Have a nice dream, dah dulu ya🤍🤍 jangan lupa sumbangkan votenya ya gem n comment. Makasih.
“Hari ini aku ceraikan kau, Embun. Mulai saat ini, kau bukan istriku lagi.” Danar Yudistira berkata pada Embun Ganita-istrinya yang sudah dinikahinya setahun yang lalu. Nada suaranya terdengar serius.Seketika rahang Embun pun jatuh mendengar ucapan talak dari suaminya. Beberapa kali matanya mengerjap karena tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja.Lelucon macam apa ini?Ia baru saja melahirkan seorang bayi tampan untuk pria dewasa di depannya. Bahkan, Danar saat ini tengah menggendong anak mereka. Bukankah seharusnya Embun mendapatkan pelukan hangat dan ucapan selamat karena telah bersusah payah melahirkan bayi mungil itu secara normal? Namun lihatlah apa yang diperolehnya?"Ap--" Baru saja Embun menggerakan bibirnya untuk mempertanyakan ucapan suaminya, masuklah seorang wanita cantik dan seksi ke dalam ruangannya. Wanita cantik berambut panjang itu berjalan mendekati Danar lalu merangkul pinggangnya dengan sangat mesra seraya ikut menatap bayinya. Sontak, Embun terlonj
"Aaa..."Embun terbangun saat merasakan cipratan air mengenai wajahnya. Ia merasa tersentak lalu membelakan mata almondnya dengan penuh keterkejutan. Tangannya buru-buru mengusap air dingin yang membasahi wajahnya. Sepasang mata tajam langsung menyambut Embun. Seketika perempuan muda itu langsung menggerakan bibirnya, ingin menanyakan soal perjanjian yang dibuat antara ayahnya dan suaminya. Atau, mungkin wanita pesolek yang berdiri di hadapannya itu ikut terlibat di dalamnya! Sembari mencengkram sprei dan berusaha menegakkan tubuhnya, Embun langsung membuka mulutnya. “Tante, perjanjian apa yang dilakukan Ayah dengan Tuan Danar?”Suara Embun bergetar hebat. Sebetulnya sudah jelas Embun membaca surat kontrak yang dibawa suaminya. Hanya saja, ia tak terima karena merasa tidak pernah membuat kesepakatan apapun dengan Danar.Embun menyukai Danar dan jatuh hati pada pandangan pertama. Ketika Danar melamarnya di depan sang ayah, ia langsung menerimanya dengan penuh sukacita. Indira-ibu t
Menaiki angkutan umum, Embun pergi ke sebuah villa sederhana dekat hutan pinus yang ia tinggali saat menjalani pernikahan dengan Danar Yudistira.Setelah dipersunting oleh Danar, Embun langsung diboyong oleh pria itu untuk menempati villa yang sepi dan sunyi itu. Letak villa itu jauh dari pemukiman warga. Di sana Embun tinggal dengan seorang asisten rumah tangga dan seorang security. Namun villa itu kini kosong!Usai ijab qabul, Danar hanya menginap semalam untuk melakukan ritual malam pertama dengan Embun. Keesokan harinya Danar pergi keluar kota karena harus bekerja. Perusahaan miliknya berada di luar kota. Semenjak menikahi Embun, hanya dalam hitungan jari, Danar pulang ke villa itu. Lagi, ia hanya datang untuk meminta haknya sebagai suami dan mengecek kehamilan Embun. Embun yang lugu tidak pernah menaruh curiga pada Danar. Air mata Embun kini tak terbendung ketika mengingat keping demi keping kenangan yang dilewatinya bersama Danar. Pantas saja, Danar hanya bersikap seperlunya p
Dua minggu berlalu dengan cepat.Danar yang baru saja pulang dari kantor, langsung berjalan menuju kamar bayinya. Namun, pria itu tampak begitu terkejut.“Kenapa dia menangis?” gumamnya.Baru pertama kali mendengar bayinya menangis kencang. Seingatnya jika bayi itu menangis kencang maka pasti ia kehausan. “Anu, Tuan, dia mau menyusu!” jawab babysitter dengan perasaan cemas. Ia begitu takut saat berhadapan dengan Tuan Danar yang pemarah dan dingin. Babysitter berusia dua puluh tahunan itu pun menyingkir dan memberi jalan pada Danar untuk masuk ruangan khusus bayinya.Danar tidak langsung memangku bayinya. Ia baru saja pulang bekerja. Ia tidak ingin mengambil resiko menyentuh bayinya dalam keadaan tubuhnya kotor akibat bersimbah keringat. Pria berwajah dingin itu hanya menatap bayinya dengan tatapan teduh. Lantas ia bertanya pada babysitter yang mengasuh putranya. “Di mana Nyonya, Maya?”Maya-babysitter itu menjawab dengan tergeragap. “Anu … Tuan … Nyonya sedang di kamar.”Mendengar ja
Dua pekan sudah Embun berusaha menegarkan dirinya. Ia bertekad akan melanjutkan hidupnya. Ia akan mencoba mencari pengalaman baru bekerja di luar kota. Selain itu, ada hal yang mendesak pula sebagai alasan yaitu sang ayah yang ternyata masih terlilit hutang pada beberapa orang rentenir. Oleh karena itu, Embun akan mencoba peruntungan bekerja di kota kendati tidak memiliki pengalaman sedikit pun. Nyaris dua puluh satu tahun, Embun Ganita hanya menghabiskan waktunya di kota kembang. Setelah lulus sekolah menengah atas, Embun hanya menghabiskan waktunya di rumah, melakukan pekerjaan rumah tangga, sejak dini hari hingga malam menjemput. Adapun Bibik Lilis mulai bekerja di rumahnya ketika Embun dinikahi oleh Danar. Sebetulnya, Bagas tidak memberikan ijin Embun pergi keluar kota. Ia sudah memiliki rencana lain setelah putrinya itu berhenti nifas. Namun untuk mengendalikan kondisi psikis Embun yang tengah hancur akibat kehilangan bayinya, ia mengijinkannya. Ia yakin, Embun tidak akan berta
Barangkali bukan rezeki Embun untuk bekerja di cafe milik saudara temannya Yasmin?Ibu satu anak itu pun menghela napas.Digantinya seragam cafe dengan pakaian sebelumnya. Ia memutuskan berjalan keluar kafe dan berdiri mematung di tepi jalan dengan perasaan yang runyam. Ia bingung harus pulang ke apartemen Yasmin. Yasmin pasti marah padanya karena ia sudah merusak kepercayaan Yasmin. Padahal adik sambungnya itu sudah bersusah payah mencarikannya pekerjaan. “Ternyata, benar apa kata Ayah. Mencari kerja di kota sangat sulit. Apalagi aku hanya lulusan SMA di kampung.”Embun menghela nafas panjang. Tatapannya menyapu seluruh sudut jalan. Ia merasa dunianya kosong. Tangannya begitu saja mengusap perutnya. Lupa jika ia telah melahirkan. Mengingat bayinya yang tampan, dada Embun merasa sesak sekali. Hatinya terasa perih. Namun ia berusaha menegarkan dirinya kendati merasa hidup tidak adil baginya! Mengapa ia harus menanggung masalah ke dua orang tuanya?Jangan tanyakan perasaannya saat in
Di sisi lain, Danar langsung menyuruh asisten pribadinya--Gilang--untuk mencarikan ibu susu yang cocok untuk putranya. Untungnya, ia pun langsung membuka lowongan kerja untuk ibu susu anak tuannya dengan syarat yang ketat.Calon ibu susu untuk Sagara harus berasal dari wanita yang bertubuh sehat, resik dan berusia di bawah tiga puluh tahun. Selain itu, wanita itu juga harus mengikuti pemeriksaan medis oleh tim dokter yang khusus diundang datang ke sana.Saat Danar dan Mita berada di kantor masing-masing, di kediaman mewah Danar, Gilang dan Maya-babysitter mendadak menjadi Tim HRD yang tengah melakukan interview pada calon ibu susu untuk Sagara.Tak butuh waktu lama, para pelamar pun berdatangan. Hal pertama yang akan mereka jalani yakni proses interview. Bukan tanpa alasan, Gilang harus memastikan jika asal usul keluarga calon ibu susu jelas. Setelah itu, tahap ke dua yakni mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu oleh tim dokter spesialis. Barulah di tahap terakhi
Embun pun pergi bersama Mbak Nuri menuju kediaman mewah Danar Yudistira. Dalam waktu empat puluh menit, akhirnya mereka tiba di sana. Kedatangan mereka disambut oleh pemandangan yang luar biasa indahnya. Sebuah hunian berlantai tiga yang menampilkan desain modern-kontemporer. Rumah mewah itu dibangun dengan perpaduan beberapa unsur di antaranya material kayu, material non finish dan material batu alam. Hingga tanpa sĂ dar, Embun menganga melihatnya.Belum lagi pemandangan hamparan taman yang luas mirip permadani karena ditumbuhi rumput gajah yang estetis. Area garasi dan carport yang lengkap diisi oleh mobil-mobil mewah yang berjejer rapi. Ia seperti tengah memasuki negeri dongeng.Namun hanya dalam hitungan sepersekian detik, senyum Embun memudar setelah mengagumi keindahan yang terpampang di depan matanya. Hatinya merasa teriris. Rupanya, suaminya itu bukan orang sembarangan. Suaminya seorang sultan dengan harta kekayaan yang melimpah. Ironis, baginya ia tidak peduli asal usul siapa
Keesokan paginya, Manggala sedang berada di kantornya ketika sebuah panggilan telepon penting masuk. Dari seberang, suara asistennya terdengar panik. "Pak Manggala, saya baru saja menerima laporan dari tim hukum. Ada dokumen-dokumen yang sangat mencurigakan ditemukan dalam folder proyek Anda. Mereka mengklaim dokumen itu berisi informasi ilegal yang bisa mencoreng nama perusahaan." Manggala terkejut. "Dokumen apa? Saya tidak pernah memasukkan hal semacam itu ke dalam folder proyek." "Saya tidak tahu, Pak, tapi dokumen-dokumen ini sudah mulai menyebar di lingkaran investor. Mereka mengatakan bahwa Anda terlibat dalam manipulasi data proyek." Wajah Manggala berubah serius. Ia langsung memerintahkan asistennya untuk membawa dokumen itu ke ruangannya. Saat dokumen sampai di tangannya, ia memeriksa isinya dengan teliti. Ada sesuatu yang tidak beres—data-data ini jelas palsu, dan jelas dimasukkan untuk menjebaknya. Saat itulah Manggala teringat malam sebelumnya, saat Dahlan dan Lun
Rosa panik saat mendengar Jeena berteriak di dalam kamarnya.“Nona Jeena, ada apa?”Rosa menggoyangkan lengan Jeena. Jeena berteriak dalam tidurnya. Matanya terpejam dengan keringat dingin mengucur deras di tubuhnya.“Sepertinya mimpi buruk,” gumam Rosa kemudian berusaha kembali membangunkan Jeena untuk ke dua kalinya.“Non, bangun!”Rosa yang tak sabaran pun langsung memercikan air ke wajah Jeena. Berhasil, Jeena bangun pada akhirnya.Jeena terlihat panik kemudian mengedarkan pandangannya ke segala arah.“Tadi … aku cuma mimpi ya?”Jeena menatap Rosa dengan sorot mata yang hidup.Rosa mengangguk. “Nona, sekarang bukankah punya jadwal kuliah?”Rosa sudah mencatat agenda Jeena dalam goo*le calendar. Jeena pun melirik ke arah jam weker dan beranjak dari ranjangnya.Wanita bermanik almond itu pun bersiap-siap akan pergi ke kampus.Satu jam kemudian Jeena sudah tiba di kampus diantar Rosa. Ia lantas merapikan jilbabnya sambil melirik jam tangan. Kuliah pagi ini cukup membuatnya terburu-bu
Hari ini Manggala menghadiri undangan makan malam oleh pengusaha bernama Dahlan Sanjaya. Kali ini Manggala mewakili Perusahaan PT Yudistira Group. Dahlan adalah salah satu pengusaha yang terkenal di kalangan pengusaha. Ia juga terkenal pemurah karena sering memberikan bonus pada karyawannya dan banyak mendapatkan tender dari luar negeri.Sisi lain, Dahlan pun sudah mengenal baik sosok Manggala dan seluruh keluarga Waluyo. Ia tidak menyangka jika Manggala juga membeli perusahaan milik keluarga Yudistira yang kini jatuh miskin.Pria dengan kepala plontos itu ingin bekerja sama dalam proyek property dengan Manggala.Dahlan bangkit, menjabat tangan Manggala. "Selamat datang, Pak Manggala. Saya sangat mengagumi Anda. Meskipun Anda berusia jauh dari saya. Tapi kemampuan Anda dalam berbisnis tidak bisa diabaikan. Anda sudah meraih kesuksesan saat masih muda.”Manggala tersenyum tipis. Ia tidak suka dipuji secara berlebihan. Apalagi jika pujian itu terdengar tidak tulus namun justru terkesan m
Di luar gedung, Serina berteriak dan menangis saat ke dua orang petugas keamanan mengusirnya.“Lepas! Kalian sudah kurang ajar tau! Aku ini calon istrinya Pak Beryl. Kalau kalian kurang ajar padaku, kalian akan dipecat.”Serina menjadi tontonan bagi karyawan Basalamah. Untuk pertama kalinya, sejak kepemimpinan Beryl, ada seorang karyawan yang diusir secara paksa oleh Beryl. Serina berteriak histeris, rambutnya berantakan, mata merah karena air mata. "LEPAS! KALIAN GAK BISA LAKUKIN INI! AKU CALON ISTRI PAK BERYL!"Dua petugas keamanan, berwajah serius dan tak tergoyahkan, memegang lengannya dengan kuat. Mereka menyeretnya keluar dari gedung, melewati karyawan Basalamah yang terkejut."Kalian akan dipecat! Kalian gak tahu siapa aku! Aku sudah dijodohkan oleh Nyonya Hanum dengan Mas Beryl. Nanti aku laporkan kalian pada Nyonya Hanum." Serina melotot, mencoba melepaskan diri.Petugas keamanan tetap tenang, tidak terpengaruh oleh ancamannya. Sudah jelas Beryl yang memerintah mereka untuk m
“Siang, Pak Beryl!”“Siang, Pak!”Beberapa karyawan perempuan menyapa Beryl yang baru saja menginjakan kakinya di depan kantor Basalamah.Mereka terheran-heran sebab tak biasanya, atasan mereka tidak menjawab sapaan mereka. Setidaknya Beryl– tersenyum tipis atau mengangguk saat berhadapan dengan mereka.Namun siapa sangka siang itu, bertepatan makan siang, para karyawan yang hendak istirahat dan mencari tempat makan terlihat heran melihat aura atasan mereka yang gelap dan menakutkan.Mereka pun mulai bergosip dan beprasangka buruk. Pasti ada masalah berkaitan dengan pekerjaan. Melihat raut muka Beryl yang menakutkan setiap karyawan mulai berpikir keras. Apakah mereka telah berbuat kesalahan? Jika iya, mereka harus menyiapkan mental mereka sebab Beryl akan mudah menyingkirkan mereka.Beryl menaiki pintu lift diikuti oleh Dito di belakangnya. Dito berada di kantor saat Beryl tidak berada di sana. Ia mendapat tugas dari Beryl saat dirinya tidak berada di sana.“Panggil Serina!” titah Bery
“Sial, aku kecolongan!”Sulis mendengus kasar saat melihat email yang dikirim oleh orang suruhannya. Karena ia disibukkan dengan proyek membangun gedung bimbingan belajar bersama suaminya, ia tidak punya waktu untuk mencari tahu sendiri soal Serina.Sampai detik itu hanya dirinyalah yang menaruh curiga pada sosok gadis itu. Oleh karena itu ia pun menyelidikinya.Sulis memiliki banyak kenalan orang-orang yang masih aktif di agency detektif. Mudah baginya untuk mencari salah satu dari mereka dan memberinya tugas.Wanita berambut panjang itu tidak pernah mengira jika Serina itu akan berbuat nekad. Bahkan gadis itu merencanakan segala sesuatunya dengan begitu mulus. Ia merasa tertipu!Sulis memperhatikan setiap detail rekaman CCTV yang menayangkan Hanum secara utuh. Dimulai dari Hanum pergi ke mall hingga diselamatkan oleh seseorang dan dibawa ke rumah sakit.Saat di depan ruang ICU barulah Sulis menyetop video tersebut.“Dasar anak kurang ajar! Bisa-bisanya berpura-pura jadi heroine! Awas
Laila menengadah untuk menatap pemuda tampan yang menjulang tinggi di depannya. Ia takut salah mengenali orang. Alby biasanya banyak bicara saat bersamanya. Namun pemuda di depannya itu tidak.“Ayo!” seru pemuda itu dengan tersenyum manis. Laila merasa lega ternyata pemuda di depannya Alby. Alby selalu tersenyum saat berbicara dengannya. Sebetulnya pemuda di depannya adalah Beryl. Hari itu penampilannya terlihat berbeda. Karena sebentar lagi ia akan diangkat menjadi presdir di perusahaan, ia memaksimalkan penampilannya. Ia mencukur rambutnya hingga membuat Laila salah mengenalinya. Seingatnya Alby memotong rambutnya. Selain itu hari itu memang Beryl tidak mengenakan jasnya. Ia malas kembali ke dalam mobil untuk memakai jasnya. Beryl dan Alby merupakan saudara kembar identik. Siapapun tidak akan bisa membedakan rupanya. Barulah setelah mereka bicara, siapapun akan bisa membedakan siapa Beryl dan Alby.Dalam keseharian ke duanya sama-sama komunikatif dan supel. Apalagi Beryl– yang ser
Ana tersenyum bangga melihat putrinya bisa tampil memukau di layar televisi yang ditayangkan secara recording. Saat acara live, Ana tidak bisa menonton karena kesibukannya. “Lihatlah! Aku gak nyangka bisa punya anak yang bisa mewarisi talent yang sama denganku,” imbuh Ana dengan bangga pada dr Zain yang duduk di sampingnya. Dulu ia mengandalkan Alby yang memiliki hobby bermain musik sejak kecil. Masalahnya, Pasha kurang suka bermusik. Ia memilih karir yang sama dengan ayahnya.Ana pun sudah menyerah ketika ia tidak bisa mewariskan ilmu yang dimilikinya pada keturunannya. Ternyata, semesta telah mengaturnya sedemikian rupa. Jeena akhirnya ditemukan dan sungguh luar biasa Jeena memiliki talenta bermusik bahkan melebihi dirinya. Wanita berhidung bangir itu sangat bersyukur. Akhirnya, doanya satu per satu terkabul.Di sisi lain, dr Zain tersenyum menatap Performa Jeena di balik layar televisi. Seperti halnya Ana, ia begitu bangga pada putrinya. Namun ia sedih karena belum bisa menjenguk
Untuk merayakan keberhasilan acara, Laura mengundang para mahasiswa yang tampil saat acara amal untuk berpesta di restoran. Ia mentraktir mereka makan. Tak mungkin ia merayakannya di pub sebab ia menghargai Jeena. Apalagi Jeena sebagai vokal pertama. Ia dianggap pembawa keberuntungan.Sayang, orang terdekatnya tidak bisa ikut menghadiri acaranya. Mereka hanya mengirim pesan dan meneleponnya. “Baiklah, kita bersulang untuk pasangan terviral kita, Jeena dan Dion!”Laura mengangkat gelas berkaki berisi vodka dengan penuh keceriaan. Keberhasilan Performa murid-muridnya telah membuat para pengusaha ikut memberikan donasi dengan jumlah yang sangat besar pada acara itu.“Cheers!!” jawab yang lain serempak.Jeena mengangkat kaleng soda kemudian meneguknya. Rosa yang berada di sampingnya selalu tampak waspada. Ia tidak boleh lengah sedikitpun. Ia pernah mengikuti semacam training yang dilakukan oleh para anggota militer. Teringat akan pesan bijak dari salah satu coachnya bahwa di manapun ia b