“Mama sampe lupa ngasih tau kamu. Itu si Juan malem-malem dateng ke rumah melamar kamu sama Papa. Tentu lamaran itu direstui sama Papa, dia kemudian menitipkan cincin tunangan biar kamu pake.” Liliana menyerahkan kotak berisi cincin kepada Melani.
Mata Melani membulat sempurna, ternyata Juan tidak menunggu minggu depan untuk melamarnya.“Sudahlah, kamu jangan ragu lagi nerima Juan sebagai calon suami. Dia itu anak yang baik, ayo Mama antar kamu ke kantor,” ajak Liliana.Melani bersiap-siap, memoles wajahnya tipis kemudian menggandeng sang ibu.Tiba di kantor, beberapa karyawan tersenyum dan mengucapkan selamat atas pertunangannya. Melani mengucapkan terima kasih atas ucapan mereka. Pintu lift terbuka Liliana dan Melani masuk kemudian menekan tombol di mana kantor Melani berada.“Tuh kamu liat sendiri kan, gak ada tuh yang memandang rendah kamu,” cetus Liliana.Melani ter‘Emang kalo rejeki gak ke mana. Pamer dulu ah,’ pikir Candra.Dia bergegas menuju ruangan Melani dengan wajah berseri. Tujuannya adalah memberitahu jika ada seseorang yang menghubungi dan akan membeli saham miliknya. Memang dia mengunggah akan menjual asetnya di akun yang dia sembunyikan dari Melani saat berselingkuh dengan Riana.Tidaklah sulit bagi Juan untuk mencari akun tersebut, pasalnya dia memeriksa semua kontak pertemanan milik Riana pada akun sosial medianya.“Halo manusia-manusia yang gak laku. Sekedar pemberitahuan nih ya, sebentar lagi aku kaya raya karena sahamku ada yang beli. Selamat tinggal MC Corporate, akhirnya sebentar lagi mataku gak ternoda liat kalian yang norak ini,” ejek Candra.“Can, maaf nih yah. Kami gak butuh pengumuman kamu yang gak penting itu, oh ya kamu ada saran ga sih kami bulan madu ke mana? Ke Paris Melani bosen, dia gak mau ke luar negeri katanya mau di sini aja,” balas J
_Sebelum bertemu Candra_[Simon aku minta tolong dong sama kamu, tolong beli saham Candra pake uang Melani. Kamu mau kan nolong dia?] Juan menulis pesan kepada Simon.[Melani? Cewek yang kamu suka itu kan? Oke deh aku bantu deh. Apa sih yang enggak buat sobatku,] balas Simon.Setengah jam sebelum bertemu Candra, Simon bertemu dengan Juan dan dia menceritakan dengan singkat kisah Melani dan Candra.Simon merasa kesal dengan ulah Candra yang menurutnya tidak tahu diri tersebut.“Jadi begitu ceritanya. Sekarang Melani tunanganku dan aku gak mau dia masih terikat dengan masa lalunya saat menikah denganku. Semua harus benar-benar dimulai dari awal,” ujar Juan.“Oh sekarang kalian udah tunangan? Kok gak ngundang-undang sih. Begitu amat sama sahabat,” sungut Simon.“Gak gitu, aku sebenarnya gak ada persiapan sama sekali. Nah aku tuh persiapkan dari kantor beli cincin sama ajak dia makan di tempat kesukaan aku,” terang Juan.Simon tersenyum kemudian menepuk bahu sahabatnya itu.“Oke deh aku
[Tuan, Nona Melani sudah menjadi pemilik tunggal saat ini. Mereka sedang makan malam di sebuah tempat, apakah masih perlu saya awasi? Tuan Juan selalu bersamanya.] Andre menulis pesan dan mengirimkan kepada Wandra.[Tidak perlu, tugasmu di sana sudah selesai. Mulai besok kembali bekerja bersamaku,] balas Wandra.Ya, lelaki itu adalah Andre yang diutus Wandra untuk mengawasi Melani. Sejak Wandra mengusir Melani dia mengutus Andre untuk mengawasi cucu kesayangannya. Lelaki itu tidak melepaskan begitu saja meski pada saat itu dia sangat marah.Melani lebih sering tertawa malam ini, obrolan konyol dan saling melempar canda khas lelaki, membuatnya kerap terpingkal-pingkal. Juan sesekali mencuri pandang dan tersenyum lebar.Berbeda halnya dengan Candra yang uring-uringan di rumah. Dia membiarkan Riana sibuk sendiri dengan ponselnya.“Sayang, kita kapan pindah rumah? Besok bisa? Bisa dong, iya kan,” rengek Riana.“Iya,” sahut Candra singkat.“Kamu kenapa sih? Sejak cerai dari Melani tingkahn
“Ngapain kamu ke sini? Oh …, kangen sama suami aku ya? Pengen nostalgia sama rumah ini? Atau kamu lagi kesepian butuh dibelai suamiku? Pasti itu alasannya,” cibir Riana.“Pelakor, kamu makan yang baik kan? Bukan kaca, tanah kuburan atau bangke. Makan yang sehat ya biar pikiran sehat selalu, aku ke sini mau bilang kalo besok ada yang mau beli rumah ini. Jadi silakan kalian pergi dari sini,” usir Melani.“Eh, gak perlu kamu usir juga kami mau pergi kok. Tuh liat mobil udah siap bawa koper, geer banget kami betah di sini,” celetuk Candra.Melani mempersilakan Candra dan Riana pergi, pelayan tersebut bersembunyi di balik tubuh mantan istri Candra.Candra dan Riana ke luar dengan sikap sangat mesra, tentu saja untuk memamerkan kepada Melani bahwa hubungan mereka harmonis.Sayangnya Melani tidak peduli dengan tingkah mereka. Dia menatap sang pelayan dengan wajah khawatir.“Bibi gak papa? Luka? Ayo ke dokte
“Rama? Sama siapa kamu di sini? Binimu mana?” tanya Riana terkejut.“Aku sendirian, udah cerai juga aku sama istri sekitar dua bulanan gitu lah. Ya …, gara-gara ketauan selingkuh sama kamu lah, eh ‘main’ yuk, kangen nih.” Rama mengedipkan mata dengan genit.“Ssst, jangan keras-keras dong kalo ngomong. Aku ke sini sama suami aku kalo dia denger bisa berabe, ntar aku telepon deh kita ketemuan di mana kangen juga sama si jon.” Riana melirik nakal ke arah bagian bawah perut letak alat vital berada.Rama tertawa kecil, dalam hatinya dia merasa senang akan mendapatkan petualangan ranjang tanpa hubungan pernikahan. Terlebih gratis pula siapa yang menolak?“Eh, Rama. Kok kalian bisa cerai sih? Kan saling mencintai kamu sampe rela blokir aku demi cinta sama dia, padahal dia itu sahabat aku yang paling baik loh. Siapa suruh punya suaminya enak.” Riana terkikik genit.“Aku sampe detik ini masih cinta kok sama dia. Istriku it
“Siapa, Sayang? Kok gak dijawab teleponnya?” tanya Candra heran.“Temen aku ajak nongkrong di cafe, udah aku tolak tapi masih juga nelpon-nelpon,” jawab Riana berdusta.Candra mengangguk dan mengajak sang istri masuk, tidak tampak kecurigaan sama sekali. Lelaki itu meyakini bahwa tidak mungkin Riana akan macam-macam dengannya.Riana merasa lega saat sang suami tidak lanjut bertanya. Dia mengikuti Candra ke manapun guna mengetahui di mana letak penyimpanan sertifikat serta surat berharga lainnya.Candra merasa risih karena Riana mengikutinya kemanapun dia pergi.“Kamu ngapain, Sayang? Ngekor aja dari tadi.” Candra menegur sang istri.“Emang gak boleh aku ikut kemana kamu pergi? Kok aneh banget? Kamu sembunyikan sesuatu? Punya simpanan baru? Bilang ada apa sampe aku gak boleh ikutin kamu,” tuduh Riana.“Omonganmu makin ngelantur, aku aja seharian sama kamu, kapan aku punya simpanan? Tingk
Candra melihat Riana yang duduk lemas, dia segera menghampiri. “Kamu kayanya kecapean deh sampe lemas begitu, ayo berobat ke dokter,” ajak Candra.“Gak usah, Sayang. Aku istirahat di rumah aja,” tolak Riana dengan halus .“Ya udah kalau begitu, besok aja kamu ikut aku ke kantor. Aku pamit ya,” pamit Candra.Riana mengangguk lemas dan Candra meninggalkan sang istri di kamar. Suara mesin mobil terdengar meninggalkan rumah, Riana melompat dari tempat tidur dan menuju jendela dan mengintip melalui jendela.“Selamat aku kali ini, siapa juga yang mau susah payah kerja kalo modal badan aja bisa hidup enak.” Riana beranjak dari jendela.Riana segera membersihkan tubuh, memilih pakaian kemudian memoles wajahnya.“Udah cantik nih, aku ke salon dulu mau cat rambut trus pijat sehat, perawatan wajah baru deh ketemu Tama,” gumamnya.Riana mengambil kunci mobil dan tas yang sudah disiap
“Bau? Bau apa?” Riana mengendus sekitarnya.Candra mendekati Riana sambil terus mengendus, wajahnya tampak marah.“Bau parfum siapa ini? Seingatku gak pernah ada parfum kamu aroma begini, parfumku juga gak ada yang begini.” Candra menatap penuh selidik.Riana seketika menjadi gugup. Aroma parfum Tama melekat di pakaian yang dikenakannya, segera dia mengubah raut wajah agar Candra tidak curiga.“Kamu ini gimana sih, Sayang. Bau ya buat aroma gak sedap, gosong, kalo parfum ya aroma.” Riana bergegas masuk ke dalam mobilnya.Candra diam sejenak kemudian menuju mobil, dan melajukan menuju kediamannya.Riana mengikuti dari belakang, dia kini memutar otak bagaimana cara untuk meredam kecurigaan sang suami.Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya, senyumnya tersungging di bibir licik Riana. Usai memarkirkan mobil dia segera bergelayut manja di bahu Candra. “Sayang, kamu tuh gak peka banget sih. Malah bau yang dipermasalahkan, apa ga liat sesuatu yang berbeda gitu,” rajuk Riana.Candra yan