Alona membuka matanya dan merasakan cahaya yang begitu terang.Wanita mulai ketakutan melihat cahaya begitu terang. "Dimana aku?Apa aku?" "Nona sudah bangun?"Suara berat Paman Jack membuatnya tersadar. Alona berbalik dan melihat sekeliling.Ternyata dia sedang berada di dalam kamarnya. Bahkan tuan Mahendra juga berada di sana,berdiri tepat di samping Paman Jack. Alona kembali melihat sekeliling,dia ingat dengan jika dia kesulitan bernafas dan tubuhnya melemah malam itu. Alona mengira jika dirinya sudah berada di alam lain tapi dia melihat Paman Jack dan tuan Mahendra berdiri di depannya. Itu artinya dia baik-baik saja saat ini. "Kenapa kamu masuk ke dalam ruangan itu?Aku bahkan tidak berani menyentuh apapun.Untung saja dia tidak membunuhmu. "Ucapan tuan Mahendra membuat Alona semakin ketakutan. Baru kali ini dia bertemu dengan seseorang yang begitu menakutkan seperti Alex.Bahkan ayahnya yang paling menakutkan baginya juga tidak akan melakukan hal seburuk itu. "Aku juga tid
Tok..tok... Alona menghentikan tangannya yang hendak memasukkan makanan ke dalam mulutnya ketika mendengar suara ketukan pintu. "Masuklah!"Teriak Alona kemudian menyantap kembali makanannya dengan lahapnya. Beberapa detik kemudian wanita itu mendongak dan melihat siapa yang telah mengetuk pintu kamarnya. Alona membeku di tempatnya ketika melihat kehadiran Alex yang tengah berdiri di hadapannya. Alona kembali menyantap makanannya dan mengabaikan kedatangan Alex.Pria itu telah menyakiti perasaannya dengan kata-kata hinaan yang terlontar dari mulut pria itu. "Apa aku boleh masuk?"Alex bertanya kepada wanita hamil itu tapi orang yang di tanya sama sekali tidak menggubrisnya.Alona begitu kesal kepada pria di hadapannya itu. Alex yang melihat sikap Alona hanya tersenyum tipis. Batu kali dia bertemu dengan seorang wanita yang selalu saja menguji kesabarannya. "Maafkan aku!" Alona kembali menatap pria di depannya. Dia tidak menyangka jika pria seperti Alex juga bisa mengata
"Kalau begitu jangan salahkan aku Paman.Todak ada wanita yang boleh memiliki Alex selain aku."Mata Viona berapi-api melihat kepergian tuan Mahendra. Viona meninggalkan mansion Mahendra setelah beberapa menit kemudian. Wanita itu meninggalkan mansion dengan penuh amarah. Kini tuan Mahendra juga mengabaikan dirinya.Dulu pria paruh baya itu akan selalu membantu dirinya tapi sekarang tidak lagi. Sepanjang perjalanan Viona selalu memikirkan rencana liciknya. Dia harus menyingkirkan wanita hamil itu sebelum dia melahirkan.Tapi dia harus membuat wanita itu pergi dengan sendirinya. Sementara itu Alona sudah mengembalikan Buck ke dalam kandang.Kini wanita itu bersiap kembali ke mansion.Begitu kembali ke mansion dia melihat Paman Jack sedang menyiram tanaman. Alona yang melihat itu kemudian menawarkan diri untuk membantu. "Apa aku boleh membantu Paman melakukan hal ini setiap hari?Ini cukup menyenangkan. " "Jika nona tidak keberatan melakukan pekerjaan seperti ini.Tapi tidak hari ini
"Kamu ingin ke suatu tempat?"Alex bertanya kepada Alona dan menghiraukan ucapan Alona yang barusan. "Kemana?"Alona menatap wajah pria di hadapannya dengan ekspresi kebingungan .Dia sama sekali tidak mengerti jalan pikiran pria itu. "Terserah kamu. " "Aku juga tidak tahu. "Jawab Alona dengan ketus melewati Alex. "Ada apa dengan nya?Aku sama sekali tidak mengerti jalan pikirannya. Kenapa dia tiba-tiba mengajakku ku ke suatu tempat?"Gerutu Alona sepanjang jalan. Tapi jauh dari lubuk hatinya,wanita itu menginginkannya. Dia merasa bosan selalu berada di mension terus menerus.Beberapa detik kemudian Alona berbalik dan membuat Alex terkejut melihat ekspresi wanita hamil itu. "Aku mau tapi aku ingin ke rumah bibi Alice. " "Terserah kamu saja." Alona tersenyum kecil mendengar ucapan Alex.Dia sudah cukup lama merindukan bibi Alice dan hari ini mereka akan bertemu sebentar lagi. Alona dan Alex kini sudah berada di dalam mobil. Alona melirik ke arah pria di sampingnya itu. Dia
Kini mereka semua sudah berada di ruang tamu. Bibi Alice menyuguhkan teh hangat dan menyantap kue yang di beli tadi.Alona menyantapnya dengan begitu lahapnya. Sepanjang perjalanan Alex tidak banyak bicara. Bahkan ketika mereka tiba di rumah bibi Alice. Alex masih saja seperti itu tapi Alona sama sekali tidak ambil pusing dengan sikap Alex yang seperti itu. Alona tahu jika Alex adalah laki-laki yang dingin dan tidak banyak bicara. "Bibi sangat senang dengan kedatangan mu nak.Bibi kira jika kita akan bertemu kembali dalam waktu yang cukup lama. "Ucap bibi Alice tersenyum kecil memandang wajah wanita hamil itu. "Aku baru saja dari dokter kandungan bibi dan kami memutuskan untuk datang ke sini." "Bagaimana dengan kandungan mu,calon cucu ku?" "Dia sehat-sehat saja bibi." Alona mengelus perutnya yang sudah semakin membesar. Wanita hamil itu menatap wajah bibi Alice yang sudah di anggap seperti keluarga nya sendiri. Dia tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ibu tapi bibi
Selesai makan malam,kini mereka bertiga tengah duduk di sofa ruang tamu.Alona duduk berdekatan dengan bibi Alice. Wanita hamil itu bahkan berbaring di pangkuan bibi Alice. Entah kenapa wanita hamil itu begitu manja kepada dirinya tapi bibi Alice menyukai hal itu. Kedatangan Alona memberinya warna di dalam kehidupannya. Dia merasakan kehidupan yang sesungguhnya ketika Alona tinggal bersama dengannya tapi setelah kepergian Alona,bibi Alice mulai merasa kesepian kembali . Lima belas menit kemudian,Alona sudah memejamkan matanya. Bahkan wanita hamil sudah tertidur pulas di pangkuan bibi Alice. "Bawa dia ke kamar nak."Ucap bibi Alice kepada Alex. "Baik bibi."Alex beranjak dari posisinya meraih tubuh Alona yang berada di pangkuan bibi Alice. Pemimpin Black Dragon itu bahkan menggendong tubuh Alona masuk ke dalam kamar tanpa merasa keberatan sama sekali. Alex membaringkan tubuh Alona dengan sangat pelan dia atas tempat tidur.Bahkan pria itu menyelimuti tubuh Alona.Alex duduk di s
Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam lamanya. Kini Alona dan Alex tiba di mansion.Alona terlihat kelelahan setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh. Alex yang menyadari hal itu,meminta Alona untuk beristirahat.Alona yang kelelahan tentu langsung melakukan apa yang di minta oleh Alex.Wanita hamil itu masuk ke dalam kamarnya. Beberapa menit setelah kepergian Alona.Paman Jack menghampiri tuannya.Pria paruh baya itu menunduk hormat kepada Alex. "Tuan,anda sudah kembali."Paman Jack menyambut kedatangannya. "Tolong Siapkan sarapan paman!" "Baik tuan."Mata paman Jack seperti mencari cari seseorang.Alex yang melihat hal itu tentu saja sudah bisa menebak siapa yang di cari pria paruh baya itu. "Dia sudah masuk.Siapkan makanan untuknya setelah dia sudah keluar dari kamarnya.Paman bisa bertanya apa yang dia suka." "Baik tuan." "Akun akan turun lima belas menit lagi."Ucap Alex kemudian melangkah masuk ke dalam kamar miliknya. Begitu masuk ke dalam mansion,Alex berpapa
Alona dan tuan Mahendra cukup lama mengobrol di ruang tamu.Tuan Mahendra bahkan lebih antusias dari siapa pun ketika membahas tentang calon cucunya. "Sebaiknya aku kembali.Jaga kesehatanmu dan calon cucuku."Ucap tuan Mahendra sebelum meninggalkan mansion putranya. "Akan ku ingat paman." Tuan Mahendra tersenyum kecil ketika Alona memanggilnya paman.Dia sama sekali tidak keberatan jika Alona memanggilnya ayah tapi tuan Mahendra juga bisa mengerti jika Alona belum siap dengan hal itu. Sementara itu di mansion milik keluarga Alona.Mamah tirinya dan saudara tirinya sedang bersantai di ruang keluarga.Kedua wanita licik itu menunggu kabar dari wanita yang mereka temui di pelelangan. "Mah,apa wanita itu bisa di percaya?"Aghata menatap mamahnya yang sedang asyik bermain ponsel. "Dari penampilannya dia wanita kaya.Jangan terlalu khawatir.Mungkin saja dia sedang mencari kesempatan." "Wanita siapa yang kalian bicarakan?"Tuan Mahardika yang baru saja tiba mendengar pembicaraan istri
Ke esokan paginya... Alona membuka matanya dan merasakan tangan yang melingkar di dalam perutnya. Hal pertama yang dia lihat adalah wajah tampan suaminya. Alona tersenyum tipis memandangi wajah tampan suaminya yang sedang tertidur pulas.Tapi bebe menit kemudian,dia menyadari ada bau alkohol yang dia cium dari mulut suaminya. Alona bangkit dari tempat tidur tapi suaminya menariknya kembali hingga terjatuh ke pelukan suaminya. Alex membuka matanya dan semakin mengeratkan pelukannya kepada sang istri. "Biarkan aku melakukan ini sebentar saja sayang."Ucap Alex dengan mata yang masih terpejam. "Kemana kamu pergi semalam?" "Kamu menyadari hal itu?Apa kamu terbangun tengah malam sayang?" "Khmmm." "Aku hanya pergi ke klub menyusul Louis. " Alona tidak menanggapi ucapan suaminya lagi.Wanita itu hanya tersenyum tipis dan kembali memeluk erat suaminya. Kebahagiaan mereka berdua terhentikan oleh suara tangis putra mereka.Alona langsung bangkit dari tempat tidur dan meninggalk
Di klub Jim melambaikan tangannya kepada seseorang yang baru saja masuk ke dalam klub tersebut. Pria yang kini berdiri di hadapannya itu menatap tajam ke arah dirinya. "Ada apa memanggil ku tempat ini?Apa pekerjaan mu sudah selesai?"Tanya pria yang baru saja menghampirinya. "Duduklah Louis. " Benar saja,orang yang di hubungi oleh Jim adalah Louis. Entah kenapa Jim meminta Louis untuk datang tapi sepertinya itu bukan sesuatu yang buruk. "Aku tidak bisa melakukan pekerjaan mu karena kemampuan ku bukan di situ."Ucap Jim kembali sambil menenggak minuman beralkohol yang sudah berada di depannya. Louis yang mendengar hal itu melirik ke arah pria bermata biru itu.Louis tidak mengerti apa maksud Jim. Louis juga tidak pernah menaruh curiga kepada pria bermata biru tapi kejadian tadi membuat Louis sedikit waspada terhadap Jim. "Apa kamu yang melakukannya?" Pada akhirnya Louis mengajukan pertanyaan yang membuat Jim tersenyum kecil. Jim menyadari jika Louis sepertinya sudah mema
Malam hari pukul 10.. Alex dan Jim kini sudah berada di dermaga bersama dengan anak buahnya. Mereka sedang menunggu kedatangan kapal mereka. Satu jam berlalu tapi kapal mereka tidak kunjung datang. Hal itu membuat pria bermata biru itu merasa gelisah.Tapo begitu melirik ke arah tuannya,Sang pemimpin terlihat begitu santai. "Tuan,ini sudah Satu jam lamanya tapi kapal belum juga datang. Apa yang harus kita lakukan tuan?Bagaimana jika kapal kita terjadi sesuatu?"Pertanyaan Jim membuat Alex tersenyum tipis. "Kamu tahu Jim,jika itu Louis maka dia sudah mendapatkan informasi. Aku tidak perlu menunggu selama ini untuk mengetahui sesuatu yang tidak pasti."Ucapan Alex membuat Jim tersentil.Sepertinya pria bermata biru itu mengerti apa yang di maksud oleh pemimpin nya. "Maafkan aku tuan. Aku akan mencari informasi tentang hal ini." "Tidak perlu.Kita kembali,Kamu tahu jika kamu harus merenungkan kesalahan mu Jim.Aku bukan orang yang penyabar dan aku tahu kamu mengerti maksdud ku.Kal
"Mungkin saja mereka hanya ingin menghancurkan kepercayaan anda kepada kami tuan."Jim kembali melakukan pembelaan diri. "Aku tahu apa yang harus kulakukan Jim.Lagi pula cepatlah kalian mengaku sebelum aku semakin kesal." Lagi lagi Louis tidak melakukan pembelaan diri. Pria itu hanya diam ,berbeda dengan Jim.Pria bermata biru itu terlihat gugup.Dan sepertinya Alex menyadari hal itu.Terlihat jelas jika pria itu menyungingkan bibirnya menatap ke arah kedua orang kepercayaannya. "Maaf tuan."Jim menundukkan kepalanya meminta maaf kepada tuannya. "Aku ingin kamu yang mengawasi anak buah kita untuk melakukan pengiriman barang malam ini. "Ucap Alex yang membuat Louis menatap ke arah tuannya. Berbeda dengan Jim pria itu tersenyum di dalam hatinya. Dia melakukan berbagai cara agar dia bisa menjadi orang kepercayaan Alex satu satunya. "Baik tuan.Aku pasti tidak akan mengecewakan anda."Jawab Jim terlihat begitu bersemangat. Berbeda dengan Louis,pria itu tampak terkejut mendenga
"Aku akan menunggumu."Ucapan tuan Mahendra membuat Alona sedikit tersentuh. Alona tersenyum tipis dan menatap ke arah ibu mertuanya. Jujur saja Alona akan merasa bahagia ketika mereka berdua bersatu. "Sebaiknya ibu kembali."Bibi Alice segera meninggalkan taman.Dia tidak ingin mendengar ucapan tuan Mahendra lagi. Alona dan tuan Mahendra hanya menatap kepergian Bibi Alice. Mereka berdua tidak berani menghentikan wanita paruh baya itu. "Biarkan saja dia menenangkan diri. "Ucap tuan Mahendra menatap menantunya. "Iya ayah." "Ngomong-Ngomong kemana pergi Alex?" "Alona juga tidak tahu ayah tapi sepertinya ada masalah yang begitu mendesak."Jawaban menantunya membuat tuan Mahendra berpikir.Entah masalah apa yang terjadi dengan putranya. Dari raut wajah putranya,tuan Mahendra merasa jika itu sesuatu yang besar. Tuan Mahendra pamit kepada menantunya setelah beberapa menit kemudian. Pria paruh baya itu meninggalkan mansion sang putra. Sementara itu di dalam sebuah ruangan tepa
"Kemarilah bu."Alex tersenyum kecil menyambut kedatangan wanita yang telah melahirkannya. "Terima kasih nak." pagi itu ,tidak ada percakapan di atas meja makan. Hanya suara dentingan sendok yang terdengar di dalam ruangan tersebut. Selesai sarapan pagi,Alex dan Louis meninggalkan mansion. Pemimpin Black Dragon itu dan tangan kanannya menuju ke markas miliknya. Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan apapun di antara mereka berdua hingga keduanya tiba di depan markas. "Selamat datang tuan Alex dan tuan Louis. "Sambut anak buahnya memberikan penghormatan kepada tuan mereka yang baru saja tiba. "Di mana mereka?"Raut wajah Alex terlihat begitu murka. "Mereka ada di dalam tuan. " "Bawa mereka ke hadapan ku."Perintah Alex kepada anak buahnya yang sudah siap memberikan hukuman kepada anak buahnya. Selesai sarapan Alex mendapatkan laporan dari anak buahnya. Pria itu tampak begitu murka ketika mendapatkan laporan dari anak buahnya. "Tuan mereka menyelinap masuk saat pi
"Nikmati makan malamnya."Ucap tuan Mahendra menatap ke arah Bibi Alice. "Tentu saja."Jawab bibi Alice mulai mengambil makanan yang berada di depannya. Tuan Mahendra hanya tersenyum kecil mendengar jawaban dari wanita itu.Dia tahu dengan jelas jika wanita itu masih kecewa terhadap dirinya. Selesai makan malam,semua orang kembali ke kamar masing-masing kecuali tuan Mahendra dan Paman Jack yang masih duduk di meja makan. "Apa kamu tidak ingin meminta maaf kepada ku Jack?"Tuan Mahendra akhirnya membuka suara terlebih dahulu setelah semua orang pergi dan kini hanya mereka berdua yang berada di ruang makan. "Aku sudah melakukannya berkali-kali tuan di dalam hati ku tapi satu hal yang pasti jika aku akan melakukan hal yang sama. Nyonya terlihat begitu menderita tuan karena hinaan dan caci maki dari tuan.Entah kenapa tuan tidak menyadari perasaan anda padahal jelas jelas tuan tahu jika nyonya mencintai anda kala itu tapi entah bagaimana perasaan nya sekarang kepada anda."Ucapan P
Kini Alex dan Louis hanya diam satu sama lain dan memandang lurus ke depan.Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing. "Kamu baik-baik saja?"Alex kembali bertanya kepada pria yang sudah dia anggap seperti saudara sendiri . Meskipun Alex kejam dan tidak berperasaan tapi dia menyayangi Louis meskipun dia bersikap cuek dan dingin kepada pria itu. "Aku baik-baik saja. Sepertinya aku tidak seberuntung anda. Mungkin kedua orang tua ku memang sengaja menelantarkan ku."Louis tersenyum miring mengatakan hal itu. "Jika begitu maka lupakan saja mereka. "Ucapan Alex membuat kedua pria itu tertawa kecil. Kisah hidup mereka hampir sama tapi menurut Louis,Alex lebih beruntung dari pada dirinya. "Jangan terlalu larut memikirkannya. Bergabunglah bersama kami."Ucap Alex menepuk pundak Louis kemudian meninggalkan pria itu. Beberapa menit setelah kepergian Alex,Louis menyusul Alex. Pria itu menuruni tangga dan menuju ke ruang tamu. Begitu tiba di ruang tamu,semua orang tersenyum ke arahnya.
Hanya lima belas menit saja,Lily telah kembali dengan membawa cemilan dan juga teh panas di tangan nya. "Selamat menikmati bibi."Bersamaan dengan Lily meletakkan nampan di atas meja,Alex dan juga Paman Jack masuk kedalam. "Lily,Bibi Alice adalah ibu kandung Alex."Akhirnya Alona mengatakan hal itu juga kepada Lily tapi reaksi wanita itu sedikit berlebihan. "A...apa nona bilang?"Lily berteriak saking syoknya mendengar apanyang di katakan oleh Alona. "Apa yang terjadi?"Paman Jack bertanya setelah mendengar teriakan Lily. "Bukan apa-apa Paman Jack. Lily sepertinya hanya sedikit syok saja."Jawab Alona tersenyum kecil ketika melihat Lily yang masih tampak syok. "Syok kenapa?"Paman Jack sepertinya masih penasaran apa yang membuat Lily syok. "Bukan apa-apa Paman. Mari bergabung!Lily tolong di tambah. "Alona menyenggol lengan Lily setelah mengatakan hal itu. "Oh iya nona.Maaf dengan reaksi ku yang sedikit berlebihan."Bisik Lily tersenyum kecil. "Tidak masalah. Cepatlah. "