“Ngapain sih ondel-ondel kesiangan ke sini? Ganggu aja,” gerutu Juan.
“Heh, apa kamu bilang? Ondel-ondel kesiangan? Jangan kurang ajar ya, kamu!” bentak Riana.“Yang kurang ajar itu kamu, seenaknya masuk ruangan orang gak permisi. Pergi sana,” usir Melani.Riana mendengus kesal, kemudian dia menatap Alex dengan tatapan tidak suka.“Alex, kamu udah bilang belum pesan Candra, suamiku,” ulang Riana.Alex mengabaikan Riana seolah tidak ada wanita itu di sana. Mereka berbicara tentang bisnis yang membuat kepala istri Candra itu berdenyut.Lima belas menit tidak ada jawaban, Riana ke luar sambil membanting pintu.“Dasar gak punya sopan santun. Udah miskin harta miskin etika lagi,” cibir Alex.“Kamu jangan menghina gitu Lex. Dia itu pelakor yang gak tau malu kesayangan si Candra,” timpal Juan.Melani diam dan menatap kedua lelaki di depannya, lama dia menatap Alex seolah meminta jawaban atas apa yang dikatakan oleh Riana.Alex menyadari maksud dari tatapan itu, dia batuk kecil sejenak lalu membuka suara.“Candra minta pemisahan harta gono gini secepatnya,” tandas Alex.Melani tersenyum patah mendengar itu. Meski sudah bercerai tetapi hatinya sangat sakit, dan juga sedih saat mantan suami menuntut pembagian harta.“Ternyata bener-bener gak ada aku di hatinya,” ucap Melani lirih.Juan diam dan menatap Alex, dia merasa sedih dan prihatin atas perasaan Melani. “Udahlah, ngapain sih mikirin orang modelan begitu. Lupain aja dan mulailah cinta sama aku yang keren dan ganteng sejagat ini, masa matamu tertutup liat aku yang sangat tampan paripurna saat bulan purnama,” kelakar Juan.Sontak saja Melani dan Alex tertawa mendengar perkataan Juan. Lelaki itu berusaha melempar guyonan segar, agar tidak lagi melihat wajah murung dari Melani. Melani kehilangan semangatnya untuk bekerja hari ini, dia menghabiskan banyak waktu untuk bersenda gurau dengan kedua lelaki tersebut.“Eh udah sore nih, pulang, yuk,” ajak Alex.Mereka ke luar ruangan sambil melempar canda, bak perangai anak SMA di masa lalu. Alex menekan tombol lift dan tidak lama pintu terbuka.Mereka masuk dan pintu kembali tertutup. Pintu kembali terbuka saat berada di lantai kantor Candra. Lelaki itu dan istri barunya masuk ke dalam. Sontak tawa yang tadi terdengar tiba-tiba diam. Hening …, tidak ada pembicaraan apapun, hanya suara helaan napas saja yang berasal dari Alex.“Juan, anter ke toilet yuk. Aku pengen buang air,” ajak Melani.“Mau kencing doang minta ditemenin, norak,” ejek Riana.Melani tersenyum dan berlalu dari lift usai pintu terbuka. Candra menarik lengan Riana dengan keras hingga wanita itu kesakitan.“Duh, sakit loh tanganku, Sayang,” keluh Riana.Candra memilih diam dan berjalan menuju mobilnya. Saat akan ke luar dari area parkir dia melihat Juan sedang menyeka tangan Melani sementara Alex memegangi tas mantan istri.“Ngapain sih itu orang deket-deket? Bikin kesel aja,” gumam Candra.”Kamu bilang apa, Sayang? Aku ga denger jelas,” cakap Riana.“Kamu bisa diem ga sih? Berisik tau gak,” kata Candra dengan ketus.Riana mengerucutkan bibir dan melempar pandangan ke sembarang arah. Perasaan kesal di hatinya bertambah dengan sikap dan kata-kata dari suaminya.Di tempat lain, seorang lelaki bertubuh tegap sedang berdiri di belakang seorang pria sepuh yang sedang bermain golf.“Andre, katamu Melani udah cerai dari si benalu itu? Apa Dewa Juanda masih nemenin dia?” tanya Wandra Hartawan, Kakek dari Melani.“Sudah, Tuan. Sepanjang jam kerja Tuan Dewa Juanda selalu menemani nona muda Melani,” jawab Andre.“Panggil Dewa Juanda kemari. Kamu lanjutkan mengawasi Melani,” pungkas Wandra. Lelaki yang bernama Andre, merogoh ponselnya lalu menghubungi seseorang. Usai berbincang beberapa saat dia kembali menghampiri Wandra.“Tuan, saya sudah menghubungi Tuan Dewa Juanda. Katanya dia akan datang ke rumah Anda tiga jam dari sekarang,” tutur Andre.Wandra mengangguk tanpa mengeluarkan suara, Andre pun pergi meninggalkan lelaki itu di sana.‘Benalu sialan, beraninya bikin cucu kesayanganku sengsara. Tunggu saja waktunya maka akan ku balas rasa sakit Melani,’ batin Wandra.Alex, Juan dan Melani kini sudah berada di kediaman pribadi milik mantan istri Candra tersebut. Mereka kini terlibat pembicaraan yang serius.Juan tidak lagi melempar gurauan, dia turut memilah berkas serta membantu membuat surat pernyataan yang akan dikirimkan melalui surat elektronik esok hari.“Udah sih kayanya ini,” cetus Alex.“Aku juga udah kelar bikin surat pemberitahuan. Besok tinggal kirim email aja,” timpal Juan. Juan merogoh ponselnya di dalam saku, dia melihat sebuah pesan masuk di sana. Usai membalas pesan lelaki itu menatap Melani kemudian menundukkan kepalanya.Alex mengajak Juan untuk pulang karena sudah larut malam, Melani pun mengatakan bahwa dia lelah dan akan beristirahat.“Kami pulang dulu, kamu jangan mikirin Candra lagi. Tidurlah,’ pesan Alex.“Siap, Bos,” kelakar Melani.Saat Juan akan masuk mobilnya, Alex menahannya sejenak kemudian melirik ke arah teras. Tidak ada Melani di sana, dia segera membuka suara.“Juan, aku ngerasa gelagat kamu aneh dari tadi. Kamu gak merencanakan sesuatu yang melanggar hukum, kan? Gerak gerik kamu mencurigakan,” tandas Alex.“Ngawur aja kamu. Tadi Kakek Wandra bilang mau ketemu, aku bilang bisanya malam dan langsung ke rumah beliau. Nah tadi pesannya Melani jangan sampe tau tentang pertemuan kami,” terang Juan.Juan menemui Wandra di kediamannya. Tanpa basa-basi lelaki sepuh itu bertanya akan hubungannya dengan Melani.“Maaf, Kek. Aku dan Melani tidak ada hubungan apa-apa selain pekerjaan dan pertemanan semasa SMA. Melani sudah tau perasaanku, tapi gak ada respon,” kata Juan.“Anak itu bodoh sekali. Dia pasti masih mikirin si benalu itu, Juan, aku minta kamu temani Mel, ya,” pinta Wandra.Juan mengangguk dan berjanji akan menjaga serta mengawasi Melani semampunya.“Aku merestui hubungan kalian jika memang cintamu berbalas,” lanjut Wandra.Siapa yang tidak mengenal keluarga Dewa Juanda? Pengusaha konglomerat, yang rendah hati serta sederhana.Di tempat lain, Melani termenung menatap pantulan dirinya di cermin. Dia tidak habis pikir mengapa Candra memilih untuk berkhianat.“Apa dia ga selera liat aku? Aku jelek ya. Ah, mungkin karena aku gak bisa melayani dia di ranjang. Dia suka yang binal sementara aku sendiri kaku banget,” gumam Melani. “Ah, sudahlah. Bukan gak berjodoh, tapi karena aku bodoh dan egois waktu itu. Mataku buta melihat kejanggalan dan setiap perubahan dari dia, aku terlalu bodoh untuk mau mendengarkan pendapat orang lain tentang dia. Ini pelajaran berharga,” sambungnya lagi.Bulir bening membasahi pipi, ponselnya yang bergetar membuyarkan lamunan. Matanya membulat saat membaca nama yang tertera pada layar ponselnya.[Pantesan kamu minta cerai, ternyata main belakang sama Juan selama ini.] Candra menulis pesan kepada Melani.Melani melipat dahinya usai membaca pesan tersebut.‘Apa-apaan ini? Ngapain kirim pesan begini,’ pikir Melani.Melani memilih tidak membalas pesan dari Candra. Baginya tidak perlu membicarakan hal yang tidak penting meskipun lewat pesan.Dia berencana akan menutup semua jalur komunikasi dari Candra jika pemisahan harta selesai. Bagaimanapun rasa itu masih ada dan sesekali hinggap, dia tidak mau merusak hidupnya dengam terjebak di masa lalu.Di rumahnya Candra tampak sangat kesal, apa saja yang dilakukan oleh Riana terasa salah dalam pandangannya. Sang istri memilih diam dan meninggalkan Candra sendiri.‘Aneh banget suamiku hari ini. Biasanya suka kalo mesra-mesraan ini kok malah mengelak? Apa dia sebenarnya masih cinta sama mantannya itu? Toh udah cerai ini ngapa
“Mau ngapain kamu ke sini?” tanya Riana dengan ketus.“Bukan urusanmu orang-orangan sawah. Kamu diem deh, aku gak ada urusan sama kamu,” jawab Alex.“Ini surat pemisahan harta kalian, kamu periksa dulu.” Alex menyodorkan sebuah map kepada Candra.Alex segera pamit dan menuju ruangan Melani. Riana yang mendengar pemisahan harta, seketika raut wajah menjadi berbinar dan tampak berseri.Candra tersenyum tipis, entah mengapa sisi hatinya terasa sangat sakit saat membaca surat tersebut. Riana duduk di pangkuan sang suami dan melingkarkan tangan di lehernya.“Wah, banyak juga jumlahnya, Sayang. Eh tapi kok itu rumah kita ikut dijual? Trus kita tinggal di mana dong?” celetuk Riana.“Rumah itu kan ada karena hasil kerja kami berdua, maka itu juga dijual biar bisa dibagi. Masalah tinggal di mana ya beli rumah baru lah, atau apartemen gitu,” cakap Candra.Riana
Sepanjang jalan Melani memikirkan keputusannya yang menurutnya terburu-buru, karena memikirkan terlalu serius hampir saja dia menabrak pembatas jalan.Melani terkejut kemudian dia memilih untuk menepi sejenak, guna menguasai pikirannya yang sedang kacau.“Apa kata orang nanti? Masa baru cerai udah nerima pinangan laki-laki lain? Gimana kalo mereka malah berpikir macam-macam dan nuduh aku selingkuh? Jaman sekarang jari orang mudah untuk menghakimi tanpa tau kisah yang sebenarnya,” gumam Melani.Akan tetapi sisi terdalam hatinya mengatakan kalau keputusannya itu sudah benar. Juan menunggunya sedemikian lama untuk menggapai cinta darinya.Melani cukup keras kepala, dia memaksa hati dan pikirannya untuk menolak lamaran Juan saat dilamar nanti.“Ah udah gila aku ini bahkan bener-bener gila. Masa aku terima Juan? Apa iya aku suka sama Juan? Apa bukan pelampiasan? Masa pernikahan berjalan bukan atas dasar cinta? Dulu aku pernah menikah atas dasar cinta malah berakhir cerai, apalagi ini tanpa
“Mama sampe lupa ngasih tau kamu. Itu si Juan malem-malem dateng ke rumah melamar kamu sama Papa. Tentu lamaran itu direstui sama Papa, dia kemudian menitipkan cincin tunangan biar kamu pake.” Liliana menyerahkan kotak berisi cincin kepada Melani.Mata Melani membulat sempurna, ternyata Juan tidak menunggu minggu depan untuk melamarnya.“Sudahlah, kamu jangan ragu lagi nerima Juan sebagai calon suami. Dia itu anak yang baik, ayo Mama antar kamu ke kantor,” ajak Liliana.Melani bersiap-siap, memoles wajahnya tipis kemudian menggandeng sang ibu.Tiba di kantor, beberapa karyawan tersenyum dan mengucapkan selamat atas pertunangannya. Melani mengucapkan terima kasih atas ucapan mereka. Pintu lift terbuka Liliana dan Melani masuk kemudian menekan tombol di mana kantor Melani berada.“Tuh kamu liat sendiri kan, gak ada tuh yang memandang rendah kamu,” cetus Liliana.Melani ter
‘Emang kalo rejeki gak ke mana. Pamer dulu ah,’ pikir Candra.Dia bergegas menuju ruangan Melani dengan wajah berseri. Tujuannya adalah memberitahu jika ada seseorang yang menghubungi dan akan membeli saham miliknya. Memang dia mengunggah akan menjual asetnya di akun yang dia sembunyikan dari Melani saat berselingkuh dengan Riana.Tidaklah sulit bagi Juan untuk mencari akun tersebut, pasalnya dia memeriksa semua kontak pertemanan milik Riana pada akun sosial medianya.“Halo manusia-manusia yang gak laku. Sekedar pemberitahuan nih ya, sebentar lagi aku kaya raya karena sahamku ada yang beli. Selamat tinggal MC Corporate, akhirnya sebentar lagi mataku gak ternoda liat kalian yang norak ini,” ejek Candra.“Can, maaf nih yah. Kami gak butuh pengumuman kamu yang gak penting itu, oh ya kamu ada saran ga sih kami bulan madu ke mana? Ke Paris Melani bosen, dia gak mau ke luar negeri katanya mau di sini aja,” balas J
_Sebelum bertemu Candra_[Simon aku minta tolong dong sama kamu, tolong beli saham Candra pake uang Melani. Kamu mau kan nolong dia?] Juan menulis pesan kepada Simon.[Melani? Cewek yang kamu suka itu kan? Oke deh aku bantu deh. Apa sih yang enggak buat sobatku,] balas Simon.Setengah jam sebelum bertemu Candra, Simon bertemu dengan Juan dan dia menceritakan dengan singkat kisah Melani dan Candra.Simon merasa kesal dengan ulah Candra yang menurutnya tidak tahu diri tersebut.“Jadi begitu ceritanya. Sekarang Melani tunanganku dan aku gak mau dia masih terikat dengan masa lalunya saat menikah denganku. Semua harus benar-benar dimulai dari awal,” ujar Juan.“Oh sekarang kalian udah tunangan? Kok gak ngundang-undang sih. Begitu amat sama sahabat,” sungut Simon.“Gak gitu, aku sebenarnya gak ada persiapan sama sekali. Nah aku tuh persiapkan dari kantor beli cincin sama ajak dia makan di tempat kesukaan aku,” terang Juan.Simon tersenyum kemudian menepuk bahu sahabatnya itu.“Oke deh aku
[Tuan, Nona Melani sudah menjadi pemilik tunggal saat ini. Mereka sedang makan malam di sebuah tempat, apakah masih perlu saya awasi? Tuan Juan selalu bersamanya.] Andre menulis pesan dan mengirimkan kepada Wandra.[Tidak perlu, tugasmu di sana sudah selesai. Mulai besok kembali bekerja bersamaku,] balas Wandra.Ya, lelaki itu adalah Andre yang diutus Wandra untuk mengawasi Melani. Sejak Wandra mengusir Melani dia mengutus Andre untuk mengawasi cucu kesayangannya. Lelaki itu tidak melepaskan begitu saja meski pada saat itu dia sangat marah.Melani lebih sering tertawa malam ini, obrolan konyol dan saling melempar canda khas lelaki, membuatnya kerap terpingkal-pingkal. Juan sesekali mencuri pandang dan tersenyum lebar.Berbeda halnya dengan Candra yang uring-uringan di rumah. Dia membiarkan Riana sibuk sendiri dengan ponselnya.“Sayang, kita kapan pindah rumah? Besok bisa? Bisa dong, iya kan,” rengek Riana.“Iya,” sahut Candra singkat.“Kamu kenapa sih? Sejak cerai dari Melani tingkahn
“Ngapain kamu ke sini? Oh …, kangen sama suami aku ya? Pengen nostalgia sama rumah ini? Atau kamu lagi kesepian butuh dibelai suamiku? Pasti itu alasannya,” cibir Riana.“Pelakor, kamu makan yang baik kan? Bukan kaca, tanah kuburan atau bangke. Makan yang sehat ya biar pikiran sehat selalu, aku ke sini mau bilang kalo besok ada yang mau beli rumah ini. Jadi silakan kalian pergi dari sini,” usir Melani.“Eh, gak perlu kamu usir juga kami mau pergi kok. Tuh liat mobil udah siap bawa koper, geer banget kami betah di sini,” celetuk Candra.Melani mempersilakan Candra dan Riana pergi, pelayan tersebut bersembunyi di balik tubuh mantan istri Candra.Candra dan Riana ke luar dengan sikap sangat mesra, tentu saja untuk memamerkan kepada Melani bahwa hubungan mereka harmonis.Sayangnya Melani tidak peduli dengan tingkah mereka. Dia menatap sang pelayan dengan wajah khawatir.“Bibi gak papa? Luka? Ayo ke dokte