Halo, may lovely reader, menurut kalian bagaimana kesan kalian membaca kisah Jeena? Boleh dong ramaikan kolom komentar. Ternyata komentar kalian itu sangat membantu penulis untuk mendapatkan promosi dari Tim operasional GN. Makasih sebelumnya.
“Makasih, Mbak,” imbuh Laila pada seorang wanita bertubuh jangkung yang mempersilakannya masuk. Kebetulan saat itu Rosa sedang mendapat giliran patroli, memantau tamu siapa saja yang masuk ke dalam kediaman majikannya.Bertepatan Rosa keluar, Laila berada di sana sehingga Laila akhirnya bisa dipersilakan masuk. Rosa sudah mengenal Laila sebelumnya, karena Jeena juga sudah menceritakan tentang gadis itu padanya.“Sama-sama,” jawab Rosa dengan tersenyum tipis. Wanita cantik yang kini terlihat manglingi, karena memakai kebaya yang membalut tubuh rampingnya menuntun Laila masuk ke dalam hunian mewah tersebut.Laila sampai menganga melihat rumah besar nan mewah yang telah disulap menjadi sebuah venue lamaran. Hingga tanpa sàdar, ia menganga karena takjub. Terlihat kampungan memang, namun ia memang cukup ekspresif sehingga dengan begitu mudah mengekspresikan perasaannya. Beruntung ia memakai cadar sehingga tidak ada orang yang tahu raut dan wajah aslinya yang cantik.“Oalah, aku menghadiri a
“Gue gak butuh uang lo!” tukas Laila kemudian menegakkan tubuhnya dan menatap nyalang pemuda di hadapannya. “What? Kok malah nyolot sih,” jawab Beryl merasa tak terima dengan respon Laila.“Pikir aja sendiri,” imbuhnya dengan menghentakkan kakinya kesal. Ia kemudian pergi meninggalkan Beryl dan langsung menghampiri Jeena—yang kebetulan sudah turun dari panggung itu.“Selamat!” ucap Laila memeluk Jeena dengan penuh haru. Kemudian ia melirik ke arah Manggala–yang terlihat heran melihat kedatangannya.“Aku yang undang, Laila, Mas,” seru Jeena saat melihat raut tampan tunangannya.Manggala manggut-manggut dan tersenyum ke arah Laila. “Jadi kalian udah akrab nih,”Laila menatap Jeena yang juga menatapnya. Kemudian Jeena tertawa. “Iya, kami berteman sekarang. Laila seperti adikku, Mas,”Jeena tidak mengatakan pada siapapun kalau Laila adalah tutor online bahasa Inggris.“Betul, Mas Gala. Sekarang kami berteman,” jawab Laila terdengar ceria.“Kamu dengan siapa ke sini? Jauh-jauh dari Bogor,”
Beberapa hari setelah acara pertunangan adalah waktu keberangkatan Jeena menuju Manhattan. Sang ibu sudah mempersiapkan segalanya untuk putrinya. Ia sudah membeli sebuah unit apartemen yang akan ditinggali oleh Jeena selama berada di sana.Bulan pertama, ia juga akan ikut tinggal memboyong serta merta Sagara di sana. Ia mengambil liburan lebih awal dari jadwal manggungnya di beberapa tempat konser yang berkolaborasi dengan penyanyi tanah air demi membersamai putrinya.Ana seorang ibu yang pengertian. Mungkin bagi Jeena tak mudah tinggal di luar negeri berbeda dengannya yang sudah pernah tinggal lama di sana. Itulah alasan mengapa wanita berhidung bangir itu akan menemaninya untuk sementara waktu.Sayang, Manggala tidak bisa ikut mengantar keberangkatan kekasihnya itu. Ia sedang berada di Salatiga menemani sang ayah bertemu dengan investor. Manggala berusaha gencar meluluhkan hati sang ayah yang masih belum sepenuhnya memberikan restunya pada hubungannya dengan Jeena.Kata-kata restu it
“Kamu membunuh sembarang orang! Kamu penjahat! Kamu memang iblis! Kamu membunuh orang hanya karena kesalahan kecil!” pekik Yasmin dengan suara yang bergetar hebat.Miguel tidak bisa terima perkataan Yasmin. Ia menggeram pelan lalu berkata dengan penuh penekanan padanya. “Kamu bilang kesalahan kecil? Dia mencoba mendekati wanitaku, kamu bilang kesalahan kecil?”Tangisan Yasmin tumpah ruah. Ia benar-benar ketakutan. Ia merasa syok karena melihat dengan mata kepala sendiri Miguel menembak salah satu anak buahnya karena berusaha mendekati Yasmin.Saat itu Yasmin hanya mengajak mengobrol pria itu, berusaha bernegosiasi dengannya, ingin melarikan diri dari situasi itu. Naasnya, pria itu tidak bersedia menolongnya. Alih-alih berniat membantunya keluar dari apartemen atasannya, ia justru mencoba menggoda Yasmin.Miguel yang melihat kedekatan mereka langsung murka. Ia menodongkan pistol dan langsung menghabisi nyawa bawahannya dengan begitu mudahnya.“Yasmin! Ayo!”Miguel berkata dengan nada g
“Hari ini aku ceraikan kau, Embun. Mulai saat ini, kau bukan istriku lagi.” Danar Yudistira berkata pada Embun Ganita-istrinya yang sudah dinikahinya setahun yang lalu. Nada suaranya terdengar serius.Seketika rahang Embun pun jatuh mendengar ucapan talak dari suaminya. Beberapa kali matanya mengerjap karena tak percaya dengan apa yang didengarnya baru saja.Lelucon macam apa ini?Ia baru saja melahirkan seorang bayi tampan untuk pria dewasa di depannya. Bahkan, Danar saat ini tengah menggendong anak mereka. Bukankah seharusnya Embun mendapatkan pelukan hangat dan ucapan selamat karena telah bersusah payah melahirkan bayi mungil itu secara normal? Namun lihatlah apa yang diperolehnya?"Ap--" Baru saja Embun menggerakan bibirnya untuk mempertanyakan ucapan suaminya, masuklah seorang wanita cantik dan seksi ke dalam ruangannya. Wanita cantik berambut panjang itu berjalan mendekati Danar lalu merangkul pinggangnya dengan sangat mesra seraya ikut menatap bayinya. Sontak, Embun terlonj
"Aaa..."Embun terbangun saat merasakan cipratan air mengenai wajahnya. Ia merasa tersentak lalu membelakan mata almondnya dengan penuh keterkejutan. Tangannya buru-buru mengusap air dingin yang membasahi wajahnya. Sepasang mata tajam langsung menyambut Embun. Seketika perempuan muda itu langsung menggerakan bibirnya, ingin menanyakan soal perjanjian yang dibuat antara ayahnya dan suaminya. Atau, mungkin wanita pesolek yang berdiri di hadapannya itu ikut terlibat di dalamnya! Sembari mencengkram sprei dan berusaha menegakkan tubuhnya, Embun langsung membuka mulutnya. “Tante, perjanjian apa yang dilakukan Ayah dengan Tuan Danar?”Suara Embun bergetar hebat. Sebetulnya sudah jelas Embun membaca surat kontrak yang dibawa suaminya. Hanya saja, ia tak terima karena merasa tidak pernah membuat kesepakatan apapun dengan Danar.Embun menyukai Danar dan jatuh hati pada pandangan pertama. Ketika Danar melamarnya di depan sang ayah, ia langsung menerimanya dengan penuh sukacita. Indira-ibu t
Menaiki angkutan umum, Embun pergi ke sebuah villa sederhana dekat hutan pinus yang ia tinggali saat menjalani pernikahan dengan Danar Yudistira.Setelah dipersunting oleh Danar, Embun langsung diboyong oleh pria itu untuk menempati villa yang sepi dan sunyi itu. Letak villa itu jauh dari pemukiman warga. Di sana Embun tinggal dengan seorang asisten rumah tangga dan seorang security. Namun villa itu kini kosong!Usai ijab qabul, Danar hanya menginap semalam untuk melakukan ritual malam pertama dengan Embun. Keesokan harinya Danar pergi keluar kota karena harus bekerja. Perusahaan miliknya berada di luar kota. Semenjak menikahi Embun, hanya dalam hitungan jari, Danar pulang ke villa itu. Lagi, ia hanya datang untuk meminta haknya sebagai suami dan mengecek kehamilan Embun. Embun yang lugu tidak pernah menaruh curiga pada Danar. Air mata Embun kini tak terbendung ketika mengingat keping demi keping kenangan yang dilewatinya bersama Danar. Pantas saja, Danar hanya bersikap seperlunya p
Dua minggu berlalu dengan cepat.Danar yang baru saja pulang dari kantor, langsung berjalan menuju kamar bayinya. Namun, pria itu tampak begitu terkejut.“Kenapa dia menangis?” gumamnya.Baru pertama kali mendengar bayinya menangis kencang. Seingatnya jika bayi itu menangis kencang maka pasti ia kehausan. “Anu, Tuan, dia mau menyusu!” jawab babysitter dengan perasaan cemas. Ia begitu takut saat berhadapan dengan Tuan Danar yang pemarah dan dingin. Babysitter berusia dua puluh tahunan itu pun menyingkir dan memberi jalan pada Danar untuk masuk ruangan khusus bayinya.Danar tidak langsung memangku bayinya. Ia baru saja pulang bekerja. Ia tidak ingin mengambil resiko menyentuh bayinya dalam keadaan tubuhnya kotor akibat bersimbah keringat. Pria berwajah dingin itu hanya menatap bayinya dengan tatapan teduh. Lantas ia bertanya pada babysitter yang mengasuh putranya. “Di mana Nyonya, Maya?”Maya-babysitter itu menjawab dengan tergeragap. “Anu … Tuan … Nyonya sedang di kamar.”Mendengar ja
“Kamu membunuh sembarang orang! Kamu penjahat! Kamu memang iblis! Kamu membunuh orang hanya karena kesalahan kecil!” pekik Yasmin dengan suara yang bergetar hebat.Miguel tidak bisa terima perkataan Yasmin. Ia menggeram pelan lalu berkata dengan penuh penekanan padanya. “Kamu bilang kesalahan kecil? Dia mencoba mendekati wanitaku, kamu bilang kesalahan kecil?”Tangisan Yasmin tumpah ruah. Ia benar-benar ketakutan. Ia merasa syok karena melihat dengan mata kepala sendiri Miguel menembak salah satu anak buahnya karena berusaha mendekati Yasmin.Saat itu Yasmin hanya mengajak mengobrol pria itu, berusaha bernegosiasi dengannya, ingin melarikan diri dari situasi itu. Naasnya, pria itu tidak bersedia menolongnya. Alih-alih berniat membantunya keluar dari apartemen atasannya, ia justru mencoba menggoda Yasmin.Miguel yang melihat kedekatan mereka langsung murka. Ia menodongkan pistol dan langsung menghabisi nyawa bawahannya dengan begitu mudahnya.“Yasmin! Ayo!”Miguel berkata dengan nada g
Beberapa hari setelah acara pertunangan adalah waktu keberangkatan Jeena menuju Manhattan. Sang ibu sudah mempersiapkan segalanya untuk putrinya. Ia sudah membeli sebuah unit apartemen yang akan ditinggali oleh Jeena selama berada di sana.Bulan pertama, ia juga akan ikut tinggal memboyong serta merta Sagara di sana. Ia mengambil liburan lebih awal dari jadwal manggungnya di beberapa tempat konser yang berkolaborasi dengan penyanyi tanah air demi membersamai putrinya.Ana seorang ibu yang pengertian. Mungkin bagi Jeena tak mudah tinggal di luar negeri berbeda dengannya yang sudah pernah tinggal lama di sana. Itulah alasan mengapa wanita berhidung bangir itu akan menemaninya untuk sementara waktu.Sayang, Manggala tidak bisa ikut mengantar keberangkatan kekasihnya itu. Ia sedang berada di Salatiga menemani sang ayah bertemu dengan investor. Manggala berusaha gencar meluluhkan hati sang ayah yang masih belum sepenuhnya memberikan restunya pada hubungannya dengan Jeena.Kata-kata restu it
“Gue gak butuh uang lo!” tukas Laila kemudian menegakkan tubuhnya dan menatap nyalang pemuda di hadapannya. “What? Kok malah nyolot sih,” jawab Beryl merasa tak terima dengan respon Laila.“Pikir aja sendiri,” imbuhnya dengan menghentakkan kakinya kesal. Ia kemudian pergi meninggalkan Beryl dan langsung menghampiri Jeena—yang kebetulan sudah turun dari panggung itu.“Selamat!” ucap Laila memeluk Jeena dengan penuh haru. Kemudian ia melirik ke arah Manggala–yang terlihat heran melihat kedatangannya.“Aku yang undang, Laila, Mas,” seru Jeena saat melihat raut tampan tunangannya.Manggala manggut-manggut dan tersenyum ke arah Laila. “Jadi kalian udah akrab nih,”Laila menatap Jeena yang juga menatapnya. Kemudian Jeena tertawa. “Iya, kami berteman sekarang. Laila seperti adikku, Mas,”Jeena tidak mengatakan pada siapapun kalau Laila adalah tutor online bahasa Inggris.“Betul, Mas Gala. Sekarang kami berteman,” jawab Laila terdengar ceria.“Kamu dengan siapa ke sini? Jauh-jauh dari Bogor,”
“Makasih, Mbak,” imbuh Laila pada seorang wanita bertubuh jangkung yang mempersilakannya masuk. Kebetulan saat itu Rosa sedang mendapat giliran patroli, memantau tamu siapa saja yang masuk ke dalam kediaman majikannya.Bertepatan Rosa keluar, Laila berada di sana sehingga Laila akhirnya bisa dipersilakan masuk. Rosa sudah mengenal Laila sebelumnya, karena Jeena juga sudah menceritakan tentang gadis itu padanya.“Sama-sama,” jawab Rosa dengan tersenyum tipis. Wanita cantik yang kini terlihat manglingi, karena memakai kebaya yang membalut tubuh rampingnya menuntun Laila masuk ke dalam hunian mewah tersebut.Laila sampai menganga melihat rumah besar nan mewah yang telah disulap menjadi sebuah venue lamaran. Hingga tanpa sàdar, ia menganga karena takjub. Terlihat kampungan memang, namun ia memang cukup ekspresif sehingga dengan begitu mudah mengekspresikan perasaannya. Beruntung ia memakai cadar sehingga tidak ada orang yang tahu raut dan wajah aslinya yang cantik.“Oalah, aku menghadiri a
Di luar kediaman Jeena, dua orang gadis bersitatap dengan wajah kaget. Ke duanya dipertemukan di sana karena sebuah undangan. “Serina!” seru gadis bercadar saat tatapannya bertemu dengan sosok gadis dalam balutan pashmina berwarna merah muda. Gadis berjilbab merah muda pun sedikit terkesiap melihat temannya. “Laila!” Ke duanya tampak terkejut. Hanya saja, Laila terkejut bahagia karena bisa bertemu dengan Serina yang dianggap temannya. Sementara itu, Serina terkejut dan kesal karena Laila bisa datang ke acara Jeena. Apa hubungan Laila dengan Jeena atau keluarga Basalamah?“Kamu ngapain di sini?” tanya Serina spontan. Mana boleh Laila hadir ke acara itu. Pasti kebohongannya akan terungkap jika Laila menghadiri acara pertunangan Jeena dan Manggala.“Kamu juga?” tanya Laila dengan kekehan pelan. “Ya Allah, takdir ya! Kita ketemu terus. Padahal aku tidak menyimpan nomormu,”“Aku diundang oleh Mas Beryl,” jawab Serina dengan raut wajah yang cemas. Mendadak ia merasa gugup. Ia harus bisa m
Setelah pertemuan makan malam di restoran western akhirnya keluarga Manggala dan keluarga Jeena berdamai untuk kemudian berembuk, memutuskan hari bahagia bagi anak mereka. Akhirnya pihak keluarga sepakat jika acara lamaran akan diadakan seminggu kemudian. Jeena terpaksa menunda kepergiannya ke luar negeri demi acara penting tersebut. Sore itu, Manggala melamar Jeena di kediamannya dengan dihadiri oleh keluarga inti baik dari pihak keluarga lelaki maupun perempuan serta sahabat terdekat yang diundang secara khusus.Suasana kediaman Ana yang luas menjadi sebuah tempat yang tepat untuk mengadakan acara lamaran secara outdoor. Halaman rumah itu kini sudah didekorasi menjadi tempat acara yang bernuansa alam dan didominasi oleh warna putih berasal dari bebungaan mawar putih.Ana menarik nafas dalam saat melihat suasana rumahnya yang sudah disulap itu menjadi sebuah venue lamaran. Pemandangan yang menakjubkan itu adalah mimpinya saat ia benar-benar mengharapkan Aldino sebagai calon suaminya.
“Tidak Ayah! Kita tidak boleh menyerah.”Danar merespon ayahnya dengan penuh amarah. Sang ayah tiba-tiba datang ke rumahnya tanpa mengabarinya terlebih dahulu.Begitupula dengan Diajeng yang menatap tajam suaminya. “Tidak Mas! Yang benar saja! Kita tidak akan pernah menjual perusahaan yang sudah lama kita rintis. Pasti ada jalan keluar lain!” “Bu, semua sudah terlambat. Coba tanyakan pada anakmu? Pengusaha mana yang mau membeli perusahaan yang nyaris kolaps. Kita pulang saja ke Jogja. Di sana kita masih punya aset. Daripada perusahaan kita jatuh pada Miguel Eduardo. Perusahaan Waluyo masih memberikan harga yang masuk akal.”Adi Yudistira menjelaskan dengan apa adanya. Tentu saja, seperti anaknya, ia juga merasakan sebuah kekecewaan yang berat. Namun setidaknya mereka masih memiliki aset. Bagaimanapun, mereka juga sudah berbuat semaksimal mungkin untuk mempertahankan perusahaan. Ada banyak faktor yang menyebabkan perusahaan Yudistira gulung tikar. Posisi Danar yang bermasalah dalam se
“Mas, apa kamu setuju?” tanya Putri Melati pada pria tampan di sampingnya. Jujur, dalam lubuk hati terdalam, ia takut mendengar jawaban suaminya yang tak diharapkan. Ia hanya ingin putranya mendapatkan cintanya. Kebahagiaan Manggala adalah segalanya.Saat istri tercinta menyentuh lengannya dengan lembut, Aldino menoleh ke arah istrinya dengan tatapan yang sukar diartikan. Seperti sebuah tatapan yang mengandung emosi. Aldino terlihat menyelami hatinya melalui tatapan itu.Semua orang yang berada di sana sangat penasaran menunggu detik demi detik Aldino mengiyakan permintàan Manggala dan Jeena. Detik-detik yang sangat berharga. Siapapun orang tahu jika pria itu memiliki sifat yang keras kepala dan temperamen. Sekali ia mengambil keputusan, maka ia tidak akan mengubah lagi keputusannya.Aldino hanya menatap wajah istrinya dengan perasaan yang campur aduk. Wanita yang dinikahinya itu begitu berhati lembut dan baik. Bagaimana bisa ia memaafkan Ana yang sudah menyakitinya. Karena Ana patah
“Jadi guru tidak sabar! Jadi ustazah apalagi! Kerja kantoran apalagi tidak sesuai dengan ijazah,” omel seorang wanita berkerudung lavender pada putrinya yang sedang asik membaca koran dan mencari pekerjaan yang sesuai dengan skill dan ijazah yang dimilikinya. Ia sedang asik melingkari baris iklan tentang lowongan pekerjaan dengan spidol berwarna merah. “Ibu, jangan ceramah terus! Apa Ibu gak cape gitu ngomel-ngomel terus? Seret Buk tenggorokan. Masih mending Ibu ngisi seminar. Capek-capek cuap-cuap juga dapat audiens dan dibayar. Lah, ini cuap-cuap bising iya. Dibayar juga kagak,” jawab gadis muda itu dengan helaan nafas pelan.Sudah dua jam lamanya, ia hanya menghabiskan waktunya dengan tengkurap di atas sofa bed mencari lowongan pekerjaan.“Sok-sokan pake nolak perjodohan coba. Kamu tahu, kamu sudah menyia-nyiakan kesempatan emas. Seharusnya kamu beruntung. Ayahmu punya sahabat orang kaya. Anaknya ganteng, baik, sholeh. Oh, ya, satu lagi, anaknya bahkan sudah punya usaha hotel. Kur