“Oh ada tamu. Apa kabar Candra? Udah lama gak ketemu,” sapa Juan.Juan menghampiri sang istri kemudian mencium keningnya. Melani tampak bahagia terpancar dari raut wajah.“Ehem.” Candra mendeham.“Oh iya, ada perlu apa?” tanya Juan kemudian duduk di sisi Candra.“Ini, aku butuh pinjaman. Gak banyak kok cuma lima ratus miliar aja, nanti aku cicil deh,” jawab Juan.Juan sudah mengetahui perihal jumlah hutang tersebut, tetapi dia tidak menyangka jika Candra berani meminjam kepadanya juga Melani.‘Bener-bener dah ni orang,’ batin Juan.“Sayang, aku udah kasih penjelasan kalo keuangan kamu yang atur. Lagian kayanya gak ada deh kalo sebanyak itu,” timpal Melani.Tentu saja Juan mengerti jika Melani enggan meminjamkan uang kepada Candra, tetapi dia harus mencari kalimat yang tepat agar Candra tidak tersinggung.Juan tampak diam sejenak sebelum menjawab Candra, kemud
Tidak sampai empat jam orang suruhan Juan menemukan bahwa orang-orang Candralah pelakunya, Melani memutuskan untuk melaporkan mantan suaminya ke polisi untuk menuntut Candra agar diproses secara hukum. Wanita itu menghubungi Alex pengacaranya guna membuat laporan.Polisi bertindak cepat dengan menangkap Candra yang hampir saja kabur, lalu membawanya ke kantor polisi untuk segera dilakukan proses tindakan hukum.Polisi menanyai Candra tentang motif kejahatan yang dia lakukan kepada perusahaan Melani. Candra menyangkal bahwa dialah otak dari pelaku percobaan pengrusakan tersebut. Petugas penyidik memberi bukti-bukti kejahatan berdasarkan pengakuan para tersangka yang tertangkap di gudang.Candra terduduk lemas dan tidak bisa menyangkal atau membantah lagi, lelaki tersebut akhirnya mengakui, bahwa benar dia yang merencanakan sabotase terhadap perusahaan Melani dan Juan. “Oke, emang saya yang suruh mereka. Aku benci orang serakah
“Alex? Ada apa?” tanya Melani sambil berdiri.Alex menatap tamu Melani dan duduk di samping dengan wajah penuh tanya. Melani mengerti raut Alex kemudian menjelaskan kedatangan petugas itu.“Oh, aku ngerti. Sebenernya aku menyayangkan kejadian ini, seharusnya hukum tidak bisa dibeli tapi kenyataannya emang begitu yang kita jalani sekarang. Di mana-mana juga begitu,” pungkas Alex sambil menyindir dirinya dan petugas itu.“Bentar aku bikinin surat pernyataan pembatalan tuntutan dulu yang ditujukan kepada pihak aparat penegak hukum. Mel, kamu yakin mau cabut pengaduan kamu? Kalo ini dicabut maka tuntutan menjadi batal secara hukum,” lanjut Alex.“Gak papa, Lex. Cuma aku minta dia jangan ada lagi di kota ini atau jangan pernah muncul di depanku , itu aja syaratnya,” tegas Melani.Alex segera membuat surat yang dibutuhkan dan ditandatangani oleh Melani. Alex mengatakan nahwa dirinya saja yang akan membawa surat tersebut
“Bentar, kok itu mirip Riana ya?” gumam Candra.Candra memundurkan mobilnya dan memerhatikan sosok wanita yang dia yakini sebagai istrinya. Posisi wanita itu sedang membelakangi, sehingga menyulitkan untuk melihat wajahnya.Saat wanita itu berjalan menuju mobol miliknya, wajahnya tampak samar dan sekilas saja, Candra penasaran dan berencana turun untuk melihat dengan jelas.Akan tetapi niatnya urung katwna melihat seorang pria memakai topi dab masker yang masuk ke dalam mobil yang sama.“Sekilas mukanya bukan Riana sih, badannya aja mirip sih dari belakang. Ah, mikur apa aku sampe segitunya.” Candra merutuk dan melajukan kembali mobilnya.Sudah berjam-jam dia tidak tentu arah, akhirnya Candra singgah ke pom bensin dan mengisi bahan bakar.Pikirannya mengembara tak tentu arah, terkadang terbagi mencari Riana dan menuntutnya untuk mengembalikan uangnya, sisi lain memilih membuka usaha baru lebih kecil.
“Sana pergi! Bau banget aih ni orang, nantingak ada yang mau makan bakso di sini,” usir seorang pemuda.“Lapar, minta makan dikit aja,” ujar seorang wanita dengan suara lemah.Candra yang baru saja selesai memandu parkir sebuah mobil bergegas menuju temoat usahanya.“Ada apa ini, Rudi?” tanya Candra.“Ini nih, enak aja minta makan gratis. Bau banget lagi, nanti gak ada yang mau makan di sini, Pak,” jawab Rudi.“Sa-saya cuma mau minta makan, lapar,” ulang wanita itu kembali.Candra terkesiap dan mendekati wanita yang aroma tubuhnya sangat bau. Dia memandang wajah wanita tersebut dengan seksama, sambil memicingkan mata.Wanita tersebut menatap takut Candra dan segera menundukkan kepala dalam, dia memilin ujung bajunya. Suara perut yang keroncongan terdengar.“Riana? Ini kamu?” tanya Candra tidak percaya.Wanita itu menggeleng dan berlari meninggalkan tempat itu
“Hei, kamu kenapa, Riana!” seru Candra dengan wajah panik.Bu Murni mengambil tisu dan menengadahkan kepala Riana, lalu menyumbat lubang hidung dengan tisu.Tisu yang berwsrna putih kini berubah warna menjadi merah, Bu Murni segera mengganti kembali. Keadaan tersebut berulang selama lima menit.Candra diam dan menatap tajam wanita yang berada di depannya. Lelaki itu mencari sisa cinta kepada Riana yang baru saja ditemukan, ‘aneh, gak ada perasaan apapun,’ batin Candra.“Diminum dulu ini airnya.” Bu Murni memberikan segelas air.Dua menit kemudian Riana menguk air yang di berikan oleh Bu Murni hingga tandas.“Jadi waktu itu aku sebenarnya sering selingkuh gonta ganti laki-laki, aku juga selingkuh sama Tama. Laki-laki di hotel waktu itu ya si Tama, aku cari semua asetmu dan gadaikan ke rentenir kaya trus kabur sama Tama ke kota sebelah.”“Dua bulan semua teeasa indah dan aku terbuai sama bujuk rayu sama perlakuan dia di ranjang. Aku makin cinta sama suami sahabatku itu, hari itu aku nunt
“Boleh aku gendong? Eh, gak usah. Aku berkeringat dan kena debu, bau lagi,” ujar Candra.“Ah, ga papa kok. Namanya juga jagoan, gendong aja,” kata Juan.Juan mengambil putranya dari kereta dorong bayi dan menyerahkan kepada Candra. Bukan main bahagia Candra yang tampak dari wajahnya yang semringah.Mereka menuju sebuah cafe dan duduk di sana, Melani meninggalkan mereka dan berbelanja untuk kebutuhan mereka.“Sekali lagi makasih loh udah selamatkan anakku, Can. Oh ya, sekarang lagi sibuk urus usaha sekalian parkiran juga? Gigih kamu,” tutur Juan.“Begitulah, Juan. Kalian tampak bahagia dan harmonis, punya anak ganteng begini lagi.” Candra menyerahkan bayi lucu itu kepada Juan.“Sejak semua hartaku disita, aku pakai uang yang ada dan beli rumah mungil sederhana gak jauh dari sini. Aku sempat sakit kena radang paru-paru karena tidur sembarangan, aku tidur di lantai buka baju karena panas, aku gak beli A
Pagi ini wajah Candra tampak ceria, dia sudah tampak rapi juga bersih. Tidak lupa menyemprotkan parfum ke beberapa bagian tubuhnya.Senyum menghiasi wajahnya sambil mematut dirinya di cermin, setelah selesai dia menuju meja makan untuk sarapan.“Wah, rapi banget, Pak. Mana wangi lagi, jadi ngantor hari ini?” tanya Bi Murni sekaligus memuji penampilan Candra.“Jadi dong, Bu. Biar aku punya uang,” jawab Candra.Lelaki itu bergegas menuju kantor Juan usai dia menuntaskan sarapan, dia tidak ingin bosnya menunggu terlalu lama.Tiba di kantor Juan, ternyata si empunya perusahaan belum tiba hingga diminta untuk menunggu di ruang tunggu. Tidak sampai lima belas menit Juan tiba dan dia menyambut dengan hangat layaknya karyawan.“Jangan formal begitulah, gak asik,” tepis Juan.“Gak bisa, Pak …, ini kan kantor, jadi harus profesional,” tolak Candra.Juan mengantarkan Candra ke ruangan di mana dia kan bertugas, ternyata ruangannya tidak terlalu jauh dan Candra bisa mengamati gerak gerik atasannya
Diam-diam Juan dan Ambar menyusun rencana dengan cermat untuk menyelamatkan Melani dan menangkap Alex, lalu menyerahkan kepada pihak berwajib. Tidak lama, tiga unit mobil berwarna hitam mengapit kendaraan Juan, lelaki itu meminta Alex agar berhenti. Empat lelaki bertubuh kekar datang dan mengetuk jendela, Juan meminta Alex membuka pintu. Seorang pria dengan sigap menarik Alex dari balik kemudi, asisten Melani tersebut meronta dan salah seorang merogoh saku untuk mengambil ponsel milik Aex. “Hei, apa-apaan ini? Bos, tolong!” teriak Alex panik. “Bawa dia dan tunggu kabar dariku,” perintah Juan. “Baik, Tuan,” ucap seorang lelaki dengan suara bariton yang khas. Juan ditemani salah seorang pengawal yang mengemudi segera menuju tempat Melani disekap, sementara Ambar menunggu Juan tiba. Sebuah pesan masuk ke ponsel Juan, dia membuka pesan yang berbentuk rekaman video. Seketika wajahnya memerah karena marah dan terdengar umpatan berkali-kali. “Kurang ajar, mereka main-main sa
Keesokan harinya Melani mulai mengurangi interaksinya dengan Alex, meski tidak tampak sedang menghindar tetapi sang asisten bisa merasakannya.Sudah seminggu Melani selalu bersama Ambar, Alex lebih sering mengurus tugas di kantor dan sesekali mereka pergi bertiga.Alex semakin kesal karena tidak bisa berduaan dengan Melani, di mejanya dia meremas kertas yang sedang dipegang dengan tatapan penuh amarah.‘Baiklah, sepertinya ini terlalu lama untuk aku biarkan. Juan sialan itu harus merasakan akibatnya,” batin Alex.Dia menatap komputer dan memilih beberapa file penting dan mengirimkan ke seseorang, dia kemudian menyunggingkan senyum licik.[Bos, data penting sudah kukirim. Jangan lupa bayaran ya.] Alex menulis pesan kepada seseorang.Tidak lama sebuah pesan masuk ke ponsel Alex, ternyata notifikasi atas sejumlah pembayaran secara daring. Lelaki itu tersenyum puas kemudian dia menulis pesan dan mengirimkan kepada beberapa orang dengan isi yang sama.Sesuai kebiasaan Melani, dia pulang te
Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat, satu bulan sudah Alex dan Ambar bekerja dengan Melani. Mereka sangat akrab bak saudara.Alex selalu berperan penting dan selalu berada di depan jika Melani membutuhkan bantuannya dan juga dua rekannya, alasannya karena dia adalah lelaki di sana. Tentu saja Ambar dan Lisa merasa sangat senang, tanpa tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dengan baik oleh lelaki tersebut.Kabar bahagia juga datang dari Rita dan Candra, ternyata wanita tersebut hamil tiga minggu. Hal ini diketahui saat mereka memeriksa kesuburan Candra. “Apa rumah sakit yang dulu salah kasih hasil? Jangan-jangan anak riana kemaren itu beneran anakku? Ah, kok jadi bingung aku,” kata Candra.“Kamu ini sebenernya seneng gak sih aku hamil? Kok malah mikirin masa lalu,” rajuk Rita.“Seneng dong, Sayang. Cuma kepikiran aja kok tadi aku minta maaf ya, lain kali gak aku ulangi,” sesal Candra.Begitulah kehidupan mereka berjalan dengan baik dan penuh bahagia, begitu juga dengan Melani
[Ada kabar baru nih, Tuan Juan lagi cari asisten sekaligus bodyguard buat istrinya. Kamu tau kan harus apa,] ucap wanita muda yang mencuri dengar pembicaraan Juan.[Oh ya? Kerjaan bagus. Nanti aku transfer uang jajan kamu kalo udah gajian.] Lelaki yang menjadi lawan bicara mengakhiri pembicaraan telepon.Keesokan harinya seorang lelaki datang menemui Rita dan melamar pekerjaan, karena memiliki kriteria yang dibutuhkan oleh atasannya maka dia menerima lelaki itu dan seorang wanita lain yang cakap dan juga cekatan.Juan kini kian sukses dan bertambah sibuk. Dia sengaja menutupi dari Melani tentang kesibukannya belakangan ini, Juan merasa tertekan karena tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat dan kerap kesulitan membagi waktu untuk keluarga kecilnya di rumah. Apalagi saat melihat Melani yang kerap memarahi putra mereka, sebenarnya dia merasa sedih karena perhatiannya terbagi.Juan memiliki ide untuk membantu mengurangi beban pekerjaan sang istri di kantor, Juan memutuskan untuk mempe
Candra menghela napas kemudian diam sejenak sebelum mengutarakan pikirannya.“Iya, Sayang. Memang disiplin harus sejak dini supaya kelak dia gak seenaknya, kalau aku boleh saran nih, gimana kalo disiplin itu dimulai umur tiga tahun? Kan dia udah mulai tuh paham, udah bisa ngomong juga. Kamu gak perlu sering marah, tinggal tegur trus hukum dia kalo melanggar lagi. Gimana?” tawar Juan.“Masuk akal sih, Sayang, tapi kayanya bakal rada telat kalo kita ngajarin Rafael dari umur tiga tahun deh. Pas hamil aku kan baca-baca di internet, masa keemasan anak itu dari dia hidup sampai umur dua tahun, ada juga yang menulis masa itu dari baru lahir hingga umur lima tahun. Aku gak mau anak kita terlambat dididik, makanya tadi aku marah,” urai Melani.“Oke, jangan terlalu keras ya. Aku gak ulangi bela dia kalo lagi kena marah, biar dia tau kesalahannya dan gak diulang. Kamu jangan marah lagi dong.” Juan merayu sang istri dengan mencium puncak kepalanya.Bagi Juan, kehidupan rumah tangganya penuh deng
“Apalagi sih? Perasaan dari tadi aneh terus deh sikap kamu,” sembur Rita.“Itu liat.” tunjuk Candra.Tampak oleh Rita seorang wanita dengan wajah sombong berjalan ke arah mereka.“Ah, dunia ini sempit ya, Mas. Takdir bawa kamu kembali sama aku.” Riana bergelayut di bahu Candra.Rita mendorong Riana agar menjauh dari sang suami, meski dia tidak mengenal siapa wanita yang berada di depannya, istri Candra meyakini bahwa yang sedang menggoda suaminya bukan wanita baik-baik.Candra memeluk pinggang sang istri dengan mesra kemudian mencuim mesra pipinya, wajah Riana tampak merah karena merasa sedang diejek.“Ini istri aku, sebaiknya kamu menjauh dari hidup kami karena aku punya kebahagiaanku sendiri. Minggir sana,” usir Candra.“Kamu jangan gitu dong, Sayang. Dia pasti gak bisa melayani kamu dengan baik, pasti jauh lebih aku dari dia. Kamu inget kan kalo aku yang terbaik,” ucap Riana penuh rasa percaya diri.“Maaf, aku gak tertarik lagi sama pelakor seperti kamu,” cemooh Candra.Sepasang pe
“Bu, Candra ke mana?” tanya Riana dengan ketus dan bernada angkuh.“Pak Candra lagi bulan madu ke luar negeri,” jawab Bu Murni berdusta karena kesal.Riana menghentakkan kaki dan duduk di teras dengan wajah kesal, Bu Murni meninggalkannya di teras lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.“Bisa-bisanya bulan madu ke luar negeri, waktu sama aku di kamar aja gak ke mana-mana. Gak adil,” gerutu Riana.Riana kini penampilannya semakin cantik penuh pesona, dia kesal kepada Candra yang kini telah menikah lagi dengan Rita, Dia berencana akan mengacaukan rumah tangga Candra dan Rita, dengan harapan Candra akan kembali dan bisa dimanfaatkan seperti di masa lalu. Riana memulai rencananya dengan mengirim pesan romantis penuh rayuan kepada Candra, Wanita itu mengatakan bahwa dia telah berubah dan menyadari serta meminta maaf atas kesalahan di masa lalu. Dia juga merayu Candra agar kembali bersamanya dengan berbagai janji manis yang tentu saja dusta“Ini orang ngapain sih ngirim pesan aneh begini?
Tidak teras pukul delapan malam sudah tiba, Juan dan Melani sudah hadir beserta keluarga dari Rita. Candra terperangah menatap calon istrinya yang tampak sangat cantik saat dirias.Ikrar pernikahan diucapkan dengan lantang dan penuh keyakinan, Rita menitikkan air mata karena terharu dan tidak menyangka akan menjadi seorang istri mulai malam ini.Usai resmi dinyatakan suami istri para tamu yang diundang dipersilakan menyicipi hidangan yang disedikan terbatas. Melani yang memiliki ide untuk memesan beberapa menu maknan bserta hidangan penutup dan juga aneka minuman ringan.“Selamat, ya. Semoga langgeng,” ucap Juan sambil menyalami Candra.Beberapa mengucapkan semoga mendapatkan buah hati, Candra tersenyum lebar dan diam-diam hatinya bak teriris pedih tak terkira.Juan dan Melani memahami perasaan Candra dan mengalihkan ke perbincangan lain, Rita tahu jika dia tidak akan pernah memiliki keturunan dari suaminya. Akan tetapi dia sudah memikirkan langkah apa saja yang akan ditempuh untuk me
“Iya, maaf aku salah gak bisa menahan diri. Aku akan bertanggungjawab dan nikahin kamu,” cakap Candra.Rita menangis sedih dan juga bahagia, Candra berusaha menenangkan tapi menjaga jarak kemudian .memakai kembali pakaiannya.Lelaki itu akhirnya berpamitan dan kembali ke rumah, di dalam mobil dia tidak habis pikir bagaimana bisa dia sedemikian ceroboh. Candra akhirnya menuju toko perhiasan, mencari satu set perhiasan emas serta sepasang cincin nikah. Dia meminta Bu Murni mencarikan pemuka agama untuk menikahkan dirinya dengan Rita nanti malam.[Buru-buru banget, Pak. Gak ada masalah kan? Kena grebek misalnya?] tanya Bu Murni dalam panggilan telepon.[Gak, Bu. Cuma gak pengen nunda aja,] jawab Candra dan kemudian panggilan telepon berakhir.Candra memilih kebaya putih beserta setelannya dan menyiapkan banyak seserahan untuk Rita nanti malam, kemudian dia meminta agar diantar pukul delapan malam ke alamat yang diberi.Candra kembali ke apartemen Rita, wanita itu kini tampak segar denga