari Wihaldy di luar dugaan. Pria itu malah merespon dengan serius ke

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 7 Dasar Bodoh

    "Hah?" Wihaldy mengerutkan kening. Wanita disampingnya bertanya, apa dia akan menculiknya? "Nona! Saya bukan penculik! Kalau diculik pun, Anda sudah saya ikat di belakang!" "Lalu ... kenapa kau membawaku dari bar? Di sana masih ada temanku, loh! Bukankah kita tidak saling mengenal?" tanya Danisha dengan mulut yang dikerucutkan ke depan. Matanya setengah menyipit, menatap pria di sampingnya sambil mencondongkan tubuhnya ke arah pengemudi. Sedikit lagi mereka akan bersentuhan. Orang mabuk memang sangat bodoh. Sudah tahu mereka tidak saling mengenal, tapi Danisha terus saja mendekatinya. "Nona!" panggil Wihaldy sambil menoleh ke samping. Seketika ia beradu pandang dengan mata indah nan cantik dengan wajah imut Danisha dari jarak yang sangat dekat. Detik berikutnya, Wihaldy segera menarik pandangannya kembali. Dengan pelan berkata, "Tadi ada mantan suami Anda di bar!" "Hah, mantan suami? Siapa? Bian maksdumu?" tanya Danisha dengan malas. Ia pun menarik tubuhnya kembali, duduk di k

  • Dicerai Suami Jahat, Diratukan Konglomerat   Bab 6 Saya Bukan Suami Anda

    Pria di depannya ini benar-benar sudah gila. Tadi, Bian menjemput Danisha di rumah orang lain layaknya suami yang baik. Tapi sekarang, dia menurunkannya seperti akan menurunkan seekor domba dari mobilnya, sangat kasar dan arogan. Tanpa membuang waktunya lagi, Danisha pun segera membuka sabuk pengamannya, keluar dari mobil, lalu membuka bagasi belakang sesuai arahan dari Bian. Melihat ada koper hitam yang memang miliknya, Danisha langsung mengangkatnya, lalu menurunkannya ke tanah. Setelah itu, Bian benar-benar pergi. Dia mengunjak gasnya dengan kuat seperti akan menerbangkan mobil dua baris itu ke langit. Melihat mobil dan orangnya sudah pergi, Danisha pun terdiam. Ia membeku di pinggir jalan yang gelap dengan tinju yang terkepal erat di dalam pakaian. Ia pun tidak menyadari, orang yang menolongnya semalam mengikutinya dari belakang. Dan sekarang dia sedang memperhatikannya dari jarak yang tidak terlalu jauh. "Ah, sudahlah! Lebih baik seperti ini. Dia pergi aku pun pergi

DMCA.com Protection Status