Dengan penuh keyakinan dan bahkan tidak merasa ragu sama sekali, Hito menunjuk ke arah Adrian yang baru saja datang tersebut. Baik Lizy maupun Adrian sama-sama terkejut mendengarnya. Pria ini benar-benar gila.“Apa-“Lizy yang mencoba menyela Hito yang ada di depannya dengan nada tinggi tersebut dihalangi dengan cepat oleh Hito. Ia seolah membuat Lizy tidak bisa berkata kembali di kala itu. Tangannya membentang seolah mencoba melindungi Lizy.Rasanya memikirkan apa yang sedang dilakukan oleh Hito membuat Lizy seperti frustrasi sekali. Bisa-bisanya dia berkata begitu? Padahal yang pengkhianat di sini jelas sekali adalah Hito sendiri.“Seharusnya kamu mencari orang lain! Apa kamu kekurangan wanita sampai menggoda istriku?!” teriak Hito.Suasana jadi makin runyam. Bahkan makin banyak kamera ponsel yang naik dan secara terang-terangan merekam mereka pada saat itu.Situasi ini tidak bisa dihindari sama sekali. Bahkan Lizy kelabakan memikirkan bagaimana cara agar situasi ini tidak berbalik
Belum sempat Lizy menjawab apa yang dikatakan oleh Adrian, tiba-tiba Adrian langsung menariknya pergi dari sana. Bila tadi Hito menerima sorakan tidak enak dari orang-orang yang menonton, Lizy dan Adrian justru mendapatkan sorakan yang seolah mendukung.Wajah Lizy jadi makin memerah, dan bahkan telinganya terasa begitu panas sampai ia sendiri tidak bisa menahannya sama sekali.Adrian langsung mengajaknya masuk ke dalam mobil. Dengan cepat Adrian mempersilakan Lizy dahulu masuk ke dalam mobil, kemudian disusul dengan dia yang masuk ke dalam kursi kemudi.“Ayo.”Selama perjalanan yang entah menuju kemana itu, mereka berdua sama-sama merasakan atmosfer canggung yang terasa begitu pekat sekali. Rasanya membuat Lizy ataupun Adrian tidak nyaman.Sambil memainkan jemarinya dan bahkan menundukkan kepalanya, Lizy mencari kalimat yang sekiranya pas ia gunakan untuk berbicara dengan Adrian pada saat itu.“Terima kasih, kamu sudah menolongku lagi,” ungkap Lizy dengan perasaan yang malu-malu.Hela
Kaget karena mendengar suara flash kamera yang sangat keras itu, sontak Lizy langsung melepaskan pelukannya dan melihat ke sekitar dengan pandangan yang mencari-cari dimana keberadaan bunyi dari kamera tersebut.Ia sama sekali tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, bahkan tidak menemukan ada jejak dimana ada orang yang mengikuti mereka. Tetapi, darimana asal suara itu berasal?Adrian yang ada di depannya menarik perlahan tubuh Lizy untuk mendekat ke arahnya dan berhenti mencari sumber suara dari bunyi yang tadi sempat mereka dengar tersebut.“Aku sudah menduga ada yang mengikuti daritadi,” ucap Adrian.Lizy langsung menoleh ke arah Adrian dengan wajah terkejut. Dengan suara pelan dan juga sangat hati-hati, dirinya bertanya, “Kamu tahu?!”Adrian memandangi Lizy dengan tatapan yang cukup dalam. Kemudian, ia menganggukkan kepala mengiyakan pertanyaan dari Lizy barusan.“Siapa yang mengikuti kita daritadi?” Lizy kembali bertanya.“Entah. Tapi sepertinya orang-orang yang berkaitan deng
Kecupan itu terasa begitu hangat sekali. Sampai-sampai Lizy tidak sadar membiarkan kecupan itu menyelimutinya selama beberapa saat.Beberapa waktu berlalu, dan kini Adrian melepaskan kecupan mereka dengan sangat perlahan. Lizy membuka mata dan melihat Adrian benar-benar berada di depan wajahnya dengan jarak yang sangat dekat sekali.“Kata siapa aku tidak mau?” balas Adrian, setelah daritadi terdiam.Baru menyadari apa yang dirinya lakukan itu, membuat Lizy melompat dari tempatnya berdiri dan langsung menjauh dari Adrian pada saat itu.Matanya yang melotot dan degup jantungnya yang makin tidak terkendali itu seolah menguasai dirinya dengan baik. Ia bahkan memegang dadanya sendiri dan merasakan dengan jelas debaran itu sangat kencang sekali.Saat mengangkat kepala melihat ke Adrian, pria itu pun tidak tidak lebih baik dari dirinya responnya. Ia menutup wajahnya karena malu dan juga sama dengan Lizy, baru menyadari apa yang telah dia lakukan.Sempat merasa gemetar sedikit, Lizy mendekat
Mematung seketika Lizy setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Adrian. Dia tampak tidak ragu sama sekali dan bahkan mengatakannya dengan enteng.“Ayo, aku akan-“Baru saja Adrian menarik tangan Lizy dan mencoba mengajaknya untuk masuk ke dalam mobil, Lizy menahan tubuhnya untuk tidak berpindah dari tempatnya. Respon itu membuat ucapan Adrian berhenti dan langsung berbalik badan melihat ke arah Lizy.Ia membaca ekspresi wajah Lizy yang kebingungan dan sekarang dilanda dengan perasaan yang tidak karuan setelah menerima kado secara mendadak tersebut.“Ada apa …, Lizy?” tanya Adrian sambil memperhatikan raut wajah Lizy.“A- Aku, aku merasa tidak yakin. Kenapa, kenapa kamu memberikan kado seperti ini padaku?” Lizy masih bingung.Adrian kemudian kembali tersenyum setelah mendengar pertanyaan dari Lizy itu. Ia melepaskan tangannya, kemudian memandangi LIzy dengan jarak dekat sambil terus memperhatikan.“Aku sudah bilang. Karena sekarang sudah menjalin hubungan, jadi aku bisa menunjukkan ba
Hito merasa sedikit tersinggung dengan ucapan dari Mia itu. Secara langsung dan bahkan terang-terangan dia mengatai Hito tanpa melakukan filter pada ucapan yang barusan dia sampaikan.Tetapi Hito lebih memilih langsung mengabaikannya dan kembali membaca berita yang ada di ipad yang dirasa lebih menarik daripada harus meladeni emosi Mia yang selalu meledak itu.Merasa bahwa dirinya tak digubris sama sekali jelas membuat Mia tambah kesal dan makin ingin melampiaskan emosi yang seharusnya bisa ia tahan sebelumnya.Dengan cepat Mia mengambil ipad di tangan Hito dan melemparkannya ke sembarangan tempat. CTAKKKHH. Terdengar bahwa ipad tersebut terjatuh dan menimbulkan kerusakan apabila didengar dari suaranya jatuh.“Apa yang kamu lakukan?” Hito berusaha untuk bersikap tenang menghadapi emosi dari Mia.“Kamu masih bertanya? Aku tanya kamu duluan. Kenapa kamu melakukan hal bodoh itu di depan umum?! Sudah lupa kamu sudah menikah?!” kesal Mia.Hito akhirnya berdiri dan menghadapi Mia yang darit
Dengan berkendara entah ke mana itu, Mia terus menjalankan mobil tanpa tahu arah. Dia sebenarnya merasa frustrasi. Karena ia awalnya berpikir bahwa merebut Hito akan membuatnya memiliki segalanya, dan akan membuat dirinya bisa lebih tenar di kalangan para pengusaha.Nyatanya, ia tidak tahu kalau Hito bahkan tidak masuk dalam kalangan menengah. Bagaimana bisa Mia menunjukkan diri kalau hanya diundang untuk sekedar datang ke seminar.Dimana pertemuan para investor kaya dan rupawan yang seharusnya Mia lihat untuk bisa menunjukkan pesonanya? Ia terus bergumam kesal karena ia tidak bisa melakukan hal itu semua.Di jalanan, Mia tak sengaja melihat mobil Adrian yang jelas ia ingat itu sedang parkir di depan sebuah restoran. Mia berhenti tidak jauh dari sana, dan sedikit memutar badan untuk memastikan dari tempatnya apa benar itu milik Adrian atau bukan.“Kenapa dia ada di sana?” gumamnya dengan suara pelan. Mia segera mencari parkiran terlebih dahulu untuk mobilnya. Kemudian ia seg
Hari yang makin malam dengan Mia yang masih merajuk kepadanya membuat Hito tidak tahu harus bagaimana untuk membuat Mia mau keluar dan bicara kepadanya.Mendekati kamar yang terkunci dari dalam itu, Hito mengetuk dengan pelan dan berbicara dengannya.“Mia, bisa kita bicara sebentar?” pinta Hito dengan suara lembut.Mia membuka pintu. Tetapi, wajahnya masam kecut dan menatap Hito dengan tatapan yang sangat tajam sekali.“Apa? Apa kamu akan membelikanku kalung seperti permintaanku? Atau kamu membawa bunga yang setidaknya berjumlah 100 biji?” tanya Mia dengan emosi yang meluap.“Tidak. Tapi kita bisa-“BLAMMM. Mia langsung membanting pintu lagi dengan sangat keras tanpa mau berbicara lebih lanjut dengan Hito. Hito hanya bisa terdiam tanpa marah balik kepadanya. Tidak biasanya Mia seperti ini, dan itu membuat Hito benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi.Ia berjalan menuju ke depan rumahnya, dan duduk di samping mobilnya dengan perasaan yang muram. Bahkan tidak ada semangat untuk hari
Setelah naik taksi, dan juga turun di sebuah pinggir jalan, Adrian mengajak Lizy berjalan kembali. Lama-lama Lizy merasa sangat capek karena merasa bahwa tempatnya tak kunjung sampai. Yang ada malah mereka seperti terus mencari tempat yang bahkan Lizy tidak tahu.Tak jauh dari sana, Adrian mendadak masuk ke sebuah toko yang hendak mereka lewati. Adrian memintanya menunggu di luar sebentar. Saat mendongak melihat nama tokonya, Lizy melihat ada gambar sebuah sepatu yang dibawahnya ada besi.‘Apa itu?’ batin Lizy.Tak lama dari itu Adrian keluar sambil membawa dua pasang sepatu yang persis seperti apa yang dia lihat tadi di atas sana. Dengan wajah kebingungan Lizy bertanya kepada Adrian mengenai apa yang hendak dilakukan sebenarnya.“Apa ini? kita mau kemana sebenarnya?” tanya Lizy yang sudah benar-benar tidak paham.“Kita main seluncur es. Karena sekarang sudah musim salju, jelas ada banyak tempat yang dibuka untu melakukannya,” ajak Adrian dengan bersemangat.“Ha- Ha? Kamu bisa main se
Seperti bagaimana mereka merencanakan hari-hari sebelumnya, dan kini sudah tiba jadwal bulan madu mereka yang sudah didamba-dambakan sejak lama. Adrian sudah menjanjikan bahwa dia akan membawa Lizy pergi ke negara bersalju untuk melihat betapa indahnya gumpalan-gumpalan bola putih itu.Ketika sampai di negara yang dituju, Lizy sudah bisa dibuat takjub ketika melihat bahwa mereka benar-benar bisa menyaksikan salju pertama yang baru saja turun. Lizy tak pernah membayangkan cantiknya ini.“Indah sekali,” pujinya dengan tatapan berbinar yang memandang ke atas langit saat berada di balkon kamar hotelnya tersebut.Adrian memeluknya dari belakang dan juga ikut menyaksikan bagaimana salju pertama yang turun itu. Malam itu menjadi dingin yang berbeda, namun juga terasa hangat dalam waktu yang bersamaan.“Ya, ini juga kali pertama aku melihat salju turun,” balas Adrian.“Andai saja kita punya anggota keluarga tambahan untuk bisa menikmati keindahan ini, pasti rasanya menyenangkan sekali,” celet
“Kamu tidak keberatan?” Dokter Maya sedikit kaget.Lizy menggelengkan kepala menjawabnya, “Aku bisa mengatasinya. Apalagi sekarang kita sudah suami istri, jadi ini bukan perihal yang sulit,” ucap Lizy.“Baguslah. Kalau semisal ada apa-apa, kamu bisa datang padaku dan membicarakannya. Siapa tahu kamu membutuhkan bantuan untuk sedikit meringankan tugasmu. Misalnya saran-saranku,” Dokter merasa lega.Lizy menganggukkan kepala. Setelah banyak perbincangan akhirnya Dokter Maya pergi dari rumah. Kini hanya mereka berdua yang ada di rumah yang sudah mereka beli dan juga segala isinya sudah sangat lengkap sekali.Badan Lizy terasa capek sekali sekarang ini. ia sudah hendak berada di atas kasur dan juga hendak segera tidur untuk mengistirahatkan diri. Tetapi, Adrian menyentuhnya dari belakang sampai membuat Lizy berbalik badan melihat ke arahnya.“Ada apa?” tanya Lizy.“Ini malam pertama kita sebagai pasangan sah. Aku ingin merayakannya,” pintanya.Lizy segera memutar badan dan duduk melihat k
Ada banyak sekali tamu yang datang selama pernikahan mereka berlangsung. Dan seperti bagaimana kesepakatan dari dua keluarga, yang dimana para tamu dilarang untuk membahas perihal apa yang sudah terjadi pada Lizy.Melihat bahwa mereka yang datang benar-benar mengucapkan selamat itu dan turut berbahagia untuk dirinya membuat Lizy merasa senang. Ini adalah pernikahan yang sangat ia senangi dan juga begitu membuatnya bahagia.Sesi foto juga berjalan dengan baik. Lizy merasa senang berpose depan kamera, dan memperlihatkan dirinya yang tertawa merasa sangat senang dan juga bahagia atas apa yang sudah ia dapatkan sekarang ini.“Kamu bahagia?” tanya Adrian kepada dirinya.“Tentu saja. Ada kamu, dan orang-orang uang aku sayangi di sini. Mana mungkin aku tidak bahagia?” Lizy menjawab dengan tatapan yang berbinar merasa senang.Dengan pelan Adrian memeluk pinggang Lizy dan memberikan kecupan manis di pipinya. Ia menunjukkan perasaannya yang penuh dengan turut kesukacitaan atas apa yang sudah ia
Loz sudah frustrasi sampai mengacak rambutnya dan sudah tidak bisa lagi mengatakan apa-apa. Seperti memang ada sesuatu yang tidak Lizyketahui sama sekali.Lizy mencoba untuk mempertanyakannya kepada Loz. Dan memintanya menjelaskan lebih detail supaya tidak membuat Lizy penasaran. Karena rasanya kesal sekali Loz seperti merasa kesal sendirian.“Apa kamu tidak pernah menanyakan perihal medisnya? Atau paling tidak masa lalunya?” Loz bertanya dengan penuh rasa kesal.Lizy menggelengkan kepala. “Dulu selama aku tinggal di sana, dia tidak pernah kelihatan keluar ke dokter. Memangnya kenapa?” Lizy berbalik bertanya kepada Loz setelah memberikan sedikit jawaban.“Temanku di salah satu rumah sakit ternyata dokter yang menangani Adrian sejak beberapa tahun lalu!” tegas Loz.Lizy mengerutkan dahi. Sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan Loz kepada dirinya ini. mengingat bahwa selama ini memang Adrian tidak ada apa-apanya sama sekali. Bahkan tidak kelihatan sakit sedikitpun.“Memang apa k
Entah seharusnya Lizy bersyukur atau bagaimana dengan semua ini, tetapi ia cukup terkejut dengan sifat asli dari Adrian yang sedikit di luar dari bayangannya tersebut. Meski sebenarnya memang wajar para pria seperti ini. Tetapi, ini terlalu kelewatan untuk mengatakan hanya sekedar saja.Mereka berdua sedang berada di sebuah hotel yang tidak jauh dari perusahaan Adrian. Dalam keadaan tanpa busana dan sedang saling berpelukan. Adrian tengah lelap tertidur dan kelihatan kelelahan sekali setelah hari ini.Lizy memandangi wajah Adrian yang rupawan dan juga begitu tampan di hadapannya. Lizy ditelepon terburu-buru oleh Adrian tadi pagi. Ia pikir ada apa. Ternyata, hanya ini saja.“Sayang…,” panggil Adrian dengan suara yang berat“Ya?” Lizy menjawab dengan tenang.“Apa kamu marah?” tanya Adrian.“Apa? Marah? Marah kenapa?” Lizy membalikkan pertanyaan kepada Adrian.Adrian segera melihat ke arahnya dan membuka mata. Ia memandangi Lizy dengan tatapan yang berbinar dan kelihatan sedikit merasa b
Dengan pelan Adrian mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Lizy. Tangan Adrian kini menyentuh kedua milik Lizy dan merasakan jelas bagaimana dua buntalan itu sangat pas di dalam tangannya.Lizy merasa bahwa hasratnya dibawa naik oleh Adrian. Kecupan itu perlahan turun dan kini berada di leher Lizy. Adrian menikmati setiap jengkal tubuh Lizy dan tak membiarkan sedikitpun lepas dari dirinya pada kala itu.Kamar yang sunyi dan pintu kamar yang sudah terkunci membuat mereka berdua bisa melakukan apa yang mereka mau dengan sangat mudan dan juga leluasa.“A- Adrian…,” desah Lizy dengan suara pelan.Mendadak Adrian menghentikan aktivitasnya, dan melihat ke arah Lizy dengan perasaan terkejut. Lizy yang melihat Adrian demikian justru malah merasa kebingungan sekali.“A- Ah…, sudah cukup?” tanya Adrian dengan sedikit gugup.Melihat Adrian yang merespon demikian malah membuat Lizy menyeringai kecil. Pria ini benar-benar manis saat dia seperti ini. dan Lizy tak bisa bohong bahwa dia suka sek
Sebenarnya permintaan Adrian ini terdengar sedikit tidak mungkin dan dirasa sedikit terlalu tak nyata. Bahkan untuk sekedar dianggap sebuah pernyataan saja sulit. Tetapi, melihat bagaimana Adrian yang mengatakannya dengan begitu bersikukuh, membuat mereka yang ada di sana tak bisa menolak.Bahkan, Lizy yang melihat Adrian sedemikian saja sudah membuat Lizy merasa tidak enak hati. Lizy sudah sampai di titik tidak bisa diharapkan sama sekali. Jalan hidupnya ini sudah hancur. Tapi kenapa Adrian masih tetap menerimanya.“Adrian. Aku tak memaksamu untuk menerima Lizy terus. Kamu bisa menolak, kalau semisal kamu tak bisa menerima kondisi Lizy," Loz ”khirnya bicara.Loz dengan perasaan berat hati mengatakan ini. Meski mungkin saja akan menyakiti perasaan Lizy, Loz tak masalah. Ia lebih tidak ingin kalau adiknya tersiksa setelah dinikahi. Tidak ada yang pernah menduga apa yang mungkin terjadi.Kegigihan Adrian itu terasa diremehkan. Adrian memandangi Loz dengan tatapan yang sangat tajam sekal
Setelah beberapa saat Lizy menangis tanpa adanya henti, akhirnya dia berhenti dan kini memandangi Adrian yang ada di depannya. Terlihat pakaian Adrian basah karena air mata Lizy yang daritadi mengalir dengan deras.“Maaf…, belakangan aku takut menemuimu, Adrian. Aku yang melarangmu untuk masuk ke sini dengan meminta Loz melakukannya,” Lizy langsung mengakui perbuatannya tersebut.Adrian tak bisa marah sama sekali setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lizy barusan. Jelas Adrian berpikir bahwa Lizy pasti punya alasan untuk melakukan apa yang sudah ia lakukan kepada dirinya ini.Dengan pelan Adrian menyentuh pipi Lizy dan memandanginya dengan perasaan sedih, “Kenapa, Lizy? Apa yang sebenarnya terjadi? Loz bilang kamu keguguran. Lalu kenapa? Apa kamu tidak mau membuatku menjadi bagian yang tahu segalanya tentangmu? Meski itu kesedihan sekalipun?” Adrian mempertanyakan apa yang telah menjadi pertanyaan di dalam kepalanya tersebut.