“Rama? Sama siapa kamu di sini? Binimu mana?” tanya Riana terkejut.
“Aku sendirian, udah cerai juga aku sama istri sekitar dua bulanan gitu lah. Ya …, gara-gara ketauan selingkuh sama kamu lah, eh ‘main’ yuk, kangen nih.” Rama mengedipkan mata dengan genit.“Ssst, jangan keras-keras dong kalo ngomong. Aku ke sini sama suami aku kalo dia denger bisa berabe, ntar aku telepon deh kita ketemuan di mana kangen juga sama si jon.” Riana melirik nakal ke arah bagian bawah perut letak alat vital berada.Rama tertawa kecil, dalam hatinya dia merasa senang akan mendapatkan petualangan ranjang tanpa hubungan pernikahan. Terlebih gratis pula siapa yang menolak?“Eh, Rama. Kok kalian bisa cerai sih? Kan saling mencintai kamu sampe rela blokir aku demi cinta sama dia, padahal dia itu sahabat aku yang paling baik loh. Siapa suruh punya suaminya enak.” Riana terkikik genit.“Aku sampe detik ini masih cinta kok sama dia. Istriku it“Siapa, Sayang? Kok gak dijawab teleponnya?” tanya Candra heran.“Temen aku ajak nongkrong di cafe, udah aku tolak tapi masih juga nelpon-nelpon,” jawab Riana berdusta.Candra mengangguk dan mengajak sang istri masuk, tidak tampak kecurigaan sama sekali. Lelaki itu meyakini bahwa tidak mungkin Riana akan macam-macam dengannya.Riana merasa lega saat sang suami tidak lanjut bertanya. Dia mengikuti Candra ke manapun guna mengetahui di mana letak penyimpanan sertifikat serta surat berharga lainnya.Candra merasa risih karena Riana mengikutinya kemanapun dia pergi.“Kamu ngapain, Sayang? Ngekor aja dari tadi.” Candra menegur sang istri.“Emang gak boleh aku ikut kemana kamu pergi? Kok aneh banget? Kamu sembunyikan sesuatu? Punya simpanan baru? Bilang ada apa sampe aku gak boleh ikutin kamu,” tuduh Riana.“Omonganmu makin ngelantur, aku aja seharian sama kamu, kapan aku punya simpanan? Tingk
Candra melihat Riana yang duduk lemas, dia segera menghampiri. “Kamu kayanya kecapean deh sampe lemas begitu, ayo berobat ke dokter,” ajak Candra.“Gak usah, Sayang. Aku istirahat di rumah aja,” tolak Riana dengan halus .“Ya udah kalau begitu, besok aja kamu ikut aku ke kantor. Aku pamit ya,” pamit Candra.Riana mengangguk lemas dan Candra meninggalkan sang istri di kamar. Suara mesin mobil terdengar meninggalkan rumah, Riana melompat dari tempat tidur dan menuju jendela dan mengintip melalui jendela.“Selamat aku kali ini, siapa juga yang mau susah payah kerja kalo modal badan aja bisa hidup enak.” Riana beranjak dari jendela.Riana segera membersihkan tubuh, memilih pakaian kemudian memoles wajahnya.“Udah cantik nih, aku ke salon dulu mau cat rambut trus pijat sehat, perawatan wajah baru deh ketemu Tama,” gumamnya.Riana mengambil kunci mobil dan tas yang sudah disiap
“Bau? Bau apa?” Riana mengendus sekitarnya.Candra mendekati Riana sambil terus mengendus, wajahnya tampak marah.“Bau parfum siapa ini? Seingatku gak pernah ada parfum kamu aroma begini, parfumku juga gak ada yang begini.” Candra menatap penuh selidik.Riana seketika menjadi gugup. Aroma parfum Tama melekat di pakaian yang dikenakannya, segera dia mengubah raut wajah agar Candra tidak curiga.“Kamu ini gimana sih, Sayang. Bau ya buat aroma gak sedap, gosong, kalo parfum ya aroma.” Riana bergegas masuk ke dalam mobilnya.Candra diam sejenak kemudian menuju mobil, dan melajukan menuju kediamannya.Riana mengikuti dari belakang, dia kini memutar otak bagaimana cara untuk meredam kecurigaan sang suami.Tiba-tiba sebuah ide terlintas di benaknya, senyumnya tersungging di bibir licik Riana. Usai memarkirkan mobil dia segera bergelayut manja di bahu Candra. “Sayang, kamu tuh gak peka banget sih. Malah bau yang dipermasalahkan, apa ga liat sesuatu yang berbeda gitu,” rajuk Riana.Candra yan
“Duduk, Pak Candra,” ujar Tama dengan ramah.Candra duduk sambil tersenyum, ‘kok itu mirip nomer istriku yang lagi chat? Kenapa panggil sayang-sayangan gitu? Eh tapi itu gak ada fotonya, bukan dia berarti,’ batin Candra.Melihat Candra termenung, Tama memesan kopi dan makanan ringan.“Kenapa melamun, Pak? Berat banget masalahnya? Perlu saya ambilin timbangan biar kita timbang masalah siapa yang paling berat,” kelakar Tama.Candra tertawa lepas mendengar kelakar dari Tama. Tidak lama minuman yang dipesan oleh Tama diantar oleh pramusaji.“Maaf saya asal pesan aja tadi, gak berani ganggu lamunan Pak Candra,” ungkap Tama sopan.“Ah, gapapa santai aja. Oh ya, saya mau nanya kenal selebgram atau konten kreator atau influencer yang berpengaruh besar gak? Saya mau bayar mereka buat promosiin perusahaan saya yang baru saya rintis, bukan pemain baru sih sebenernya, tapi ini benar-benar usaha milik saya.” Ca
“Itu karena istrinya Bapak sedang hamil dan sepertinya kandungannya lemah atau bisa saja kehamilannya terganggu oleh sesuatu,” ungkap bidan tersebut.Candra terperangah karena terkejut dan mundur dua langkah, dia menggelengkan kepala kuat. Sang bidan merasa iba dan memberikan resep obat penguat kandungan.“Maaf, Pak. Saya memberi kabar buruk atas kehamilan Ibu, sebaiknya segera ke rumah sakit agar bisa diselamatkan kandungannya. Kami permisi,” pamit bidan tersebut.Candra terkesiap, dia merogoh saku dan menyerahkan lima lembar uang pecahan seratus ribu rupiah dan mengucapkan terima kasih. Dia mengantar kedua wanita tersebut hingga ke teras.Petugas keamanan mengantar kedua wanita itu menuju klinik. Candra kembali ke dalam kamar dengan langkah gontai.‘Anak siapa itu? Apa Riana udah lama selingkuh? Gimana kalo itu anakku? Ah gak mungkin, aku kan divonis mandul sudah pasti itu bukan anakku, arrrgh …, ini pasti karma
“Ketemu!” seru Riana.Riana mengambil semua berkas sertifikat serta surat berharga lainnya. Dia bergegas menuju kamar dan menyimpan dengan rapi di salah satu tas.“Sebentar lagi Candra bakal jadi gelandangan, gak sia-sia perjuangan selama ini dengan membuang harga diri hahaha.” Riana tertawa puas.Riana menghubungi Tama dan mengatakan bahwa dia sudah menemukan semua sertifikat milik Candra.Mereka berdua berjanji akan bertemu di sebuah tempat lusa nanti. Candra sibuk dengan pekerjaan di luar kota, kepulangannya ditunda menjadi minggu depan. Riana senang bukan kepalang mendengar kabar tersebut, dia memaksa Tama untuk menemuinya di rumah.“Kamu yakin aman? Gak ada CCTV?” tanya Tama sambil memandang keliling kamar Riana.“Aman dong, Sayang. Oh ya aku udah dapet semua sertifikat suamiku. Sertifikat rumah juga ruko yang sekarang jadi kantor, kita jual yuk trus pergi dari sini kalo perlu jual murah,” cakap Riana.“Jual rumah begini sama jual kantornya gak kaya jual kacang. Paling cepat sat
Waktu berlalu begitu cepat, Melani dan Juan sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Berbeda dengan Candra yang kini penampilannya kusut masai.Riana sudah kabur meninggalkan Candra dengan membawa uang hasil menggadaikan aset sang suami. Lelaki itu kini memijat pilipisnya yang acap kali berdenyut, tubuhnya juga tampak kurus dan tudak terawat.“Berengsek!” teriak Candra sambil melempar gelas yang berada di atas meja.Wajah lelaki itu tampak marah, baru saja ada seorang lelaki datang menagih hutang serta bunga dari pinjaman yang menggadaikan seluruh asetnya tersebut.Kemalangan menimpa Candra kali ini, bisnis mengalami penurunan dan beberapa mitra menipunya. Kini gaji karyawan serta cicilan hutang mulai menumpuk.Beberapa pegawainya juga diberhentikan karena tidak sanggup membayar gaji, pikiran Candra kini carut marut.Di tempat lain, Melani sedang mencoba beberapa gaun pilihan calon mertua ditemani oleh Juan.“Bahunya terlalu terbuka, aku gak suka,” keluh Juan.“Loh, malah cantik loh mod
“Kakak!” seru Juan dan berlari memeluk sang kakak.Wanita cantik yang sedang menarik koper, berpenampilan sederhana namun elegan tersebut melepas kacamata dan merentangkan kedua tangannya.Dia adalah Lusia Kakak Juan yang tinggal di kota lain. Rasa rindu antara keduanya membuat suasana menjadi haru. “Kakak ipar gak ikut?” tanya Juan.“Nanti malam nyusul, Dek. Tau sendirilah dia sibuknya gimana,” jawab Lusia.Lusia, meminta seorang pelayan yang menghidangkan air untuknya agar membawa kopernya ke dalam kamar.Kakak Juan itu menanyakan sejauh mana persiapan pernikahan yang akan dilangsungkan esok hari. Juan mengatakan bahwa sang ibu kini sedang menguris semuanya guna memastikan esok berjalan dengan lancar.“Kalo udah Mama yang atur semua pasti beres. Trus yang bikin kamu mondar-mandir itu apa? Gugup? Atau ada masalah? Coba cerita,” pungkas Lusia.“Aku takut Melani membatalka
Diam-diam Juan dan Ambar menyusun rencana dengan cermat untuk menyelamatkan Melani dan menangkap Alex, lalu menyerahkan kepada pihak berwajib. Tidak lama, tiga unit mobil berwarna hitam mengapit kendaraan Juan, lelaki itu meminta Alex agar berhenti. Empat lelaki bertubuh kekar datang dan mengetuk jendela, Juan meminta Alex membuka pintu. Seorang pria dengan sigap menarik Alex dari balik kemudi, asisten Melani tersebut meronta dan salah seorang merogoh saku untuk mengambil ponsel milik Aex. “Hei, apa-apaan ini? Bos, tolong!” teriak Alex panik. “Bawa dia dan tunggu kabar dariku,” perintah Juan. “Baik, Tuan,” ucap seorang lelaki dengan suara bariton yang khas. Juan ditemani salah seorang pengawal yang mengemudi segera menuju tempat Melani disekap, sementara Ambar menunggu Juan tiba. Sebuah pesan masuk ke ponsel Juan, dia membuka pesan yang berbentuk rekaman video. Seketika wajahnya memerah karena marah dan terdengar umpatan berkali-kali. “Kurang ajar, mereka main-main sa
Keesokan harinya Melani mulai mengurangi interaksinya dengan Alex, meski tidak tampak sedang menghindar tetapi sang asisten bisa merasakannya.Sudah seminggu Melani selalu bersama Ambar, Alex lebih sering mengurus tugas di kantor dan sesekali mereka pergi bertiga.Alex semakin kesal karena tidak bisa berduaan dengan Melani, di mejanya dia meremas kertas yang sedang dipegang dengan tatapan penuh amarah.‘Baiklah, sepertinya ini terlalu lama untuk aku biarkan. Juan sialan itu harus merasakan akibatnya,” batin Alex.Dia menatap komputer dan memilih beberapa file penting dan mengirimkan ke seseorang, dia kemudian menyunggingkan senyum licik.[Bos, data penting sudah kukirim. Jangan lupa bayaran ya.] Alex menulis pesan kepada seseorang.Tidak lama sebuah pesan masuk ke ponsel Alex, ternyata notifikasi atas sejumlah pembayaran secara daring. Lelaki itu tersenyum puas kemudian dia menulis pesan dan mengirimkan kepada beberapa orang dengan isi yang sama.Sesuai kebiasaan Melani, dia pulang te
Tanpa terasa waktu bergulir begitu cepat, satu bulan sudah Alex dan Ambar bekerja dengan Melani. Mereka sangat akrab bak saudara.Alex selalu berperan penting dan selalu berada di depan jika Melani membutuhkan bantuannya dan juga dua rekannya, alasannya karena dia adalah lelaki di sana. Tentu saja Ambar dan Lisa merasa sangat senang, tanpa tahu bahwa ada sesuatu yang disembunyikan dengan baik oleh lelaki tersebut.Kabar bahagia juga datang dari Rita dan Candra, ternyata wanita tersebut hamil tiga minggu. Hal ini diketahui saat mereka memeriksa kesuburan Candra. “Apa rumah sakit yang dulu salah kasih hasil? Jangan-jangan anak riana kemaren itu beneran anakku? Ah, kok jadi bingung aku,” kata Candra.“Kamu ini sebenernya seneng gak sih aku hamil? Kok malah mikirin masa lalu,” rajuk Rita.“Seneng dong, Sayang. Cuma kepikiran aja kok tadi aku minta maaf ya, lain kali gak aku ulangi,” sesal Candra.Begitulah kehidupan mereka berjalan dengan baik dan penuh bahagia, begitu juga dengan Melani
[Ada kabar baru nih, Tuan Juan lagi cari asisten sekaligus bodyguard buat istrinya. Kamu tau kan harus apa,] ucap wanita muda yang mencuri dengar pembicaraan Juan.[Oh ya? Kerjaan bagus. Nanti aku transfer uang jajan kamu kalo udah gajian.] Lelaki yang menjadi lawan bicara mengakhiri pembicaraan telepon.Keesokan harinya seorang lelaki datang menemui Rita dan melamar pekerjaan, karena memiliki kriteria yang dibutuhkan oleh atasannya maka dia menerima lelaki itu dan seorang wanita lain yang cakap dan juga cekatan.Juan kini kian sukses dan bertambah sibuk. Dia sengaja menutupi dari Melani tentang kesibukannya belakangan ini, Juan merasa tertekan karena tuntutan pekerjaan yang semakin meningkat dan kerap kesulitan membagi waktu untuk keluarga kecilnya di rumah. Apalagi saat melihat Melani yang kerap memarahi putra mereka, sebenarnya dia merasa sedih karena perhatiannya terbagi.Juan memiliki ide untuk membantu mengurangi beban pekerjaan sang istri di kantor, Juan memutuskan untuk mempe
Candra menghela napas kemudian diam sejenak sebelum mengutarakan pikirannya.“Iya, Sayang. Memang disiplin harus sejak dini supaya kelak dia gak seenaknya, kalau aku boleh saran nih, gimana kalo disiplin itu dimulai umur tiga tahun? Kan dia udah mulai tuh paham, udah bisa ngomong juga. Kamu gak perlu sering marah, tinggal tegur trus hukum dia kalo melanggar lagi. Gimana?” tawar Juan.“Masuk akal sih, Sayang, tapi kayanya bakal rada telat kalo kita ngajarin Rafael dari umur tiga tahun deh. Pas hamil aku kan baca-baca di internet, masa keemasan anak itu dari dia hidup sampai umur dua tahun, ada juga yang menulis masa itu dari baru lahir hingga umur lima tahun. Aku gak mau anak kita terlambat dididik, makanya tadi aku marah,” urai Melani.“Oke, jangan terlalu keras ya. Aku gak ulangi bela dia kalo lagi kena marah, biar dia tau kesalahannya dan gak diulang. Kamu jangan marah lagi dong.” Juan merayu sang istri dengan mencium puncak kepalanya.Bagi Juan, kehidupan rumah tangganya penuh deng
“Apalagi sih? Perasaan dari tadi aneh terus deh sikap kamu,” sembur Rita.“Itu liat.” tunjuk Candra.Tampak oleh Rita seorang wanita dengan wajah sombong berjalan ke arah mereka.“Ah, dunia ini sempit ya, Mas. Takdir bawa kamu kembali sama aku.” Riana bergelayut di bahu Candra.Rita mendorong Riana agar menjauh dari sang suami, meski dia tidak mengenal siapa wanita yang berada di depannya, istri Candra meyakini bahwa yang sedang menggoda suaminya bukan wanita baik-baik.Candra memeluk pinggang sang istri dengan mesra kemudian mencuim mesra pipinya, wajah Riana tampak merah karena merasa sedang diejek.“Ini istri aku, sebaiknya kamu menjauh dari hidup kami karena aku punya kebahagiaanku sendiri. Minggir sana,” usir Candra.“Kamu jangan gitu dong, Sayang. Dia pasti gak bisa melayani kamu dengan baik, pasti jauh lebih aku dari dia. Kamu inget kan kalo aku yang terbaik,” ucap Riana penuh rasa percaya diri.“Maaf, aku gak tertarik lagi sama pelakor seperti kamu,” cemooh Candra.Sepasang pe
“Bu, Candra ke mana?” tanya Riana dengan ketus dan bernada angkuh.“Pak Candra lagi bulan madu ke luar negeri,” jawab Bu Murni berdusta karena kesal.Riana menghentakkan kaki dan duduk di teras dengan wajah kesal, Bu Murni meninggalkannya di teras lalu kembali melanjutkan pekerjaannya.“Bisa-bisanya bulan madu ke luar negeri, waktu sama aku di kamar aja gak ke mana-mana. Gak adil,” gerutu Riana.Riana kini penampilannya semakin cantik penuh pesona, dia kesal kepada Candra yang kini telah menikah lagi dengan Rita, Dia berencana akan mengacaukan rumah tangga Candra dan Rita, dengan harapan Candra akan kembali dan bisa dimanfaatkan seperti di masa lalu. Riana memulai rencananya dengan mengirim pesan romantis penuh rayuan kepada Candra, Wanita itu mengatakan bahwa dia telah berubah dan menyadari serta meminta maaf atas kesalahan di masa lalu. Dia juga merayu Candra agar kembali bersamanya dengan berbagai janji manis yang tentu saja dusta“Ini orang ngapain sih ngirim pesan aneh begini?
Tidak teras pukul delapan malam sudah tiba, Juan dan Melani sudah hadir beserta keluarga dari Rita. Candra terperangah menatap calon istrinya yang tampak sangat cantik saat dirias.Ikrar pernikahan diucapkan dengan lantang dan penuh keyakinan, Rita menitikkan air mata karena terharu dan tidak menyangka akan menjadi seorang istri mulai malam ini.Usai resmi dinyatakan suami istri para tamu yang diundang dipersilakan menyicipi hidangan yang disedikan terbatas. Melani yang memiliki ide untuk memesan beberapa menu maknan bserta hidangan penutup dan juga aneka minuman ringan.“Selamat, ya. Semoga langgeng,” ucap Juan sambil menyalami Candra.Beberapa mengucapkan semoga mendapatkan buah hati, Candra tersenyum lebar dan diam-diam hatinya bak teriris pedih tak terkira.Juan dan Melani memahami perasaan Candra dan mengalihkan ke perbincangan lain, Rita tahu jika dia tidak akan pernah memiliki keturunan dari suaminya. Akan tetapi dia sudah memikirkan langkah apa saja yang akan ditempuh untuk me
“Iya, maaf aku salah gak bisa menahan diri. Aku akan bertanggungjawab dan nikahin kamu,” cakap Candra.Rita menangis sedih dan juga bahagia, Candra berusaha menenangkan tapi menjaga jarak kemudian .memakai kembali pakaiannya.Lelaki itu akhirnya berpamitan dan kembali ke rumah, di dalam mobil dia tidak habis pikir bagaimana bisa dia sedemikian ceroboh. Candra akhirnya menuju toko perhiasan, mencari satu set perhiasan emas serta sepasang cincin nikah. Dia meminta Bu Murni mencarikan pemuka agama untuk menikahkan dirinya dengan Rita nanti malam.[Buru-buru banget, Pak. Gak ada masalah kan? Kena grebek misalnya?] tanya Bu Murni dalam panggilan telepon.[Gak, Bu. Cuma gak pengen nunda aja,] jawab Candra dan kemudian panggilan telepon berakhir.Candra memilih kebaya putih beserta setelannya dan menyiapkan banyak seserahan untuk Rita nanti malam, kemudian dia meminta agar diantar pukul delapan malam ke alamat yang diberi.Candra kembali ke apartemen Rita, wanita itu kini tampak segar denga