Dengan berkendara entah ke mana itu, Mia terus menjalankan mobil tanpa tahu arah. Dia sebenarnya merasa frustrasi. Karena ia awalnya berpikir bahwa merebut Hito akan membuatnya memiliki segalanya, dan akan membuat dirinya bisa lebih tenar di kalangan para pengusaha.Nyatanya, ia tidak tahu kalau Hito bahkan tidak masuk dalam kalangan menengah. Bagaimana bisa Mia menunjukkan diri kalau hanya diundang untuk sekedar datang ke seminar.Dimana pertemuan para investor kaya dan rupawan yang seharusnya Mia lihat untuk bisa menunjukkan pesonanya? Ia terus bergumam kesal karena ia tidak bisa melakukan hal itu semua.Di jalanan, Mia tak sengaja melihat mobil Adrian yang jelas ia ingat itu sedang parkir di depan sebuah restoran. Mia berhenti tidak jauh dari sana, dan sedikit memutar badan untuk memastikan dari tempatnya apa benar itu milik Adrian atau bukan.“Kenapa dia ada di sana?” gumamnya dengan suara pelan. Mia segera mencari parkiran terlebih dahulu untuk mobilnya. Kemudian ia seg
Hari yang makin malam dengan Mia yang masih merajuk kepadanya membuat Hito tidak tahu harus bagaimana untuk membuat Mia mau keluar dan bicara kepadanya.Mendekati kamar yang terkunci dari dalam itu, Hito mengetuk dengan pelan dan berbicara dengannya.“Mia, bisa kita bicara sebentar?” pinta Hito dengan suara lembut.Mia membuka pintu. Tetapi, wajahnya masam kecut dan menatap Hito dengan tatapan yang sangat tajam sekali.“Apa? Apa kamu akan membelikanku kalung seperti permintaanku? Atau kamu membawa bunga yang setidaknya berjumlah 100 biji?” tanya Mia dengan emosi yang meluap.“Tidak. Tapi kita bisa-“BLAMMM. Mia langsung membanting pintu lagi dengan sangat keras tanpa mau berbicara lebih lanjut dengan Hito. Hito hanya bisa terdiam tanpa marah balik kepadanya. Tidak biasanya Mia seperti ini, dan itu membuat Hito benar-benar tidak tahu harus bagaimana lagi.Ia berjalan menuju ke depan rumahnya, dan duduk di samping mobilnya dengan perasaan yang muram. Bahkan tidak ada semangat untuk hari
Hito yang dari awal memang tidak berniat membandingkn itu merasa tersinggung setelah mendengar Mia mengatai bahwa Lizy ialah wanita murahan. Hatinya tersulut api emosi, dan bahkan terasa makin membara saat membalas tatapan Mia itu sendiri.“Apa?! Berani kamu menatapku seperti itu?!” ketus Mia dengan amarahnya yang sama sekali belum reda.Jika dulu Hito akan mengiyakan saja ucapan Mia dan menuruti semua permintaannya, kali ini sama sekali tidak bisa. Hito merasa bahwa Mia jadi semena-mena dan terasa terus mengompori dirinya itu.“Kenapa? Tidak boleh? Memangnya hanya kamu yang bisa marah?” Suara Hito terdengar sangat dingin dan bahkan sangat menukik bagi Mia itu sendiri.Mia kaget mendengar nada suara itu. Karena dia sudah biasa mendengar Hito yang penurut dan selalu berbicara manis padanya. Ini pertama kali ia mendengar langsung bahwa Hito menjawabnya dengan nada seperti itu.Dengan ekspresi wajah yang sedikit ternganga dan juga tersentak itu, Mia berusaha mengendalikan diri agar ia ti
Lizy memang pernah datang kemari, tetapi Lizy masih tidak merasa familiar dengan tempat tersebut. Ketika masuk ke dalam sana dengan tangan mereka yang saling bergandengan, tentu saja langsung membuat orang-orang memandangi mereka dengan tatapan yang penuh rasa kaget.Lizy merasa malu. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian secara terang-terangan. Rasanya seperti dia berbuat kesalahan yang tidak bisa diampuni sama sekali.“Hari ini menu makan siang ada ayam dan juga camila mochi. Kamu mau?” Adrian menawarkan kepadanya.Mendengar sebuah makanan yang disebutkan olehnya membuat Lizy spontan menoleh ke arahnya dengan penuh rasa kaget. Matanya berbinar karena rasa semangat untuk sebuah makanan yang terasa sudah nikmat meski hanya baru mendengar namanya.Melihat respon Lizy yang seperti itu jelas membuat Adrian sedikit terkekeh. “Sudah kuduga, kamu pasti akan suka,” ucap Adrian.Lizy merasa seikit cemberut mendengarnya. Ia merasa seperti sedang dibuat bercanda oleh Adrian. Padahal sebenarnya
Lizy tak sadar ada orang yang datang menuju ke arah dapur itu. Ia kebanyakan melamun sampai tidak menyadari orang lain. Ia sungguh terkejut. Bahkan, para karyawan yang tadi sedang bergosip juga langsung berhentu setelah namanya disebut.“Sedang apa di sini?” tanya wanita itu kepadanya.Mendadak saja mereka yang ada di dalam sana keluar dan sontak muncul di samping Lizy yang sedang bersandar pada tembok itu. Mereka kaget karena tak menduga bahwa orang yang sedang mereka bicarakan ada di sana juga.“Kamu menguping kami?!” ketusnya. “Ah, ya,” Lizy langsung mengaku.Mau mengelak juga percuma. Karena Lizy bukan pekerja sini, jadi menggunakan alasan hanya sekedar lewat pun tidak akan membuat Lizy merasa dilindungi. Jadi dia lebih memilih mengiyakan saja dengan cepat.Mereka yang mendengar jawaban itu merasa sangat kesal sekali. Bahkan tatapannya sinis menunjukkan bagaimana mereka tidak senang dengan pengakuan Lizy barusan.Entah apa yang mereka pikirkan pada saat itu, secara tiba-tib
Lidya terpaku seketika setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Adrian barusan. Dia sudah terpojok karena tidak bisa menemukan alasan yang tepat atas tindakannya yang sangat bodoh dan juga gegabah itu.Matanya melihat ke sana kemari mencari alasan untuk membenarkan tindakannya itu. Tetapi, melihat Adrian yang mendekati Lizy dan langsung merangkulnya ke dekatnya tak membuat pikiran Lidya merasa jernih mencari alasan.“Untuk apa dia menyerangmu? Dia bahkan tidak mengenalmu,” ucap Adrian.“Ta- Tapi dia itu masih bersuami, Pak! Dia tidak pantas mendapatkan-““Bersuami? Dia sudah bercerai. Dan aku sudah dengar dari yang lain, kalau kamu sangat mengagung-agungkan Mia agar menjadi pasanganku,” Adrian menyela.Lidya yang mendengarnya cukup terkejut. Ia sampai melihat ke arah para karyawan yang ada di luar. Mencoba memastikan siapa yang memberitahu kepada Adrian mengenai dia yang paling menggebu membicarakan Mia.Ia melirik dengan perasaan yang sangat kesal dan tidak bisa dipungkiri bahwa dia
Dan kini, setiap kali Lizy hendak pergi kemana, atau paling tidak ingin berjalan-jalan saja, Adrian pasti akan selalu bersamanya dan tidak meninggalkan Lizy sedikit pun.Bahkan sekarang Adrian benar-benar memamerkan Lizy dengan cara yang kadang membuat Lizy merasa malu sekali. Hubungan mereka dibangun dengan cara yang palsu. Tetapi Adrian membuat hubungan ini terasa begitu nyaman sekali.Kali ini, Adrian mengajak Lizy ke sebuah pertemuan para pengusaha baru dan juga penguasa senior. Pertemuan yang diadakan untuk membuat setiap para usahawan menemukan partner, dan juga insipirasi di sana.“Wow. Ini serius aku boleh ikut ke sini?” bisik Lizy kepada Adrian.“Tenang saja. Memang datang ke sini boleh dengan pedamping satu orang,” sahut Adrian dengan berbisik juga.Lizy menganggukkan kepala mengiyakan. Ia tidak pernah tahu kalau ada pertemuan semacam ini. Dulu Hito nyaris tidak pernah mengatakan ada hal semacam ini.“Tapi, Adrian,” Lizy kembali mengajak Adrian bicara dengan suara yang pelan
Mendengarnya membuat Lizy merasa sedikit tersipu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa alasan kenapa Adrian berbicara bergitu di depan banyak orang tanpa memberitahunya terlebih dahulu.“Hahaha, iya,’Sayang,’” Lizy meledek Adrian yang tadi sempat memanggilnya dengan nama seperti itu.Sekarang secara berganti, Adrian lah yang dibuat terkejut dan langsung merasa malu setelah mendengar kata itu disebutkan oleh Lizy. Ia secara tak sadar memanggil Lizy begitu karena ia merasa sedikit bingung cara memanggilnya.“Haha, kenapa? Aku ‘sayang’ merasa sangat malu?” Lizy menggoda kembali karena melihat Adrian membuang muka, tetapi telinganya yang merah sudah kelihatan sekali.Adrian terus membuang muka ke sembarang arah setiap kali Lizy mencoba untuk melihat wajahnya itu. Tawa Lizy benar-benar membuat Adrian merasa begitu tersipu, sampai-sampai ia tak sanggup harus melihat Lizy yang ada di depannya itu.Mereka bercanda dan kelihatan senang dengan satu sama lainnya. Sampai membuat orang-orang yang
Setelah naik taksi, dan juga turun di sebuah pinggir jalan, Adrian mengajak Lizy berjalan kembali. Lama-lama Lizy merasa sangat capek karena merasa bahwa tempatnya tak kunjung sampai. Yang ada malah mereka seperti terus mencari tempat yang bahkan Lizy tidak tahu.Tak jauh dari sana, Adrian mendadak masuk ke sebuah toko yang hendak mereka lewati. Adrian memintanya menunggu di luar sebentar. Saat mendongak melihat nama tokonya, Lizy melihat ada gambar sebuah sepatu yang dibawahnya ada besi.‘Apa itu?’ batin Lizy.Tak lama dari itu Adrian keluar sambil membawa dua pasang sepatu yang persis seperti apa yang dia lihat tadi di atas sana. Dengan wajah kebingungan Lizy bertanya kepada Adrian mengenai apa yang hendak dilakukan sebenarnya.“Apa ini? kita mau kemana sebenarnya?” tanya Lizy yang sudah benar-benar tidak paham.“Kita main seluncur es. Karena sekarang sudah musim salju, jelas ada banyak tempat yang dibuka untu melakukannya,” ajak Adrian dengan bersemangat.“Ha- Ha? Kamu bisa main se
Seperti bagaimana mereka merencanakan hari-hari sebelumnya, dan kini sudah tiba jadwal bulan madu mereka yang sudah didamba-dambakan sejak lama. Adrian sudah menjanjikan bahwa dia akan membawa Lizy pergi ke negara bersalju untuk melihat betapa indahnya gumpalan-gumpalan bola putih itu.Ketika sampai di negara yang dituju, Lizy sudah bisa dibuat takjub ketika melihat bahwa mereka benar-benar bisa menyaksikan salju pertama yang baru saja turun. Lizy tak pernah membayangkan cantiknya ini.“Indah sekali,” pujinya dengan tatapan berbinar yang memandang ke atas langit saat berada di balkon kamar hotelnya tersebut.Adrian memeluknya dari belakang dan juga ikut menyaksikan bagaimana salju pertama yang turun itu. Malam itu menjadi dingin yang berbeda, namun juga terasa hangat dalam waktu yang bersamaan.“Ya, ini juga kali pertama aku melihat salju turun,” balas Adrian.“Andai saja kita punya anggota keluarga tambahan untuk bisa menikmati keindahan ini, pasti rasanya menyenangkan sekali,” celet
“Kamu tidak keberatan?” Dokter Maya sedikit kaget.Lizy menggelengkan kepala menjawabnya, “Aku bisa mengatasinya. Apalagi sekarang kita sudah suami istri, jadi ini bukan perihal yang sulit,” ucap Lizy.“Baguslah. Kalau semisal ada apa-apa, kamu bisa datang padaku dan membicarakannya. Siapa tahu kamu membutuhkan bantuan untuk sedikit meringankan tugasmu. Misalnya saran-saranku,” Dokter merasa lega.Lizy menganggukkan kepala. Setelah banyak perbincangan akhirnya Dokter Maya pergi dari rumah. Kini hanya mereka berdua yang ada di rumah yang sudah mereka beli dan juga segala isinya sudah sangat lengkap sekali.Badan Lizy terasa capek sekali sekarang ini. ia sudah hendak berada di atas kasur dan juga hendak segera tidur untuk mengistirahatkan diri. Tetapi, Adrian menyentuhnya dari belakang sampai membuat Lizy berbalik badan melihat ke arahnya.“Ada apa?” tanya Lizy.“Ini malam pertama kita sebagai pasangan sah. Aku ingin merayakannya,” pintanya.Lizy segera memutar badan dan duduk melihat k
Ada banyak sekali tamu yang datang selama pernikahan mereka berlangsung. Dan seperti bagaimana kesepakatan dari dua keluarga, yang dimana para tamu dilarang untuk membahas perihal apa yang sudah terjadi pada Lizy.Melihat bahwa mereka yang datang benar-benar mengucapkan selamat itu dan turut berbahagia untuk dirinya membuat Lizy merasa senang. Ini adalah pernikahan yang sangat ia senangi dan juga begitu membuatnya bahagia.Sesi foto juga berjalan dengan baik. Lizy merasa senang berpose depan kamera, dan memperlihatkan dirinya yang tertawa merasa sangat senang dan juga bahagia atas apa yang sudah ia dapatkan sekarang ini.“Kamu bahagia?” tanya Adrian kepada dirinya.“Tentu saja. Ada kamu, dan orang-orang uang aku sayangi di sini. Mana mungkin aku tidak bahagia?” Lizy menjawab dengan tatapan yang berbinar merasa senang.Dengan pelan Adrian memeluk pinggang Lizy dan memberikan kecupan manis di pipinya. Ia menunjukkan perasaannya yang penuh dengan turut kesukacitaan atas apa yang sudah ia
Loz sudah frustrasi sampai mengacak rambutnya dan sudah tidak bisa lagi mengatakan apa-apa. Seperti memang ada sesuatu yang tidak Lizyketahui sama sekali.Lizy mencoba untuk mempertanyakannya kepada Loz. Dan memintanya menjelaskan lebih detail supaya tidak membuat Lizy penasaran. Karena rasanya kesal sekali Loz seperti merasa kesal sendirian.“Apa kamu tidak pernah menanyakan perihal medisnya? Atau paling tidak masa lalunya?” Loz bertanya dengan penuh rasa kesal.Lizy menggelengkan kepala. “Dulu selama aku tinggal di sana, dia tidak pernah kelihatan keluar ke dokter. Memangnya kenapa?” Lizy berbalik bertanya kepada Loz setelah memberikan sedikit jawaban.“Temanku di salah satu rumah sakit ternyata dokter yang menangani Adrian sejak beberapa tahun lalu!” tegas Loz.Lizy mengerutkan dahi. Sedikit tidak percaya dengan apa yang dikatakan Loz kepada dirinya ini. mengingat bahwa selama ini memang Adrian tidak ada apa-apanya sama sekali. Bahkan tidak kelihatan sakit sedikitpun.“Memang apa k
Entah seharusnya Lizy bersyukur atau bagaimana dengan semua ini, tetapi ia cukup terkejut dengan sifat asli dari Adrian yang sedikit di luar dari bayangannya tersebut. Meski sebenarnya memang wajar para pria seperti ini. Tetapi, ini terlalu kelewatan untuk mengatakan hanya sekedar saja.Mereka berdua sedang berada di sebuah hotel yang tidak jauh dari perusahaan Adrian. Dalam keadaan tanpa busana dan sedang saling berpelukan. Adrian tengah lelap tertidur dan kelihatan kelelahan sekali setelah hari ini.Lizy memandangi wajah Adrian yang rupawan dan juga begitu tampan di hadapannya. Lizy ditelepon terburu-buru oleh Adrian tadi pagi. Ia pikir ada apa. Ternyata, hanya ini saja.“Sayang…,” panggil Adrian dengan suara yang berat“Ya?” Lizy menjawab dengan tenang.“Apa kamu marah?” tanya Adrian.“Apa? Marah? Marah kenapa?” Lizy membalikkan pertanyaan kepada Adrian.Adrian segera melihat ke arahnya dan membuka mata. Ia memandangi Lizy dengan tatapan yang berbinar dan kelihatan sedikit merasa b
Dengan pelan Adrian mulai memasukkan tangannya ke dalam pakaian Lizy. Tangan Adrian kini menyentuh kedua milik Lizy dan merasakan jelas bagaimana dua buntalan itu sangat pas di dalam tangannya.Lizy merasa bahwa hasratnya dibawa naik oleh Adrian. Kecupan itu perlahan turun dan kini berada di leher Lizy. Adrian menikmati setiap jengkal tubuh Lizy dan tak membiarkan sedikitpun lepas dari dirinya pada kala itu.Kamar yang sunyi dan pintu kamar yang sudah terkunci membuat mereka berdua bisa melakukan apa yang mereka mau dengan sangat mudan dan juga leluasa.“A- Adrian…,” desah Lizy dengan suara pelan.Mendadak Adrian menghentikan aktivitasnya, dan melihat ke arah Lizy dengan perasaan terkejut. Lizy yang melihat Adrian demikian justru malah merasa kebingungan sekali.“A- Ah…, sudah cukup?” tanya Adrian dengan sedikit gugup.Melihat Adrian yang merespon demikian malah membuat Lizy menyeringai kecil. Pria ini benar-benar manis saat dia seperti ini. dan Lizy tak bisa bohong bahwa dia suka sek
Sebenarnya permintaan Adrian ini terdengar sedikit tidak mungkin dan dirasa sedikit terlalu tak nyata. Bahkan untuk sekedar dianggap sebuah pernyataan saja sulit. Tetapi, melihat bagaimana Adrian yang mengatakannya dengan begitu bersikukuh, membuat mereka yang ada di sana tak bisa menolak.Bahkan, Lizy yang melihat Adrian sedemikian saja sudah membuat Lizy merasa tidak enak hati. Lizy sudah sampai di titik tidak bisa diharapkan sama sekali. Jalan hidupnya ini sudah hancur. Tapi kenapa Adrian masih tetap menerimanya.“Adrian. Aku tak memaksamu untuk menerima Lizy terus. Kamu bisa menolak, kalau semisal kamu tak bisa menerima kondisi Lizy," Loz ”khirnya bicara.Loz dengan perasaan berat hati mengatakan ini. Meski mungkin saja akan menyakiti perasaan Lizy, Loz tak masalah. Ia lebih tidak ingin kalau adiknya tersiksa setelah dinikahi. Tidak ada yang pernah menduga apa yang mungkin terjadi.Kegigihan Adrian itu terasa diremehkan. Adrian memandangi Loz dengan tatapan yang sangat tajam sekal
Setelah beberapa saat Lizy menangis tanpa adanya henti, akhirnya dia berhenti dan kini memandangi Adrian yang ada di depannya. Terlihat pakaian Adrian basah karena air mata Lizy yang daritadi mengalir dengan deras.“Maaf…, belakangan aku takut menemuimu, Adrian. Aku yang melarangmu untuk masuk ke sini dengan meminta Loz melakukannya,” Lizy langsung mengakui perbuatannya tersebut.Adrian tak bisa marah sama sekali setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Lizy barusan. Jelas Adrian berpikir bahwa Lizy pasti punya alasan untuk melakukan apa yang sudah ia lakukan kepada dirinya ini.Dengan pelan Adrian menyentuh pipi Lizy dan memandanginya dengan perasaan sedih, “Kenapa, Lizy? Apa yang sebenarnya terjadi? Loz bilang kamu keguguran. Lalu kenapa? Apa kamu tidak mau membuatku menjadi bagian yang tahu segalanya tentangmu? Meski itu kesedihan sekalipun?” Adrian mempertanyakan apa yang telah menjadi pertanyaan di dalam kepalanya tersebut.