“Itu karena istrinya Bapak sedang hamil dan sepertinya kandungannya lemah atau bisa saja kehamilannya terganggu oleh sesuatu,” ungkap bidan tersebut.
Candra terperangah karena terkejut dan mundur dua langkah, dia menggelengkan kepala kuat. Sang bidan merasa iba dan memberikan resep obat penguat kandungan.“Maaf, Pak. Saya memberi kabar buruk atas kehamilan Ibu, sebaiknya segera ke rumah sakit agar bisa diselamatkan kandungannya. Kami permisi,” pamit bidan tersebut.Candra terkesiap, dia merogoh saku dan menyerahkan lima lembar uang pecahan seratus ribu rupiah dan mengucapkan terima kasih. Dia mengantar kedua wanita tersebut hingga ke teras.Petugas keamanan mengantar kedua wanita itu menuju klinik. Candra kembali ke dalam kamar dengan langkah gontai.‘Anak siapa itu? Apa Riana udah lama selingkuh? Gimana kalo itu anakku? Ah gak mungkin, aku kan divonis mandul sudah pasti itu bukan anakku, arrrgh …, ini pasti karma“Ketemu!” seru Riana.Riana mengambil semua berkas sertifikat serta surat berharga lainnya. Dia bergegas menuju kamar dan menyimpan dengan rapi di salah satu tas.“Sebentar lagi Candra bakal jadi gelandangan, gak sia-sia perjuangan selama ini dengan membuang harga diri hahaha.” Riana tertawa puas.Riana menghubungi Tama dan mengatakan bahwa dia sudah menemukan semua sertifikat milik Candra.Mereka berdua berjanji akan bertemu di sebuah tempat lusa nanti. Candra sibuk dengan pekerjaan di luar kota, kepulangannya ditunda menjadi minggu depan. Riana senang bukan kepalang mendengar kabar tersebut, dia memaksa Tama untuk menemuinya di rumah.“Kamu yakin aman? Gak ada CCTV?” tanya Tama sambil memandang keliling kamar Riana.“Aman dong, Sayang. Oh ya aku udah dapet semua sertifikat suamiku. Sertifikat rumah juga ruko yang sekarang jadi kantor, kita jual yuk trus pergi dari sini kalo perlu jual murah,” cakap Riana.“Jual rumah begini sama jual kantornya gak kaya jual kacang. Paling cepat sat
Waktu berlalu begitu cepat, Melani dan Juan sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Berbeda dengan Candra yang kini penampilannya kusut masai.Riana sudah kabur meninggalkan Candra dengan membawa uang hasil menggadaikan aset sang suami. Lelaki itu kini memijat pilipisnya yang acap kali berdenyut, tubuhnya juga tampak kurus dan tudak terawat.“Berengsek!” teriak Candra sambil melempar gelas yang berada di atas meja.Wajah lelaki itu tampak marah, baru saja ada seorang lelaki datang menagih hutang serta bunga dari pinjaman yang menggadaikan seluruh asetnya tersebut.Kemalangan menimpa Candra kali ini, bisnis mengalami penurunan dan beberapa mitra menipunya. Kini gaji karyawan serta cicilan hutang mulai menumpuk.Beberapa pegawainya juga diberhentikan karena tidak sanggup membayar gaji, pikiran Candra kini carut marut.Di tempat lain, Melani sedang mencoba beberapa gaun pilihan calon mertua ditemani oleh Juan.“Bahunya terlalu terbuka, aku gak suka,” keluh Juan.“Loh, malah cantik loh mod
“Kakak!” seru Juan dan berlari memeluk sang kakak.Wanita cantik yang sedang menarik koper, berpenampilan sederhana namun elegan tersebut melepas kacamata dan merentangkan kedua tangannya.Dia adalah Lusia Kakak Juan yang tinggal di kota lain. Rasa rindu antara keduanya membuat suasana menjadi haru. “Kakak ipar gak ikut?” tanya Juan.“Nanti malam nyusul, Dek. Tau sendirilah dia sibuknya gimana,” jawab Lusia.Lusia, meminta seorang pelayan yang menghidangkan air untuknya agar membawa kopernya ke dalam kamar.Kakak Juan itu menanyakan sejauh mana persiapan pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari. Juan mengatakan bahwa sang ibu kini sedang menguris semuanya guna memastikan esok berjalan dengan lancar.“Kalo udah Mama yang atur semua pasti beres. Trus yang bikin kamu mondar-mandir itu apa? Gugup? Atau ada masalah? Coba cerita,” pungkas Lusia.“Aku takut Melani membatalka
“Vivian itu gadis yang dijodohkan untuk Juan saat kamu menikah. Dia ngotot minta dinikahi Juan sampe ngaku hamil anak Juan, akhirnya kami memutuskan untuk menunggu anak itu lahir baru menikahkan mereka. Vivian berada dlam pengawasan keluarga Juan, tepat saat bayi itu lahir diam-diam Tante Gita lebih dahulu ngambil sampel anak itu untuk tes DNA. Vivian gak tau kalo Tante Gita udah duluan tes, nah hasil tesnya di tipu sama Vivian dibuat bayi itu anak Juan padahal bukan. Singkatnya Tante Gita mematahkan hasil tes DNA punya Vivian, karena malu dia mohon biar Juan bersikap sebagai Ayah si bayi dan dibuat pernyataan kalau itu hanyalah sebatas panggilan Ayah saja, tidak mengakui sebagai anak Juan dan tidak bertanggungjawab atas hal apapun dari si bayi,” tutur Alex.“Maaf aku yang kasih tau, aku yakin Juan bakal gugup dan gak bener jelasinnya malah bakal bikin kalian bertengkar,” lanjut Alex.Adel mengangguk tanda yang diceritakan Alex itu benar. Adel waktu itu hadir sebagai saksi dan turut m
Juan mengucapkan terima kasih atas harapan Alex. Sang sahabat berpamitan kepada Juan.Jika Juan dan Melani sedang berbahagia dengan pernikahan mereka, berbeda dengan Candra yang kini merasa kepala terasa akan pecah.Bagaimana tidak? Hutang yang ditinggalkan Riana dalam jumlah yang sangat banyak, belum termasuk bunga pinjaman. Belum lagi seluruh aset digadaikan dan membayar gaji karyawan. Tabungannya terkuras sudah dan kini sudah jatuh tempo pembayaran.“Tolong kasih waktu satu bulan lagi, sekarang saya cicil bunganya aja dulu,” kata Candra memohon.“Ini udah tiga bulan, perjanjiannya kan cuma tiga bulan. Itu modal besar mau dipakai sama Bos, kalo gak bisa lunas dalam minggu ini maka semua aset kami sita,” tegas sang penagih hutang.“Tolonglah beri kelonggaran. Saya harus bayar gaji karyawan dan biaya lainnya, lagipula kan bukan saya yang minjam kenapa malah saya yang ditagih? Kalian hubungi saja si peminjam,” kata Candra kesal.Wajah si penagih kini memerah. Dia merasa kesal dengan ka
“Oh ada tamu. Apa kabar Candra? Udah lama gak ketemu,” sapa Juan.Juan menghampiri sang istri kemudian mencium keningnya. Melani tampak bahagia terpancar dari raut wajah.“Ehem.” Candra mendeham.“Oh iya, ada perlu apa?” tanya Juan kemudian duduk di sisi Candra.“Ini, aku butuh pinjaman. Gak banyak kok cuma lima ratus miliar aja, nanti aku cicil deh,” jawab Juan.Juan sudah mengetahui perihal jumlah hutang tersebut, tetapi dia tidak menyangka jika Candra berani meminjam kepadanya juga Melani.‘Bener-bener dah ni orang,’ batin Juan.“Sayang, aku udah kasih penjelasan kalo keuangan kamu yang atur. Lagian kayanya gak ada deh kalo sebanyak itu,” timpal Melani.Tentu saja Juan mengerti jika Melani enggan meminjamkan uang kepada Candra, tetapi dia harus mencari kalimat yang tepat agar Candra tidak tersinggung.Juan tampak diam sejenak sebelum menjawab Candra, kemud
Tidak sampai empat jam orang suruhan Juan menemukan bahwa orang-orang Candralah pelakunya, Melani memutuskan untuk melaporkan mantan suaminya ke polisi untuk menuntut Candra agar diproses secara hukum. Wanita itu menghubungi Alex pengacaranya guna membuat laporan.Polisi bertindak cepat dengan menangkap Candra yang hampir saja kabur, lalu membawanya ke kantor polisi untuk segera dilakukan proses tindakan hukum.Polisi menanyai Candra tentang motif kejahatan yang dia lakukan kepada perusahaan Melani. Candra menyangkal bahwa dialah otak dari pelaku percobaan pengrusakan tersebut. Petugas penyidik memberi bukti-bukti kejahatan berdasarkan pengakuan para tersangka yang tertangkap di gudang.Candra terduduk lemas dan tidak bisa menyangkal atau membantah lagi, lelaki tersebut akhirnya mengakui, bahwa benar dia yang merencanakan sabotase terhadap perusahaan Melani dan Juan. “Oke, emang saya yang suruh mereka. Aku benci orang serakah
“Alex? Ada apa?” tanya Melani sambil berdiri.Alex menatap tamu Melani dan duduk di samping dengan wajah penuh tanya. Melani mengerti raut Alex kemudian menjelaskan kedatangan petugas itu.“Oh, aku ngerti. Sebenernya aku menyayangkan kejadian ini, seharusnya hukum tidak bisa dibeli tapi kenyataannya emang begitu yang kita jalani sekarang. Di mana-mana juga begitu,” pungkas Alex sambil menyindir dirinya dan petugas itu.“Bentar aku bikinin surat pernyataan pembatalan tuntutan dulu yang ditujukan kepada pihak aparat penegak hukum. Mel, kamu yakin mau cabut pengaduan kamu? Kalo ini dicabut maka tuntutan menjadi batal secara hukum,” lanjut Alex.“Gak papa, Lex. Cuma aku minta dia jangan ada lagi di kota ini atau jangan pernah muncul di depanku , itu aja syaratnya,” tegas Melani.Alex segera membuat surat yang dibutuhkan dan ditandatangani oleh Melani. Alex mengatakan nahwa dirinya saja yang akan membawa surat tersebut
Diam-diam Juan dan Ambar menyusun rencana dengan cermat untuk menyelamatkan Melani dan menangkap Alex, lalu menyerahkan kepada pihak berwajib. Tidak lama, tiga unit mobil berwarna hitam mengapit kendaraan Juan, lelaki itu meminta Alex agar berhenti. Empat lelaki bertubuh kekar datang dan mengetuk jendela, Juan meminta Alex membuka pintu. Seorang pria dengan sigap menarik Alex dari balik kemudi, asisten Melani tersebut meronta dan salah seorang merogoh saku untuk mengambil ponsel milik Aex. “Hei, apa-apaan ini? Bos, tolong!” teriak Alex panik. “Bawa dia dan tunggu kabar dariku,” perintah Juan. “Baik, Tuan,” ucap seorang lelaki dengan suara bariton yang khas. Juan ditemani salah seorang pengawal yang mengemudi segera menuju tempat Melani disekap, sementara Ambar menunggu Juan tiba. Sebuah pesan masuk ke ponsel Juan, dia membuka pesan yang berbentuk rekaman video. Seketika wajahnya memerah karena marah dan terdengar umpatan berkali-kali. “Kurang ajar, mereka main-main sa
Keesokan harinya Melani mulai mengurangi interaksinya dengan Alex, meski tidak tampak sedang menghindar tetapi sang asisten bisa merasakannya.Sudah seminggu Melani selalu bersama Ambar, Alex lebih sering mengurus tugas di kantor dan sesekali mereka pergi bertiga.Alex semakin kesal karena tidak bisa berduaan dengan Melani, di mejanya dia meremas kertas yang sedang dipegang dengan tatapan penuh amarah.‘Baiklah, sepertinya ini terlalu lama untuk aku biarkan. Juan sialan itu harus merasakan akibatnya,” batin Alex.Dia menatap komputer dan memilih beberapa file penting dan mengirimkan ke seseorang, dia kemudian menyunggingkan senyum licik.[Bos, data penting sudah kukirim. Jangan lupa bayaran ya.] Alex menulis pesan kepada seseorang.Tidak lama sebuah pesan masuk ke ponsel Alex, ternyata notifikasi atas sejumlah pembayaran secara daring. Lelaki itu tersenyum puas kemudian dia menulis pesan dan mengirimkan kepada beberapa orang dengan isi yang sama.Sesuai kebiasaan Melani, dia pulang te
Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat, satu bulan sudah Alex dan Ambar bekerja dengan Melani. Mereka sangat akrab bak saudara.Alex selalu berperan penting dan selalu berada di depan jika Melani membutuhkan bantuannya dan juga dua rekannya, alasannya karena dia adalah lelaki di sana. Tentu saja Ambar dan Lisa merasa sangat senang, tanpa tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dengan baik oleh lelaki tersebut.Kabar bahagia juga datang dari Rita dan Candra, ternyata wanita tersebut hamil tiga minggu. Hal ini diketahui saat mereka memeriksa kesuburan Candra. “Apa rumah sakit yang dulu salah kasih hasil? Jangan-jangan anak riana kemaren itu beneran anakku? Ah, kok jadi bingung aku,” kata Candra.“Kamu ini sebenernya seneng gak sih aku hamil? Kok malah mikirin masa lalu,” rajuk Rita.“Seneng dong, Sayang. Cuma kepikiran aja kok tadi aku minta maaf ya, lain kali gak aku ulangi,” sesal Candra.Begitulah kehidupan mereka berjalan dengan baik dan penuh bahagia, begitu juga dengan Melani
[Ada kabar baru nih, Tuan Juan lagi cari asisten sekaligus bodyguard buat istrinya. Kamu tau kan harus apa,] ucap wanita muda yang mencuri dengar pembicaraan Juan.[Oh ya? Kerjaan bagus. Nanti aku transfer uang jajan kamu kalo udah gajian.] Lelaki yang menjadi lawan bicara mengakhiri pembicaraan telepon.Keesokan harinya seorang lelaki datang menemui Rita dan melamar pekerjaan, karena memiliki kriteria yang dibutuhkan oleh atasannya maka dia menerima lelaki itu dan seorang wanita lain yang cakap dan juga cekatan.Juan kini kian sukses dan bertambah sibuk. Dia sengaja menutupi dari Melani tentang kesibukannya belakangan ini, Juan merasa tertekan karena tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat dan kerap kesulitan membagi waktu untuk keluarga kecilnya di rumah. Apalagi saat melihat Melani yang kerap memarahi putra mereka, sebenarnya dia merasa sedih karena perhatiannya terbagi.Juan memiliki ide untuk membantu mengurangi beban pekerjaan sang istri di kantor, Juan memutuskan untuk mempe
Candra menghela napas kemudian diam sejenak sebelum mengutarakan pikirannya.“Iya, Sayang. Memang disiplin harus sejak dini supaya kelak dia gak seenaknya, kalau aku boleh saran nih, gimana kalo disiplin itu dimulai umur tiga tahun? Kan dia udah mulai tuh paham, udah bisa ngomong juga. Kamu gak perlu sering marah, tinggal tegur trus hukum dia kalo melanggar lagi. Gimana?” tawar Juan.“Masuk akal sih, Sayang, tapi kayanya bakal rada telat kalo kita ngajarin Rafael dari umur tiga tahun deh. Pas hamil aku kan baca-baca di internet, masa keemasan anak itu dari dia hidup sampai umur dua tahun, ada juga yang menulis masa itu dari baru lahir hingga umur lima tahun. Aku gak mau anak kita terlambat dididik, makanya tadi aku marah,” urai Melani.“Oke, jangan terlalu keras ya. Aku gak ulangi bela dia kalo lagi kena marah, biar dia tau kesalahannya dan gak diulang. Kamu jangan marah lagi dong.” Juan merayu sang istri dengan mencium puncak kepalanya.Bagi Juan, kehidupan rumah tangganya penuh deng
“Apalagi sih? Perasaan dari tadi aneh terus deh sikap kamu,” sembur Rita.“Itu liat.” tunjuk Candra.Tampak oleh Rita seorang wanita dengan wajah sombong berjalan ke arah mereka.“Ah, dunia ini sempit ya, Mas. Takdir bawa kamu kembali sama aku.” Riana bergelayut di bahu Candra.Rita mendorong Riana agar menjauh dari sang suami, meski dia tidak mengenal siapa wanita yang berada di depannya, istri Candra meyakini bahwa yang sedang menggoda suaminya bukan wanita baik-baik.Candra memeluk pinggang sang istri dengan mesra kemudian mencuim mesra pipinya, wajah Riana tampak merah karena merasa sedang diejek.“Ini istri aku, sebaiknya kamu menjauh dari hidup kami karena aku punya kebahagiaanku sendiri. Minggir sana,” usir Candra.“Kamu jangan gitu dong, Sayang. Dia pasti gak bisa melayani kamu dengan baik, pasti jauh lebih aku dari dia. Kamu inget kan kalo aku yang terbaik,” ucap Riana penuh rasa percaya diri.“Maaf, aku gak tertarik lagi sama pelakor seperti kamu,” cemooh Candra.Sepasang pe
“Bu, Candra ke mana?” tanya Riana dengan ketus dan bernada angkuh.“Pak Candra lagi bulan madu ke luar negeri,” jawab Bu Murni berdusta karena kesal.Riana menghentakkan kaki dan duduk di teras dengan wajah kesal, Bu Murni meninggalkannya di teras lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.“Bisa-bisanya bulan madu ke luar negeri, waktu sama aku di kamar aja gak ke mana-mana. Gak adil,” gerutu Riana.Riana kini penampilannya semakin cantik penuh pesona, dia kesal kepada Candra yang kini telah menikah lagi dengan Rita, Dia berencana akan mengacaukan rumah tangga Candra dan Rita, dengan harapan Candra akan kembali dan bisa dimanfaatkan seperti di masa lalu. Riana memulai rencananya dengan mengirim pesan romantis penuh rayuan kepada Candra, Wanita itu mengatakan bahwa dia telah berubah dan menyadari serta meminta maaf atas kesalahan di masa lalu. Dia juga merayu Candra agar kembali bersamanya dengan berbagai janji manis yang tentu saja dusta“Ini orang ngapain sih ngirim pesan aneh begini?
Tidak teras pukul delapan malam sudah tiba, Juan dan Melani sudah hadir beserta keluarga dari Rita. Candra terperangah menatap calon istrinya yang tampak sangat cantik saat dirias.Ikrar pernikahan diucapkan dengan lantang dan penuh keyakinan, Rita menitikkan air mata karena terharu dan tidak menyangka akan menjadi seorang istri mulai malam ini.Usai resmi dinyatakan suami istri para tamu yang diundang dipersilakan menyicipi hidangan yang disedikan terbatas. Melani yang memiliki ide untuk memesan beberapa menu maknan bserta hidangan penutup dan juga aneka minuman ringan.“Selamat, ya. Semoga langgeng,” ucap Juan sambil menyalami Candra.Beberapa mengucapkan semoga mendapatkan buah hati, Candra tersenyum lebar dan diam-diam hatinya bak teriris pedih tak terkira.Juan dan Melani memahami perasaan Candra dan mengalihkan ke perbincangan lain, Rita tahu jika dia tidak akan pernah memiliki keturunan dari suaminya. Akan tetapi dia sudah memikirkan langkah apa saja yang akan ditempuh untuk me
“Iya, maaf aku salah gak bisa menahan diri. Aku akan bertanggungjawab dan nikahin kamu,” cakap Candra.Rita menangis sedih dan juga bahagia, Candra berusaha menenangkan tapi menjaga jarak kemudian .memakai kembali pakaiannya.Lelaki itu akhirnya berpamitan dan kembali ke rumah, di dalam mobil dia tidak habis pikir bagaimana bisa dia sedemikian ceroboh. Candra akhirnya menuju toko perhiasan, mencari satu set perhiasan emas serta sepasang cincin nikah. Dia meminta Bu Murni mencarikan pemuka agama untuk menikahkan dirinya dengan Rita nanti malam.[Buru-buru banget, Pak. Gak ada masalah kan? Kena grebek misalnya?] tanya Bu Murni dalam panggilan telepon.[Gak, Bu. Cuma gak pengen nunda aja,] jawab Candra dan kemudian panggilan telepon berakhir.Candra memilih kebaya putih beserta setelannya dan menyiapkan banyak seserahan untuk Rita nanti malam, kemudian dia meminta agar diantar pukul delapan malam ke alamat yang diberi.Candra kembali ke apartemen Rita, wanita itu kini tampak segar denga