Candra melihat Riana yang duduk lemas, dia segera menghampiri.
“Kamu kayanya kecapean deh sampe lemas begitu, ayo berobat ke dokter,” ajak Candra.“Gak usah, Sayang. Aku istirahat di rumah aja,” tolak Riana dengan halus .“Ya udah kalau begitu, besok aja kamu ikut aku ke kantor. Aku pamit ya,” pamit Candra.Riana mengangguk lemas dan Candra meninggalkan sang istri di kamar. Suara mesin mobil terdengar meninggalkan rumah, Riana melompat dari tempat tidur dan menuju jendela dan mengintip melalui jendela.“Selamat aku kali ini, siapa juga yang mau susah payah kerja kalo modal badan aja bisa hidup enak.” Riana beranjak dari jendela.Riana segera membersihkan tubuh, memilih pakaian kemudian memoles wajahnya.“Udah cantik nih, aku ke salon dulu mau cat rambut trus pijat sehat, perawatan wajah baru deh ketemu Tama,” gumamnya.Riana mengambil kunci mobil dan tas yang sudah disiap“Bau? Bau apa?” Riana mengendus sekitarnya.Candra mendekati Riana sambil terus mengendus, wajahnya tampak marah.“Bau parfum siapa ini? Seingatku gak pernah ada parfum kamu aroma begini, parfumku juga gak ada yang begini.” Candra menatap penuh selidik.Riana seketika menjadi gugup. Aroma parfum Tama melekat di pakaian yang dikenakannya, segera dia mengubah raut wajah agar Candra tidak curiga.“Kamu ini gimana sih, Sayang. Bau ya buat aroma gak sedap, gosong, kalo parfum ya aroma.” Riana bergegas masuk ke dalam mobilnya.Candra diam sejenak kemudian menuju mobil, dan melajukan menuju kediamannya.Riana mengikuti dari belakang, dia kini memutar otak bagaimana cara untuk meredam kecurigaan sang suami.Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya, senyumnya tersungging di bibir licik Riana. Usai memarkirkan mobil dia segera bergelayut manja di bahu Candra. “Sayang, kamu tuh gak peka banget sih. Malah bau yang dipermasalahkan, apa ga liat sesuatu yang berbeda gitu,” rajuk Riana.Candra yan
“Duduk, Pak Candra,” ujar Tama dengan ramah.Candra duduk sambil tersenyum, ‘kok itu mirip nomer istriku yang lagi chat? Kenapa panggil sayang-sayangan gitu? Eh tapi itu gak ada fotonya, bukan dia berarti,’ batin Candra.Melihat Candra termenung, Tama memesan kopi dan makanan ringan.“Kenapa melamun, Pak? Berat banget masalahnya? Perlu saya ambilin timbangan biar kita timbang masalah siapa yang paling berat,” kelakar Tama.Candra tertawa lepas mendengar kelakar dari Tama. Tidak lama minuman yang dipesan oleh Tama diantar oleh pramusaji.“Maaf saya asal pesan aja tadi, gak berani ganggu lamunan Pak Candra,” ungkap Tama sopan.“Ah, gapapa santai aja. Oh ya, saya mau nanya kenal selebgram atau konten kreator atau influencer yang berpengaruh besar gak? Saya mau bayar mereka buat promosiin perusahaan saya yang baru saya rintis, bukan pemain baru sih sebenernya, tapi ini benar-benar usaha milik saya.” Ca
“Itu karena istrinya Bapak sedang hamil dan sepertinya kandungannya lemah atau bisa saja kehamilannya terganggu oleh sesuatu,” ungkap bidan tersebut.Candra terperangah karena terkejut dan mundur dua langkah, dia menggelengkan kepala kuat. Sang bidan merasa iba dan memberikan resep obat penguat kandungan.“Maaf, Pak. Saya memberi kabar buruk atas kehamilan Ibu, sebaiknya segera ke rumah sakit agar bisa diselamatkan kandungannya. Kami permisi,” pamit bidan tersebut.Candra terkesiap, dia merogoh saku dan menyerahkan lima lembar uang pecahan seratus ribu rupiah dan mengucapkan terima kasih. Dia mengantar kedua wanita tersebut hingga ke teras.Petugas keamanan mengantar kedua wanita itu menuju klinik. Candra kembali ke dalam kamar dengan langkah gontai.‘Anak siapa itu? Apa Riana udah lama selingkuh? Gimana kalo itu anakku? Ah gak mungkin, aku kan divonis mandul sudah pasti itu bukan anakku, arrrgh …, ini pasti karma
“Ketemu!” seru Riana.Riana mengambil semua berkas sertifikat serta surat berharga lainnya. Dia bergegas menuju kamar dan menyimpan dengan rapi di salah satu tas.“Sebentar lagi Candra bakal jadi gelandangan, gak sia-sia perjuangan selama ini dengan membuang harga diri hahaha.” Riana tertawa puas.Riana menghubungi Tama dan mengatakan bahwa dia sudah menemukan semua sertifikat milik Candra.Mereka berdua berjanji akan bertemu di sebuah tempat lusa nanti. Candra sibuk dengan pekerjaan di luar kota, kepulangannya ditunda menjadi minggu depan. Riana senang bukan kepalang mendengar kabar tersebut, dia memaksa Tama untuk menemuinya di rumah.“Kamu yakin aman? Gak ada CCTV?” tanya Tama sambil memandang keliling kamar Riana.“Aman dong, Sayang. Oh ya aku udah dapet semua sertifikat suamiku. Sertifikat rumah juga ruko yang sekarang jadi kantor, kita jual yuk trus pergi dari sini kalo perlu jual murah,” cakap Riana.“Jual rumah begini sama jual kantornya gak kaya jual kacang. Paling cepat sat
Waktu berlalu begitu cepat, Melani dan Juan sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Berbeda dengan Candra yang kini penampilannya kusut masai.Riana sudah kabur meninggalkan Candra dengan membawa uang hasil menggadaikan aset sang suami. Lelaki itu kini memijat pilipisnya yang acap kali berdenyut, tubuhnya juga tampak kurus dan tudak terawat.“Berengsek!” teriak Candra sambil melempar gelas yang berada di atas meja.Wajah lelaki itu tampak marah, baru saja ada seorang lelaki datang menagih hutang serta bunga dari pinjaman yang menggadaikan seluruh asetnya tersebut.Kemalangan menimpa Candra kali ini, bisnis mengalami penurunan dan beberapa mitra menipunya. Kini gaji karyawan serta cicilan hutang mulai menumpuk.Beberapa pegawainya juga diberhentikan karena tidak sanggup membayar gaji, pikiran Candra kini carut marut.Di tempat lain, Melani sedang mencoba beberapa gaun pilihan calon mertua ditemani oleh Juan.“Bahunya terlalu terbuka, aku gak suka,” keluh Juan.“Loh, malah cantik loh mod
“Kakak!” seru Juan dan berlari memeluk sang kakak.Wanita cantik yang sedang menarik koper, berpenampilan sederhana namun elegan tersebut melepas kacamata dan merentangkan kedua tangannya.Dia adalah Lusia Kakak Juan yang tinggal di kota lain. Rasa rindu antara keduanya membuat suasana menjadi haru. “Kakak ipar gak ikut?” tanya Juan.“Nanti malam nyusul, Dek. Tau sendirilah dia sibuknya gimana,” jawab Lusia.Lusia, meminta seorang pelayan yang menghidangkan air untuknya agar membawa kopernya ke dalam kamar.Kakak Juan itu menanyakan sejauh mana persiapan pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari. Juan mengatakan bahwa sang ibu kini sedang menguris semuanya guna memastikan esok berjalan dengan lancar.“Kalo udah Mama yang atur semua pasti beres. Trus yang bikin kamu mondar-mandir itu apa? Gugup? Atau ada masalah? Coba cerita,” pungkas Lusia.“Aku takut Melani membatalka
“Vivian itu gadis yang dijodohkan untuk Juan saat kamu menikah. Dia ngotot minta dinikahi Juan sampe ngaku hamil anak Juan, akhirnya kami memutuskan untuk menunggu anak itu lahir baru menikahkan mereka. Vivian berada dlam pengawasan keluarga Juan, tepat saat bayi itu lahir diam-diam Tante Gita lebih dahulu ngambil sampel anak itu untuk tes DNA. Vivian gak tau kalo Tante Gita udah duluan tes, nah hasil tesnya di tipu sama Vivian dibuat bayi itu anak Juan padahal bukan. Singkatnya Tante Gita mematahkan hasil tes DNA punya Vivian, karena malu dia mohon biar Juan bersikap sebagai Ayah si bayi dan dibuat pernyataan kalau itu hanyalah sebatas panggilan Ayah saja, tidak mengakui sebagai anak Juan dan tidak bertanggungjawab atas hal apapun dari si bayi,” tutur Alex.“Maaf aku yang kasih tau, aku yakin Juan bakal gugup dan gak bener jelasinnya malah bakal bikin kalian bertengkar,” lanjut Alex.Adel mengangguk tanda yang diceritakan Alex itu benar. Adel waktu itu hadir sebagai saksi dan turut m
Juan mengucapkan terima kasih atas harapan Alex. Sang sahabat berpamitan kepada Juan.Jika Juan dan Melani sedang berbahagia dengan pernikahan mereka, berbeda dengan Candra yang kini merasa kepala terasa akan pecah.Bagaimana tidak? Hutang yang ditinggalkan Riana dalam jumlah yang sangat banyak, belum termasuk bunga pinjaman. Belum lagi seluruh aset digadaikan dan membayar gaji karyawan. Tabungannya terkuras sudah dan kini sudah jatuh tempo pembayaran.“Tolong kasih waktu satu bulan lagi, sekarang saya cicil bunganya aja dulu,” kata Candra memohon.“Ini udah tiga bulan, perjanjiannya kan cuma tiga bulan. Itu modal besar mau dipakai sama Bos, kalo gak bisa lunas dalam minggu ini maka semua aset kami sita,” tegas sang penagih hutang.“Tolonglah beri kelonggaran. Saya harus bayar gaji karyawan dan biaya lainnya, lagipula kan bukan saya yang minjam kenapa malah saya yang ditagih? Kalian hubungi saja si peminjam,” kata Candra kesal.Wajah si penagih kini memerah. Dia merasa kesal dengan ka