Beranda / CEO / Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan / BAB 147 : Tempat Dan Benda Asing

Share

BAB 147 : Tempat Dan Benda Asing

Penulis: Bintang
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56
Shanti yang melihat Aruna berhasil keluar dan menjauh dari kafe itu menarik napas lega.

“Hey! Mau kemana lu, bang?!” Shanti menarik lengan salah satu laki-laki yang hendak keluar mengejar Aruna.

Laki-laki itu berusaha berkelit, namun tidak ia duga Shanti mengangkat kakinya dan satu tendangan cantik menghantam bawah perut laki-laki itu hingga mengaduh kesakitan.

Laki-laki itu langsung membungkuk dan memegangi pusaka kesayangannya yang terkena hantaman kaki Shanti.

“Brengsek!!” Katrina mengumpat saat melihat salah satu pengawalnya malah merunduk kesakitan.

“Ngapain lu berdua diem aja?! Ringkus tu cewek, Sialan!! Kalo sampe gagal, kalian semua gue pecat!!” pekik Katrina pada kedua laki-laki berbadan besar yang tadi ikutan meringis ngeri melihat kawannya itu.

Katrina lalu beralih pada Dini dan Bella. “Din, Bella! Kalian kejar cewek itu, seret dia kesini!” perintahnya dengan amarah yang meledak-ledak.

Tanpa menunggu diperintah dua kali, Dini dan Bella berlari keluar untuk menyusul da
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   BAB 148 : Kalut

    “Apa-apaan kalian! Cari yang benar!!” Kelima bodyguard Brahmana membungkukkan badan lalu keluar ruangan sang CEO. Sementara dua lainnya keluar untuk berjaga di depan ruangan sang Bos Besar itu. “Gunakan GPS yang terpasang di ponsel miliknya. Bagaimana bisa kamu tidak menemukan keberadaan Aruna?” Pria tampan itu memarahi Fathan yang berdiri di sampingnya. Dua jam telah berlalu, tanpa Brahmana bisa menghubungi Aruna melalui ponselnya demikian dengan keberadaannya yang tidak diketahui. Ia juga tidak mendapat kabar apapun dari wanita muda pengasuh Maira yang belum lama menjadi kekasihnya itu. “Ponsel nona Aruna tidak aktif, Tuan. Posisi terakhir yang bisa kami dapatkan ada di dua ratus meter dari kafe itu.” Fathan menunduk. “CCTV jalan? Atau toko-toko sekitarnya?” “Tidak ada CCTV di jalan. Hanya ada satu CCTV milik mini market di seberang jalan. Namun sudut pandangnya tidak menjangkau keberadaan kafe tempat nona Aruna berada.” Brahmana membuang napas gusar. “Ceritakan ulang kronol

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   BAB 149 : Keresahan Yang Ada

    Suara ban mobil berdecit nyaring. Menandakan kecepatan tinggi yang dihentikan secara mendadak dan tergesa. Kaki panjang dan kokoh milik Brahmana melompat turun dari mobil dan tanpa mematikan mesin atau bahkan menutup pintu, ia berlari menuju pintu rumah yang dihuni Aruna. “Runa!” Tangan Brahmana memencet bel, lalu mengetuk pintu sembari tiga kali memanggil nama Aruna. Setelah mengetuk beberapa kali lagi, daun pintu terbuka pelan dan menampilkan sosok Aruna. “Runa..” Brahmana menghela napas luar biasa lega saat melihat wanita muda itu di depannya. Namun matanya terpicing dengan kening berkerut, melihat wajah pucat Aruna. “Runa, kau sakit?” tanya Brahmana dengan nada panik yang nyaris tidak bisa ia tutupi. Aruna menggeleng lemah. Ia memutar tubuh dan berjalan masuk menuju ruang tengah, diikuti Brahmana yang masuk tanpa menunggu diizinkan. Ia hanya akan menerima omelan Aruna nanti --tidak tahan untuk mengetahui kondisi dari Aruna dan mengabaikan aturan Aruna yang cukup ketat meng

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   BAB 150 : Informasi Yang Terlewat

    “Tuan, saya berhasil mendapatkan satu keterangan bahwa nona Aruna dibawa oleh dua orang dan dibawa masuk ke dalam mobil jenis minibus berwarna hitam. Saksi mengatakan tidak begitu yakin, tapi ia melihat nona Aruna seperti tidak sadarkan diri saat dibawa masuk ke dalam mobil itu. Saya sedang mencoba melacak keberadaan mobil itu dan pemiliknya.” Brahmana diam mendengar penjelasan Fathan. Tangannya mengepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Ia meremas berkas yang tengah ada dalam genggamannya. Kedua matanya menutup sesaat dengan tarikan napas yang dalam. Masih sangat segar dalam ingatan, ia mendapat penjelasan berbeda dari Aruna yang hanya mengatakan bahwa dirinya kecopetan, lalu berdiam diri beberapa waktu. Bibirnya terkatup saat akhirnya ia berkata pada Fathan. “Lanjutkan penelusuran.” Kalimat itu tidak dikatakan dengan suara keras dan tanpa panjang lebar. Namun itu menghantarkan aura dingin yang mematikan dengan tatapan yang berkilat seakan hendak merobek segala sesuatu di

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   BAB 151 : Semua Tidak Baik-Baik Saja

    “Apa kau baik-baik saja?”Pertanyaan yang meluncur dari bibir Ardiya itu dijawab oleh anggukan kepala Aruna.Mereka berdua berada dalam satu kafe yang sedikit jauh dari pusat kota.Ardiya sebelumnya tengah bersantai di apartemen miliknya, ketika Aruna mendatangi dirinya di sana.Aruna kehilangan nomor kontak Ardiya karena ponselnya yang hilang, lalu berkata ingin berbicara khusus dengan Ardiya, namun menolak bicara di dalam apartemen milik Ardiya tersebut.Tentu saja Ardiya memahami kekhawatiran Aruna. Akhirnya pria muda sepupu Brahmana itu mengajak Aruna berbicara di luar.Usulan itu diterima Aruna, namun tetap meminta Ardiya untuk menuju kafe biasa yang tidak berada di pusat kota.“Aku baik.”Suara Aruna mengayun pelan untuk menjawab pertanyaan pembuka dari pembicaraan mereka.Ardiya menyipitkan matanya. “Yakin? Kau terlihat pucat, Runa.”“Ya. Aku baik-baik saja Diya.&rd

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   BAB 152 : Ardiya Dan Melissa

    “Ya. Sebaiknya segera Anda lakukan apa yang saya minta.” Syam lalu menutup sambungan teleponnya pada seseorang. Ia menekan nomor kontak lain dan mulai berbicara lagi secara singkat. Entah apa yang dibicarakannya, namun saat ia telah selesai, ia mengempas tubuh dengan kasar di atas sofa panjang ruang tengahnya. Tangannya mengusap wajah dengan gelisah, berusaha mengenyahkan rasa bersalah dan juga gundah yang terus menerpa dirinya sejak semalam. “Tuan Pandhu.. maafkan aku. Aku tidak punya jalan lain untuk menyelamatkan putraku satu-satunya,” bisik lirih pria paruh baya itu seolah berbicara pada seseorang di depannya. “Dia satu-satunya harta berharga milikku…” desahnya lagi dengan kelopak mata yang menutup, seakan hal itu bisa meredam rasa berat di kepalanya. Syam baru saja menikmati berat di kepalanya itu beberapa menit, ketika ponselnya kembali mengeluarkan suara. Satu panggilan masuk memaksa Syam untuk membuka mata kembali. Ia bangkit dan meraih ponsel miliknya. Keningnya berke

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   BAB 153 : Kehangatan Untuk Dikenang

    ‘Ayaaaah!! Tidak!’‘Korban telat mendapatkan penanganan, Dok. Kondisinya mungkin tidak tertolong.’‘Kami mohon maaf karena menyampaikan ini. Bapak Erwin dalam keadaan koma.’‘Kasian kamu Nak. Berdoa saja agar ayah kamu bisa segera bangun kembali..’‘Kamu anak cantik, mungkin bisa sedikit membantuku. Coba ke ataskan rok kamu. Mungkin saya akan pertimbangkan untuk mengusut kasus ini lebih jauh…’‘Ingat kata-kataku baik-baik anak kecil. Jika kamu datang lagi membuat keributan, maka kami tak akan segan-segan menyeretmu ke dalam kurungan!’‘Lepaskan aku!! Lepaskan!’Pandangan sekeliling seketika gelap.“Hah!!”Aruna meraup udara sebanyak-banyaknya.Ia bangun terduduk dengan peluh jagung di pelipisnya.Kedua tangan kemudian terangkat dan meremas rambut di sisi kanan dan kiri, dengan napas tersengal.Matan

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   BAB 154 : Kenyataan Yang Menyakitkan

    Langkah kaki itu terhenti di depan pintu dalam salah satu ruangan di lantai dua. Tangan rampingnya mendorong pelan setelah memutar handel pintu, hingga membuka. Aruna menahan napas ketika pintu itu terbuka lebar dan menampilkan ruang gelap tanpa pencahayaan. Setelah sarapan bersama Brahmana tadi pagi dan memastikan Brahmana pergi bekerja, ia menguatkan hati untuk tetap naik ke atas dan mencari tahu apa yang telah mengganggunya belakangan ini. Ia tidak terlalu mengkhawatirkan akan ada yang mengganggunya, karena ia yakin --meskipun tanpa dikatakan, Ima mengetahui Aruna mendapat perlakuan khusus dari Brahmana. Dan itu membuat wanita paruh baya yang telah mengabdi di kediaman ini mungkin akan berpikir ulang untuk menegurnya, sekalipun Aruna kedapatan memasuki ruangan ini. Tangan Aruna terangkat dan menekan saklar lampu, hingga membuat ruangan itu seketika terang. Pandangannya teredar ke sekeliling dan lagi-lagi berhenti pada pigura besar yang memajang gambar diri seorang wanita cant

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   BAB 155 : Perseteruan Yang Dimulai

    “Semua berjalan sesuai yang kita harapkan. Syam telah menggerakkan orang-orang yang loyal pada Pandhu untuk menjualnya pada kita.” Joe tersenyum puas. Matanya lekat pada tablet di tangannya memantau laporan yang masuk di sana. Ardiya menghirup dan menyesap minuman berwarna kuning keemasan yang sedari tadi ia pegang. Heningnya Ardiya membuat Joe berpaling pada pria muda itu dengan alis menurun. “Kau mendengarkan?” “Hm.” Joe lalu meletakkan tablet dan berpindah duduk di sisi kanan Ardiya. “Apa yang kau pikirkan? Apa ada masalah dengan proses ini?” Ardiya menyesap lagi minuman dalam gelas berkaki itu. “Tidak ada masalah,” ucapnya santai. “Kau terlihat tidak fokus.” “Tidak. Aku fokus. Hanya menunggu sesuatu.” “Menunggu sesuatu?” Tepat setelah ujung kalimat Joe itu, ponsel milik Ardiya berdering. Pria muda itu tidak tergesa meraih ponsel dan menjawab panggilan tersebut. ‘Diya…’ Suara bergetar itu lalu terdengar. “Ya. Aku di sini. Ada apa?” Ardiya menjawab dengan nada intens.

Bab terbaru

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   Extra Part 3

    Fathan membuka pintu apartemen dengan perlahan, menghela napas panjang setelah hari yang cukup melelahkan.Matahari sudah tenggelam, dan hanya lampu-lampu kecil di sudut ruangan yang menyinari apartemen.Dia mengharapkan sambutan hangat dari Shanti, seperti biasanya. Namun, saat masuk ke dalam, Fathan langsung merasakan sesuatu yang memang berbeda malam itu.Shanti berdiri di tengah ruangan, kedua tangannya bersilang di dada, dan wajahnya menunjukkan ekspresi tegang namun dingin.Tatapannya menusuk, seolah-olah dia sudah lama menunggu kedatangan Fathan hanya untuk menghujaninya dengan kekesalan.Fathan mengerutkan alis, merasa ada yang tidak beres.“Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat seram, seperti orang marah?” Fathan mencoba menggoda.Shanti menatap Fathan dengan tajam, tidak langsung menjawab. Seolah-olah sedang berusaha menahan diri untuk tidak meledak. “Bukankah kau bilang ada yang ingin kau bicarakan? Dan kau bilang sebentar lagi pulang. Tapi larut malam begini, kau baru pulang.”F

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   Extra Part 2

    Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui tirai apartemen yang belum sepenuhnya tertutup, menerangi ruangan yang tertata rapi.Shanti baru saja selesai sarapan dan memutuskan untuk membersihkan apartemen yang ia tinggali bersama Fathan.Setelah beberapa bulan tinggal bersama, Shanti sudah mulai terbiasa dengan ritme hidup baru ini, meskipun ada kalanya dia masih merasa canggung. Namun, pagi ini, ada perasaan aneh yang merambat di hatinya, membuatnya gelisah tanpa alasan yang jelas.Shanti mengenakan kaus longgar dan celana pendek, rambutnya diikat ke atas, siap untuk menjalani hari dengan membersihkan apartemen.Ia memulai dari dapur, kemudian ruang tamu, dan akhirnya tiba di kamar tidur mereka. Tempat tidur masih berantakan dengan selimut dan bantal yang berserakan —tanda bahwa kegiatan yang cukup dahsyat terjadi tadi malam.Saat sedang merapikan selimut, matanya tertuju pada lantai berkarpet di bawah ranjang mereka. Satu benda asing menangkap perhatiannya.Shanti membungkuk lalu me

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   Extra Part 1

    Pagi itu, sinar matahari menyelimuti Pantai Senggigi di Lombok dengan kehangatan yang lembut.Angin laut yang sejuk berembus pelan, membawa aroma asin yang khas. Langit biru membentang tanpa cela, sementara ombak kecil yang tenang menyapu lembut pasir putih di tepi pantai. Pemandangan yang begitu indah dan syahdu, seolah-olah surga kecil di bumi ini diciptakan khusus untuk mereka.Fathan dan Shanti berjalan beriringan di sepanjang pantai, kaki mereka tenggelam dalam pasir yang terasa basah juga hangat.Fathan mengenakan kemeja linen putih yang dibiarkan setengah terbuka, memperlihatkan dada bidangnya yang terbakar matahari. Ia tidak lagi mengenakan kacamata palsu-nya, namun manik abu-abunya tetap tertutup oleh kontak lens berwarna hitam.Sementara itu, Shanti mengenakan gaun pantai berwarna pastel yang melambai ringan tertiup angin, memperlihatkan sosoknya yang tidak seperti biasa --anggun dan santai."Mungkin kita harus pindah ke sini," ujar Fathan tiba-tiba, suaranya sedikit serak k

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 101 : Kisah Bahagia Mereka

    Kemeriahan begitu tampak di bangunan mewah nan megah Brahmana dan Aruna. Setiap sudut ruangan di lantai dasar dihiasi begitu cantik dan indah. Halaman samping juga terbentang tenda indah dengan tema kanak-kanak berwarna biru. Warna yang menjadi dominan ciri untuk kehadiran anak lelaki. Meja-meja bundar tersebar di halaman samping, dengan penataan hampir mirip saat Brahmana mengadakan pesta reuni untuk Aruna, kali ini tentu ditata lebih sempurna dan megah. Karena hari ini adalah pesta menyambut kelahiran putra penerus Dananjaya Group. “Ah, welcome Mr. Othman!” Brahmana menyambut kedatangan sepasang suami istri yang tentu saja ia ingat dengan sangat baik. Itu adalah Tuan Othman beserta istrinya, Nyonya Ariyah yang terbang dari Australia untuk memenuhi undangan dan melihat serta turut mendoakan bayi mungil Aruna. Tentu saja Ariyah sangat antusias tatkala mendengar kabar Aruna yang telah melahirkan. Sejak tragedi tempo hari itu, Ariyah dan Aruna menjadi cukup dekat, meski hanya berko

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 100 : Sesi Sparring Spesial

    Dhuaagg!Dhaagg!!Samsak itu bergoyang dan mengayun menjauh, menandakan pukulan dan tendangan yang dihantamkan, memiliki kekuatan yang serius.Fathan melompat sembari melakukan tendangan berputar.Dhuaagg!Samsak setinggi seratus lima puluh senti itu mengayun lagi. Dengan samsak setinggi itu, memiliki bobot sekitar empat puluh lima sampai lima puluh lima kilogram. Dan benda berbobot puluhan kilogram itu mengayun cukup jauh.Shanti yang tiba di ruang latihan, terpaku di balik pintu ganda dengan aksen kaca bagian tengahnya, sehingga ia bisa menyaksikan apa yang dilakukan pria yang telah menjadi suaminya itu, sejak beberapa menit lalu.“Keren…” desis Shanti dengan mata menyorot takjub.Ia jelas tahu, seberapa berat samsak dan betapa sulitnya untuk membuat benda berlapis kain oxford tersebut untuk mengayun sejauh itu.Dengan perlahan dan diam-diam, Shanti mengendap-endap mendekati Fathan yang terlihat fokus dan serius dengan samsak di hadapannya.Sebisa mungkin ia mengambil jalur yang tida

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 99 : Ingin Disentuh Tapi Takut

    “Apa beneran mereka ditinggal berdua, gak apa-apa?” Shanti masih terus bertanya pada Fathan sebelum ia akhirnya benar-benar masuk ke dalam mobil. Kepalanya masih menoleh ke arah bangunan megah kediaman Aruna dan Brahmana. Ia sungguh merasa khawatir akan terjadi keributan lagi antara Aruna dan Brahmana yang dipicu oleh kehadiran Mike di sana. “Cemas sekali?” Fathan terkekeh. Ia telah duduk di balik kemudi dan menyalakan mesin. “Gimana ngga cemas! Gegara keributan oleh Mike itu kan, terakhir Runa sama pak CEO hilang akal sehat, yang berimbas gue ikutan melancong ke negara tetangga dengan terpaksa!” Shanti merengut. Bahunya sedikit bergidik. Ia masih ingat betul, saat dirinya diikat bersama Aruna, lalu hampir mengalami pelecehan dan rudapaksa. “Chill out, Baby Doll…” Fathan mengulurkan tangan kiri dan mengelus kepala istrinya itu. “Baby Doll apaan!” Shanti mendelik sebal pada Fathan, namun suaminya itu malah tertawa. “Aku tidak akan membiarkan apapun atau siapapun menyentuh, apala

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 98 : Ayah Baby

    “Hai Babe!” Mike tersenyum lebar saat matanya tertuju pada Aruna yang duduk bersandar pada tumpukan bantal besar. “Siapa yang mengizinkan dia masuk?” desis Brahmana. Rahangnya terlihat mengeras, bersamaan gigi yang terkatup dan bergemeletuk. “Bukankah kau sendiri yang mempersilakan aku masuk? Pengawal Aruna tadi mengatakannya. Apa kau akan menjilat ludahmu sendiri?” Pria bule itu mengerling santai. “Kau!” “Sayangku… Agha…” Aruna di sisi Brahmana, berbisik mengingatkan. Ia lalu beralih pada teman bulenya itu. “Mike, masuklah.” Mike lalu melangkah masuk. Tubuh tingginya tegap bergerak mendekat dengan sebelah tangan memegang karangan bunga mawar begitu besar. “Congrat, Dear. Sudah menjadi seorang ibu…” Mike merentangkan tangan dan membungkuk, hendak memeluk Aruna, namun tangan kokoh Brahmana dengan sigap menahan tubuh pria bule itu dan mendorongnya menjauh. “Heyy! Easy man!” protes Mike dengan lirikan sewot pada Brahmana. “Mike, please. Hargai suamiku,” cetus Aruna. Kalimat pendek

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 97 : Dendam Terbalaskan

    “Tarik napas, Nyonya… Jangan dulu mengejan!”Instruksi dari dokter terdengar tenang dan lantang, namun Aruna bagai tidak bisa mencerna semua kata-kata itu.Tubuhnya terasa remuk dan seakan ditarik dari dalam. Suatu ‘ajakan’ memintanya untuk mengejan dan itu tidak bisa ditolak Aruna. “Arrrghh!!”“Jangan angkat pinggul Anda, Nyonya!”“Mengapa begitu banyak larangan!” Kali ini Brahmana yang mengomel. Ia sudah ikut berkeringat dan bermandi peluh. Kedua tangannya berada di bahu Aruna, sedikit lebih ke depan.“Kalau berposisi begini, Nyonya akan mengalami robek yang cukup panjang, Pak.” Dokter itu menjawab omelan Brahmana.“Ro-robek?” Brahmana seketika menganga. Tubuhnya bergidik ngeri, tidak sanggup membayangkan daerah sensitif itu terluka, apalagi sampai mengalami robekan.“Arrghh!” Aruna mengejan lagi.“Sa-sayang… dengarkan apa kata dokter. Turunkan pantatmu, jangan diangkat..” pinta Brahmana gugup. Tanpa sadar, ia menekan kuat tangannya yang berada di pundak agak depan Aruna.“Kau mau m

  • Dibuang Mantan, Dikejar CEO Sultan   S2 BAB 96 : Chaos Ruang Persalinan

    Kegaduhan benar-benar terjadi di Rumah Sakit ternama di ibukota siang hari itu.Mungkin bagi Rumah Sakit tersebut, hari ini adalah kejadian membuat ricuh dan paling menegangkan yang pernah mereka alami selama berpuluh-puluh tahun beroperasi.Satu lantai dipenuhi orang.Bukan pengunjung, namun tim pengawal dan keluarga serta teman Aruna yang memadati koridor menuju ruang persalinan.Bahkan kondisi seperti itu, belum termasuk Dananjaya Tua dan segenap pengawalannya.Sesepuh Dananjaya Group yang memiliki status prestisius yang sangat tinggi itu baru datang.Tak terkira para perawat, pegawai juga pengunjung lain Rumah Sakit tersebut dibuat bingung dengan ‘keramaian’ yang menampak di siang hari tersebut.Satu lantai, nyaris terisolasi karena dijaga oleh sederet tim pengaman dari Dananjaya Group.Tantri yang baru saja pulang ke kediaman Brahmana dari pesta Shanti, segera berbalik kembali dan datang ke Rumah Sakit dengan kehebohan khas ibu kandung Brahmana itu.“Dimana Sayangku? Cintaku? Di m

DMCA.com Protection Status