Menjadi penanggung jawab untuk investor di tanah bermasalah membuat Vivi tidak suka, masalahnya tidak ada yang bisa bertanggung jawab jika masalah muncul.Semuanya lepas tangan seperti yang terjadi sekarang.Wanita ini mengatakan ingin kerja sama dengan keluarga Aditama, lebih tepatnya meminjam nama dalam pembangunan hotel supaya disegani orang dan dia bertugas menggelontorkan dananya.Jika pembangunan ini gagal maka keluarga Aditama yang akan bertanggung jawab termasuk mengganti uang wanita ini. Secara garis besar seperti itu meski wanita ini tidak terang-terangan mengakuinya atau bisa dibilang bisnis ini hanya alasan supaya bisa bertemu."Kalau begitu saya akan menunggu kesempatan untuk bertemu suami anda."Lihat, kan?Vivi tersenyum kecil, dia tidak akan terpengaruh dengan wanita seperti ini. "Suami saya tetap akan menjawab hal yang sama."Wanita itu melempar tatapan mengejek ke Vivi lalu pergi.Setelah terdengar suara lift, Putra mengeluh. "Nyonya, anda tidak melihat sorot matanya
Vivi mendapat laporan dari kepala pelayan soal kedatangan ayah dari nona Heard ini, dia terlalu malas menyebut nama yang susah, mungkin dikira keren kali ya memakai nama yang nyusahin mulut orang?Mood Vivi yang awalnya semangat berubah jelek, karena didikan Reza. Moodnya sebelas dua belas sama seperti sang suami, para bawahan terutama Putra dan Choky tidak berani mendekat.Ketika memberikan laporan dari departemen lain pun mereka saling dorong-dorongan untuk maju mengetuk pintu istri CEO."Kalian kenapa dorong-dorongan begitu?" tanya Cefrilizia di belakang Putra dan Choky.Putra dan Choky sontak terkejut."Dia ada di dalam?" tanya Cefrilizia.Putra dan Choky mengangguk bersamaan.Cefrilizia dengan berani membuka pintu kantor Vivi dan berkata. "Apakah ini tugas atasan untuk menakut-nakuti anak buahnya?"Vivi yang sedari tadi sibuk dengan laporan, sontak mengangkat kepala. "Apa?""Kamu pasti sudah dengar tadi pagi ayahku datang ke rumah Reza untuk meminta izin menikahiku?"Vivi ingin m
Seperti seorang profesional yang sudah berlatih bertahun-tahun, Vivi yang awalnya canggung menjadi mahir bahkan tidak mengeluh untuk menelannya.Napas Reza masih memburu dan wajahnya berubah merah, nafsu masih ada di sana, dia masih ingin meneruskannya karena belum puas.Vivi menyeringai dan memberi tatapan mengejek. "Aku jadi penasaran, apakah wanita itu bisa melakukannya kepadamu?""Tidak." Geleng Reza. "Hanya istriku yang bisa melakukannya."Ah, itu mengingatkanku juga. Kamu yakin tidak pernah tidur bersama Rosalin?" tanya Vivi lalu membalik kursi dan menyeret Reza untuk duduk di kursi. "Kamu yakin tidak pernah melakukannya?""Tidak pernah, kamu bisa bertanya pada anak buahku.""Aku tidak percaya," bisik Vivi."Setelah bertahun-tahun dan kita memiliki anak, kamu sekarang tidak percaya?"Vivi duduk di atas paha Reza dan menyatukan mereka. "Aku tidak percaya jika tidak merasakannya langsung."Reza menggertakan gigi ketika mereka mulai menyatu, memeluk erat istrinya. "Kamu belum peman
Tidak butuh waktu lama gosip menyebar tentang Vivi yang tidak tahu malu sedang melakukan perselingkuhan. Orang-orang elite yang mengetahui cerita sesungguhnya, malas ikut campur dan menertawakan kekonyolan para tukang gosip dan orang kaya yang sok pintar ingin menjatuhkan nama orang lain.Sementara orang-orang kaya biasa dan kalangan menengah ke bawah heboh dengan berita tidak bermoral ini, mereka menunggu karma buruk turun ke Vivi.Satu minggu.Dua minggu.Tiga minggu.Hampir satu bulan tidak ada kabar, Cefrilizia yang sudah menyiapkan berbagai hal untuk merayakannya menjadi geram. "Kenapa Reza tidak bergerak sama sekali? Apakah si Vivi ini melakukan hal klenik?"Tommy tertawa. "Mungkin servis yang diberikan anak itu lebih bagus, Reza tipe pekerja keras dan tidak mudah goyah dengan wanita lain jadi kamu juga harus bisa belajar dan melakukan hal sama."Cefrilizia menatap bingung Tommy. "Benarkah itu papa?""Apalagi yang bisa dilakukan anak itu? Hanya mengandalkan tubuhnya.""Tapi baga
Vio tersenyum sinis. "Sepertinya mereka memang ingin menabuh perang, dia tidak berani menyentuh Kinara yang adik ipar Fumiko, Nina yang istri dari pewaris Tsoejipto dan aku yang istri perusahaan asing. Sasaran empuk mereka memang Vera dan Vivi."Nina mengerutkan kening. "Reza putra dari anak tidak sah, masih ada hubungan dengan keluarga kita. Vera dan Vio juga ada hubungan dengan keluarga kita."Kinara menambahkan sekaligus mengingatkan. "Mereka tidak tahu apa pun mengenai keluarga Tsoejipto, kita terlalu tertutup dan usahakan jangan bocor. Banyak penjilat di mana-mana."Semua orang di meja Kinara mengangguk setuju. Mereka tidak terlalu suka berinteraksi dengan para penjilat, terutama Nina dan Vio. Cefrilizia tiba di tempat mereka berlima. "Hallo Kinara, Nina, Vio. Senang bertemu dengan kalian, papa pernah cerita mengenai kehebatan kalian."Nina tertawa geli. "Memangnya kehebatan apa yang aku dan Vio lakukan?"Vio menutup mulut untuk menahan tawa. Cefrilizia tidak terpengaruh. "Yah,
Vivi memutuskan pulang ke rumah daripada pergi ke luar, teman-teman lain pun memutuskan hal sama. Ketika melihat suaminya sedang membaca koran sementara para bayi tertidur pulas di swing bouncer, kepalanya segera bersandar di paha sang suami. Reza menyingkirkan koran. "Sudah pulang?""Ya."Vivi menatap Reza sementara Reza yang bingung, menatap sang istri."Ada apa? Apakah ada masalah di luar?"Vivi memutuskan mengadu pada suami, hanya dia satu-satunya keluarga Vivi. "Cefrilizia mengganggu aku, dia tidak menyapa aku dan Vera.""Ah." Angguk Reza. "Dia ingin berperang dan merebut aku dari kamu?"Reza selalu bersikap jujur terhadap istrinya, apapun yang ada di pikirannya selalu diucapkan karena sadar bahwa Vivi bukan cenayang yang tahu segalanya.Vivi pun sudah terbiasa dengan didikan Reza, hanya bisa tertawa. "Yah, kalau memang dia bisa merebut kamu- kenapa tidak?"Reza meletakkan koran di atas meja. "Kamu suka aku direbut dia?""Aku lebih suka kamu memiliki pilihan, aku tidak akan meng
Tanpa sengaja Vivi menekan tombol terima karena tubuhnya melengkung gemetaran ke depan.Suara nyaring Putra terdengar. "Nyonya, jam berapa anda akan datang? Nona Heard dan ayahnya sedang berkunjung."Putra meminjam handphone salah satu staff front office, handphonenya tertinggal karena buru-buru turun ke bawah sementara sambungan telepon kantor masih diperbaiki.Terdengar suara sindiran di telepon, Reza bisa mendengarnya. "Apakah dia pemalas?"Vivi masih tidak menyadari teleponnya yang tersambung. Handphone diletakkan tepat samping kiri kepala Reza.Vivi mengerang sambil memegang tangan suaminya yang masih belum berhenti. "Ber- henti."Cefrilizia yang berada di seberang telepon, dengan tidak sabar dan tidak sopan, menekan tombol pengeras suara di telepon kantor milik Putra.Terdengar suara erangan.Putra berusaha memutus sambungan telepon tapi didorong Cefrilizia.Di tempat tidur Reza sedang membalas jasa istrinya. "Istriku, katakan sekali lagi kalau istri tidak akan menyebut nama w
"Kenapa kamu tiba-tiba berbaik hati melaporkan ini?" cecar Reza.Erika juga tidak tahu itu, tanpa sadar kepalanya kalut dan jantung berdebar ketika mengingat kalimat yang dilontarkan wanita itu.Mungkin karena masa lalu, Erika jadi merasa bersalah dan ingin menebusnya tanpa sadar. "Karena-" "Apakah kamu tanpa sadar berjalan ke sini?" tanya Vivi dengan lembut.Erika terkejut lalu mengangguk kecil, dulu dia yang arogan di depan Vivi berubah ciut ketika mengetahui bahwa Vivi adalah kakak kandungnya. "Wanita itu datang dan mengorek informasi di masa lalu, kak Krisna sedang bekerja dan tidak ada di rumah sementara aku bersama keponakan. Dia memberikan uang yang banyak."Vivi melihat Erika menunduk malu. "Teruskan."Erika menggigit bibir bawah sebentar lalu bicara jujur dan terbata-bata. "Se... sebenarnya aku tergiur dengan uang itu, tapi ingat tentang kata kakak... aku tahu mungkin agak terlambat menyadarinya, a... aku tidak ingin mengulang kesalahan yang sama dengan menjadi serakah."Rez