Alona dan tuan Mahendra cukup lama mengobrol di ruang tamu.Tuan Mahendra bahkan lebih antusias dari siapa pun ketika membahas tentang calon cucunya. "Sebaiknya aku kembali.Jaga kesehatanmu dan calon cucuku."Ucap tuan Mahendra sebelum meninggalkan mansion putranya. "Akan ku ingat paman." Tuan Mahendra tersenyum kecil ketika Alona memanggilnya paman.Dia sama sekali tidak keberatan jika Alona memanggilnya ayah tapi tuan Mahendra juga bisa mengerti jika Alona belum siap dengan hal itu. Sementara itu di mansion milik keluarga Alona.Mamah tirinya dan saudara tirinya sedang bersantai di ruang keluarga.Kedua wanita licik itu menunggu kabar dari wanita yang mereka temui di pelelangan. "Mah,apa wanita itu bisa di percaya?"Aghata menatap mamahnya yang sedang asyik bermain ponsel. "Dari penampilannya dia wanita kaya.Jangan terlalu khawatir.Mungkin saja dia sedang mencari kesempatan." "Wanita siapa yang kalian bicarakan?"Tuan Mahardika yang baru saja tiba mendengar pembicaraan istri
Alona tersenyum ketika menatap tiga set berlian yang berada di atas tempat tidur miliknya.Wanita hamil itu tidak menyangka jika Alex,pria dingin dan terkadang kejam kepada dirinya memberikan sebuah hadiah yang begitu mahal.Alona tahu jika ketika perhiasan di depannya itu cukup mahal. "Apa dia sadar ketika dia membelikan ini untukku?Atau mungkin menghabiskan uang sebanyak ini adalah hobinya.Orang kaya mah bebas mau menghabiskan uangnya.Sepertinya uang tuan Alex tidak akan habis tujuh turunan."Gumam Alona tersenyum kecil. Alona menyimpan perhiasan tersebut di dalam laci.Wanita hamil itu sama sekali tidak memakainya tapi Alona menyimpannya. "Ini sangat cantik tapi aku tidak terbiasa dengan barang mewah seperti ini."Lirih Alona menatap tiga set perhiasan tersebut dan menutupnya. Alona berjalan menuju ke balkon kamarnya.Wanita itu melihat para pelayan sedang melakukan tugas mereka masing masing. Alona cukup lamq berdiri di balkon kamarnya hingga kedatangan Alex membuat wanita ham
Ke esekan harinya... Pagi pagi sekali Alona tengah bersiap untuk berjalan jalan sekitar mansion.Semua itu untuk kesehatan calon bayinya.Wanita itu hendak mengajak Alex untuk menemaninya tapi begitu bangun.Alona mendapati surat dari Alex.Pria itu sedang melakukan perjalanan bisnis keluar kota dan dia sudah berangkat dari semalam. Kini wanita hamil itu sudah menginjakkan kakinya di depan mansion.Di depan mansion, sebuah mobil berwarna putih berhenti tepat di depan nya. Wanita cantik keluar dari dalam mobil dan tersenyum ramah kepada dirinya.Jelas Alona tahu siapa wanita itu.Pertemuan pertama mereka berdua tidak baik tapi entah kenapa wanita itu bersikap ramah kepadanya. "Bisa kita bicara?"Wanita itu menghampiri Alona yang tidak lain adalah viona. "Katakan saja."Jawab Alona sedikit ketus. Melihat sikap Alona seperti itu,Viona hanya tersenyum kecil.Dia tahu kenapa wanita di hadapannya itu bersikap seperti itu. "Maaf untuk waktu tempo hari.Aku hanya sedikit terbawa emosi.Tapi
Dari balkon kamarnya,Alona menatap kepergian Viona.Wanita yang paling beruntung menurut Alona.Karena di cintai oleh pria dingin seperti Alex. "kamu cemburu Alona dengan keberuntungan wanita itu?"Alona terlihat cemberut memandang kepergian viona. Alona tidak mengerti,hubungan seperti apa yang mereka jalani.Dia terjebak dengan dengan pria yang mencintai wanita lain. Dia selalu bermimpin untuk hidup bersama dengan laki laki yang mencintainya.Tapi setelah menyadari keadaannya,rasanya mustahil untuk menemuka pria yang mencintainya,terlebih dengan perasaanya sekarang. "Alona,kamu akan hidup seperti ini terus.Kamu akan terus hidup dengan orang yang tidak pernah mencintaimu."Batin Alona kembali dengan pandangan yang tetap lurus ke depan. Tok...tok.. Suara ketukan pintu mengalihkan pandangannya.Alona berjalan membuka pintu kamarnya dan mendapati paman Jack sedang berdiri di depan kamarnya. "Nona Alona.Aku membawakan cemilan untuk anda."Ucap paman Jack menyodorkan sebuah cemilan k
"Nona,sebaiknya anda beristirahat.Nanti nona akan kelelahan."Ucap paman Jack menghampiri wanita hamil itu. "Tidak paman.Aku masih bisa bertahan.Paman tahu dari dulu aku ingin melakukan ini tapi aku tidak berani karena pria itu.Sekarang dia tidak ada maka aku ingin berenang sepuasnya."Ucap Alona tersenyum ke araj pria paruh baya yang sedang berdiri di hadapannya dengan raut wajah khawatir. Meskipun paman Jack tahu jika Alex akan kembali nanti malam tapi terlalu lama berenang bisa membuat calon bayinya kedinginan.Meskpun itu hanya spekulasinya saja karena paman Jack sama sekali tidak memahami dunia kehamilan.Tapi yang pasti pria paruh baya itu terlihat khawatir saat ini. "Ngomong ngomong terimah kasih paman sudah membawa gadis itu ke mari."Alona menunjuk ke arah gadis yang sedang memandanginya. Gadis itu terpesona dengan bentuk tubuh Alona.Meskipun Alona sedang hamil besar tapi bentuk tubuhnya masih terlihat begitu indah.Wajahnya begitu cantik yang terpancar ketika dia tersenyum
Kini Alona sudah berada di dalam kamarnya.Wanita hamil itu menatap ke arah pria yang terlihat kesal sedari.Entah apq yang membut pria itu kesal tapi Alona merasa jika kekesalan pria itu karena ulahnya,yang memakai kolam berenang tanpa seizin darinya. "Maaf tuan.Aku tidak akan mengulanginya lagi."Ucap Alona memandang ke arah pria yang sedari tadi terlihat kesal. "Soal apa?" Alona mengerutkan keningnya ketika mendengar apa yang di tanyakan oleh pria itu.Entah Alex pura pura tidak mengerti atau bagaimana,Alona sama sekali tidak mengerti dengan sikap pria itu.Bahkan Alona sama sekali tidak tahu sebenarnya hubungan seperti apa yang mereka berdua jalani. "Aku tidak menyukainya ketika kamu mempertontonkan tubuhmu seperti itu." Alona tercengang mendengar ucapan pria itu.Wanita hamil itu sama sekali tidak pernah berpikir untuk mempertontonkan tubuhnya kepada semua orang.Lagi lagi Alona di buat kesal oleh ucapan pria itu. Alona melangkah masuk ke dalam kamar mandi dengan perasaan ke
Ke esokan paginya.. Seperti biasa,Alona berjalan kaki setiap pagi.Hal itu rutin di lakukan ketika kandungannya sudah semakin membesar.Kedatangan mobil berwarna merah mengalihkan perhatian wanita hamil itu. Alona memandang ke arah mobil merah tersebut yang tidak lain adalah Viona.Ada perasaan cemburu yang di rasakan olehnya.Alona jelas tahu jika mereka berdua masih saling mencintai. Alona memilih menjauh dan melangkahkan kakinya menuju ke taman.Dadanya terasa sakit ketika mengetahui kenyataan itu.Tapi Alona tidak tahu jika semua itu hanya kesalah pahaman. Alex sudah tidak mencintai wanita itu tapi Alex mencintai dirinya.Wanita yang telah mengandung calon buah hatinya. Alona duduk di bangku taman dengan perasaan tidak bersemangat.Wanita itu merasakan kesedihan di dalam hatinya. Sementara itu Viona melangkahkan kakinya masuk ke dalam mansion dengan penuh percaya diri.Wanita itu sama sekali tidak merasa malu berhadapan dengan Alex. "Apa yang kamu lakukan disini?"Tatapan Alex
Alex terus memandangi wajah Alona yang sedang tertidur pulas.Tatapannya kemudian beralih ke perut Alona yang semakin hari semakin membesar. Alex tersenyum kecil meliihat wajah polos Alona tanpa make up.Gadis itu masih terlihat cantik meski tanpa polesan make up sedikit pun di wajahnya.Entah apa yang membuat dirinya tertarik dengan wanita di hadapannya. Alona wanita yang tidak pandai merayu laki laki atau mau mencari perhatian.Alona juga bukan wanita yang pandai berkata manis.Justru sebaliknya wanita di hadapannya itu akan menentang dirinya jika tidak sesuai apa yang di inginkannya. Dadanya kembali berdebar setiap kali dia memandangi wajah Alona tanpa Make up.Alex menyadari perasaannya kepada wanita yang mengandung calon buah hatinya tapi dia masih memiliki keraguan. "Aku mencintaimu tapi aku belum siap Alona.Aku takut kamu akan mengkhianatiku sama seperti Viona.Aku tidak ingin mengalami hal yang sama untuk kedua kalinya.Kamu datang karena bayi mu dan karena ayahku.Kamu bukan d
"Ada apa sayang?"Alex bertanya ketika melihat istrinya melamun kan sesuatu . "Tidak ada apa-apa. Ayo kita turun."Ajak Alona yang segera turun bersama dengan putranya dan suaminya. Kelvin menggandeng tangan mommynya turun dari mobil.Bocah laki-laki itu terlihat begitu antusias begitu turun dari mobil. Kelvin menggandeng tangan Mommy dan daddy memasuki restoran. Bersamaan dengan Alex membuka pintu.Kelvin berteriak memanggil neneknya. "Nenek. "Panggil Kelvin yang langsung mengalihkan perhatian kedua orang tuanya. Seketika Alona dan Alex menoleh ke belakang. Alex tersenyum tipis ketika melihat ibu mertuanya bersama dengan tuan Jhon. Sedangkan Alona tampak bingung melihat ibunya bersama dengan seorang pria. Sedangkan Angelina yang melihat putrinya terlihat begitu malu.Dia sudah setua itu tapi masih berharap bisa bersama dengan orang yang dia cintai. Angelina belum mengerti sepenuhnya tentang sifat putrinya. Alona bukanlah orang yang berpikiran sempit.Dia tidak mungkin menen
Deg... Lily merasakan detak jantungnya berpacu dengan begitu cepatnya.Lily bahkan menggosok matanya untuk memastikan jika dirinya tidak salah lihat tapi nyatanya pria yang baru masuk itu adalah orang yang begitu penting di dalam hidupnya. Lily terus menatap ke arah pria yang sama sekali tidak melihat ke arah dirinya.Detak jantungnya tidak bisa beraturan saat ini. Wanita itu tampak begitu syok melihat ke arah Pria yang berjalan ke arah meja yang selalu di tempati oleh orang yang begitu ia kagumi. Lily sudah lama tidak melihat pria itu,dia bahkan sudah tidak ingat dengan wajahnya tapi dia yakin jika dia melihat pria itu lagi,Lily yakin jika dia bisa mengenalinya tapi nyatanya tidak. "Apa itu dia?Apa mereka adalah orang yang sama?Tapi kenapa aku tidak mengenalinya?Pantas saja aku merasa familiar dengan mu,rupanya kalian adalah orang yang sama."Batin Lily terus memandangi pria di hadapannya itu. Pria itu pun menoleh ke arahnya dirinya ketika dia menyadari jika hanya ada dua
Tok...tok... Lily segera menghapus air matanya begitu mendengar suara ketukan pintu kamarnya.Wanita itu melangkahkan kakinya untuk membuka pintu. "Paman Jack."Lily tersenyum kecil memandang ke arah pria paruh baya itu. "Boleh Paman masuk nak?"Tanya Paman Jack kepada keponakannya. "Silahkan masuk Paman." Lily melangkah masuk ke dalam kamar miliknya,di susul oleh Paman Jack. Keduanya duduk di sofa dan tentu saja Paman Jack membuka pembicaraan terlebih dahulu. "Bagaimana keadaan mu nak?" "Aku sudah membaik Paman." "Bagaimana kalau kita ke mengunjungi makam kedua orang tuan mu besok nak?Paman sudah meminta izin kepada tuan Alex dan tuan Alex mengizinkan kita untuk pergi."Ucap Paman Jack memberi tahu keponakannya. "Terserah Paman saja.Lily ikut saja dengan keputusan paman." Obrolan Keduanya tidak berlangsung lama. Paman Jack meminta keponakannya untuk beristirahat.Paman Jack meninggalkan kamar keponakannya setelah mengatakan apa yang ingin dia katakan. Ke esokan...
"Apa kamu Bersedia untuk menerima ku?"Louis kembali bertanya setelah Lily terdiam. Louis kembali melirik ke arah wanita di sampingnya. Wanita itu masih saja terdiam setelah mendengar ucapan Louis. "Baiklah. Mari kita jalani hubungan ini.Kita tidak tahu sejauh mana kita bisa bersama tapi aku berharap jika kita bisa hidup bersama sepanjang masa."Ucap Lily tersenyum tipis. "Jika itu harapan mu maka aku juga berharap demikian. "Ucap Louis tersenyum tipis. "Aku selalu mengharapkan sesuatu yang baik untuk kita.Aku selalu memimpikan sesuatu yang baik dan selalu memiliki harapan yang tinggi." Keduanya tersenyum setelah percakapan singkat mereka berdua.Mereka berdua memiliki harapan yang sama yaitu saling berbahagia. Louis mengeluarkan sebuah cincin beberapa menit setelah Lily bersedia menerima dirinya. Pria itu memasangkan cincin itu di jari manis wanita yang di cintainya itu. "Terima kasih. Ini Sangat cantik. "Ucap Lily tersenyum kecil memandang cincin pemberian Louis. L
"Paman akan mengambilkan makanan nak.Kamu harus memulihkan tenaga mu secepatnya."Ucap Paman Jack tersenyum tipis. Pria paruh baya itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar.Paman Jack menuju ke arah dapur untuk mengambil makanan. "Paman Jack. "Panggil Lily. "Kenapa turun nak?" "Aku baik-baik saja Paman. Paman tidak perlu repot repot mengantarkan makanan ke kamar ku."Ucap Lily duduk di meja. "Paman sama sekali tidak merasa di repotkan nak." Paman Jack meletakkan makanan di depan keponakannya. Pria paruh baya itu bahkan menyiapkan buah yang sudah dia kupas sendiri. "Terima kasih Paman. "Lily menyantap makanan yang di berikan oleh Paman Jack dengan lahapnya. "Baru kali ini Paman melihat mu makan dengan begitu lahapnya nak.Paman senang melihat mu seperti itu. "Ucap Paman Jack tersenyum tipis memandangi wajah cantik keponakannya. "Di mana semua orang?" Paman Jack dan Lily berbalik setelah mendengar pertanyaan dari seseorang di belakang mereka. "Tuan,semua orang s
Tok..tok.. Kelvin kembali berlari membuka pintu. Kali ini Kelvin melihat kehadiran neneknya lagi. "Hallo nenek. " "Hallo sayang.Di mana Mommy mu?" "Di dalam bersama dengan nenek. "Jawab bocah laki-laki itu menarik tangan neneknya. Bibi Alice masuk ke dalam kamar dan melihat kehadiran besannya dan juga menantunya yang sedang asyik mengobrol. "Hallo bu."Sapa Alona tersenyum kecil ke arah mertuanya. "Hallo sayang." "Duduklah Alice." "Hmmm." Ketiga wanita itu kembali mengobrol dengan santai dan membiarkan bocah laki-laki itu bermain sendirian.Kelvin sendiri sibuk dengan mainnya seorang diri. "Boleh nenek menemani Kelvin bermain?"Angelina menghampiri cucunya yang sedang asyik bermain seorang diri. "Apa nenek tidak mengobrol?" "Nenek ingin bermain bersama dengan Kelvin. " "Baiklah jika nenek mau.Kita bisa bermain bersama. " Satu jam berlalu,Pintu kamar kembali terbuka. Kali ini Alex yang sedang melangkah masuk ke dalam kamar. Pemimpin Black Dragon itu seke
"Tutup mulutmu Brengsek.Kita semua akan mati di tempat ini."Teriak Wiliam penuh amarah. "Apa kamu yakin kita semua akan mati di tempat ini?Sepertinya hanya kamu yang akan mati di tempat ini."Ucap Alex kembali,pemimpin Black Dragon itu bisa melihat bagaimana raut wajah kekhawatiran dari Wiliam. "Tentu saja.Apa kamu bisa meninggalkan tempat ini dalam sekejap mata?Aku rasa itu hal yang tidak mungkin. Kita semua akan mati di tempat ini."Wiliam tertawa terbahak-bahak seperti orang kesurupan. Pria itu terlihat putus asa saat ini.Wiliam tidak yakin jika dia bisa mengalahkan Alex.Itu sebabnya dia memilih jalan yang terbilang cukup ekstrem.Dia rela mengorbankan dirinya sendiri. "Aku memberimu kesempatan kedua.Aku biasanya tidak pernah melakukan hal ini tapi aku melihat Lily begitu mengkhawatirkan mu.Tinggalkan kota ini dan jangan pernah muncul lagi.Tapi jangan mengulang kesalahan yang sama seperti kakak mu karena kamu akan berakhir seperti kakak mu." Louis yang mendengar ucapan Ale
Wiliam menoleh ke arah Lily yang sudah mulai memejamkan matanya.Pria itu mendekat dan memeriksa denyut nadi Lily. Wiliam mengeluarkan pisau kecilnya dan membuka peluru yang menembus kulit Lily. Lily yang merasakan hal itu secara tiba tiba hanya bisa meringis kesakitan. "Diamlah.Jika kamu tidak ingin mati kehabisan darah."Ucap Wiliam yang tidak tega melihat wanita yang di cintainya tersiksa. "Pergilah Wiliam. Menghilanglah dari kota ini."Lirih Lily yang masih saja mengkhawatirkan sahabatnya. "Jangan campuri urusan ku lagi.Anggap saja kita bukan teman lagi.Jangan membuat ku semakin terlihat kejam Lily. Karena aku tidak akan mengubah keputusan yang sudah aku putuskan."Ucap Wiliam beranjak dari tempat duduknya setelah membalut luka wanita yang di cintainya. Wiliam menjauhi Lily,dia tidak ingin berdekatan dengan wanita itu.Dia takut jika dia akan berubah pikiran jika terus berada di samping wanita yang cintainya. Wliliam jelas tahu meskipun dia berubah pikiran.Alex tidak a
"Tuan,Kami tidak menemukan keberadaan tuan Wiliam. "Anak buah Alex memberikan laporan kepada pemimpinnya. "Apa itu mungkin?Aku tidak mau tahu,cari dia sampai ketemu."Perintah Alex kepada anak buahnya. Sementara Alex sedang membalut Lukanya.Raut wajah Alex terlihat begitu murka.Dia sama sekali tidak menyangka jika Wiliam akan kabur.Baru kali ini pemimpin Black Dragon itu kecolongan. Hal yang tidak pernah terjadi kepadanya tapi kali ini terjadi. Alex terlihat tidak senang dengan hal itu dan dia tidak akan pernah memaafkan pria itu. Selesai membalut Lukanya,Alex melihat sekeliling tempat itu sambil menunggu informasi dari anak buahnya. Beberapa menit kemudian Louis menghampirinya dengan raut wajah yang tampak gugup. "Katakan."Alex sepertinya sudah bisa menebak apa yang terjadi. "Wiliam kabur tuan." "Bodoh.Lakukan sesuatu. "Alex terlihat begitu kesal. "Maaf tuan." Mereka belum menyadari sesuatu yang terjadi.Tidak berselang lama kemudian,salah satu anak buahnya mengham