Home / Pernikahan / Dibalik Diamnya Istri Ternyata .... / Bab 2. Struk Belanja di Celana Suamiku

Share

Bab 2. Struk Belanja di Celana Suamiku

Author: Angsa Kecil
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Suamiku menyebut nama wanita lain dengan sangat mesra. Memangnya dia mimpi apa?

Gejolak emosi, beratnya pikiran, rasa gelisah bisa membentuk sebuah mimpi buruk.

Mimpi buruk itu kini menganggu pikiran Alya. Dalam mimpi itu begitu jelas suaminya pergi dan kenapa bisa rasa sakit dalam mimpi terasa sangat nyata?

"Mimpi itu pasti hanya karena aku tak mendapat kabar dan pikiranku jadi kacau. Mas Ardi nggak mungkin mengkhianatiku. Dia sangat menyayangiku, mana mungkin tega berpaling. Aku harus menjauhkan pikiran seperti itu." Alya menghembus nafas dari mulutnya sambil memegang dad4nya.

Tangannya masih bergetar memegang kertas putih panjang itu. Dia memegang sangat kuat dan segera memasukkan pada kantong gamisnya. Wanita itu berniat mencari tahu kebenarannya.

'Benar atau tidak semua pikiranku ini, harus aku cari tahu jawabannya. Aku nggak mau diam saja terjerat pikiran aneh-aneh. Meski selama ini tak ada tanda apa pun Mas Ardi berpaling, aku tetap harus mencari tahu kebenarannya, karena aku butuh kepastian dan keyakinan kuat,' batin Alya, setengah hati tetap membuat elakan pada praduganya.

Sebuah struk belanja perlengkapan bayi membuat Alya tercengang. Detakan jantungnya bahkan belum mau tenang meski dia telah membuat sugesti kesetiaan suaminya.

Wanita itu gegas keluar. Dia masih ada urusan yang mau tidak mau harus dilakukan. Sebelum meninggalkan kamar itu, Alya duduk sebentar di sisi suaminya. Dia pegang tangan Ardi dan membuat sugesti yang lebih kuat lagi.

Tiba-tiba saja Ardi bergerak, sepertinya pria itu merespon pegangan tangan Alya.

"Iya, Ra, aku akan datang sebentar lagi," gumam Ardi sambil berganti posisi tidur.

Sontak Alya melepas tangan Ardi dan membekap mulut dengan kedua tangannya. Dia berusaha mengatur laju nafasnya agar tak sesak dan berusaha menjaga pikirannya yang hampir kabur.

'Ra? Siapa Ra?' batin Alya.

Alya mencoba meyakinkan lagi, jika tadi itu salah dengar. Wanita itu menggerakkan tubuh Ardi agar terusik.

"Sebentar lagi, Ra! Aku ngantuk banget ni. Anakmu rewel terus dari tadi! Aku juga belum tidur dari kemarin!" Ardi menghempas tangan Alya kasar, seolah marah karena tidurnya diganggu.

Mata Alya langsung berkaca, ternyata dia tidak salah mendengar tadi. Tak sanggup lama-lama berada di sisi suaminya, dia langsung beranjak pergi.

"Hah!" Alya langsung luruh saat telah masuk di kamar sebelah. Wanita itu merosot bersandar dinding. Lalu dia meringkuk dengan memekik isakan. Cairan bening berderai menumpahkan rasa sesaknya.

'Mas Ardi ... aku yakin 'Ra' itu nggak seperti dugaanku. Kamu nggak mungkin 'kan tega mengkhianati janji suci kita? Nggak mungkin. Nggak! Kamu bukan pria seperti itu. Ra bisa saja nama teman pria.' Namun, kata hati dan rasa hati Alya bertolak belakang. Wanita itu tetap takut jika ternyata sang suami mengkhianati cintanya.

Sekian saat Alya membiarkan buncahan rasa itu berderai. Tangisannya dipaksa berhenti  karena tangisan si bayi. 

"Huuuufffff ...." Alya mengusap air matanya sambil mendekat ke ranjang.

"Kamu laper lagi?" Suara Alya serak dengan bibir bergetar. Bagaimana tidak? Semakin pikirannya terganggu, kini saat menatap wajah bayi itu semakin jelas wajah suaminya terukir di sana.

"Oooooeee .... Oooooeee ...."

"Hah!" Alya mendongak sesaat untuk menghentikan kucuran air matanya. Walau bagaimanapun, bayi itu tak berdosa, entah apa pun kebenarannya nanti.

Alya langsung membuat susu di meja kamar itu. Tadi dia sudah membawa semua perlengkapan membuat susu ke kamar itu agar mempermudah pekerjaannya.

Bayi itu kembali terdiam setelah Alya beri susu. Tak lama si bayi kembali terlelap.

Alya tak bisa terlelap meski hari semakin larut. Pikirannya terus membuat gumpalan rasa yang mendesak untuk memastikan sesuatu. Wanita lantas beranjak ke lantai bawah.

Jajaran paper bag yang belum sempat dia lihat isinya kini Alya bongkar. Dia juga mengambil struk belanja di kantongnya. Satu persatu Alya mencari dan mencocokkan nama serta barang yang ada.

"Astagfirullah hal adzim." Alya tercengang dengan tatapan kosong. Dia duduk lemas di lantai. Semua barang-barang itu ada dalam struk belanja.

'Mas Ardi yang membeli semua ini? Termasuk susu dan akh!' 

Satu lagi yang membuat Alya bingung. Dalam struk itu jelas kalau dari pusat perbelanjaan di kota itu, bukan luar kota. Hanya saja tempatnya jauh dari rumahnya.

Air mata itu kembali tumpah tanpa isakan. Suaminya bahkan belum pernah membelikan apa yang dia butuhkan. Namun, sekarang malah mendapati hal aneh! Dan semua belanjaan itu hanya akan dilakukan seorang pria yang sangat peduli dengan keluarganya atau terpojok!

"Huuuufffff ... tenang Alya. Kamu kuat, kamu pasti bisa. Jangan sampai suamimu curiga dengan sikapmu. Kamu harus menghadapi semua ini dengan elegan. Jangan termakan oleh pikiran burukmu juga. Waspada dan curiga itu penting, tapi semua harus dengan aturan dan porsi yang benar!" Alya bergumam pada dirinya sendiri.

Sekian saat Alya membuat sugesti dan keyakinan diri.

'Jika kamu memang menyakitiku Mas. Cinta tulus ini tak mungkin punya maaf dan kesempatan kedua. Tapi semoga semua yang ada dalam pikiranku ini salah,' batin Alya dengan hembusan nafas dari mulut.

***

Meski semalaman Alya tidak bisa tidur, dia tetap menjalankan tugas sebagai istri seperti biasa. 

Selepas melakukan sholat subuh, dia menyambangi kamar utama.

"Mas, Mas Ardi. Bangun sholat subuh dulu, waktunya hampir habis lho." Alya menggoy4ng-goy4ngkan tubuh suaminya.

Ardi menggeliat sambil menguap. "Aku masih ngantuk, Al. Kamu buatin nasi goreng saja, kalau udah mateng bawa kemari. Mas lagi males gerak banget." Pria itu bicara tanpa membuka mata.

"Tapi waktu sholat-nya hampir habis, Mas."

"Sayang, aku beneran lapar dan capek banget. Udah kamu saja yang sholat. Mataku lagi nggak bisa dibuka ini. Capek, kerjaan banyak, lembur terus." Ardi memeluk guling.

"Nasi gorengnya akan aku bawa kemari. Tapi lebih baik Mas Ardi ambil air wudhu biar ngantuknya ilang."

Ardi menghentak nafasnya. "Aku benar-benar masih ngantuk, Sa-yang. Capek banget. Please biarkan aku istirahat. Setelah tidur dan kenyang, aku pengen banget peluk kamu."

Alya mengangguk dengan senyum tertahan. Dia lantas ke dapur.

Selang beberapa saat. 

"Mas, nasi gorengnya sudah matang. Kamu makan dulu, katanya laper." Alya terus menekan gemuruh dadanya. Dia harus bersikap baik selagi semua belum pasti.

Aroma wangi nasi goreng telah mengusik pencium4n Ardi. Pria itu pelan membuka matanya. Lalu duduk bersandar pada headboard.

"Mana nasi gorengnya, Al? Kayaknya enak banget. Ah, apasih yang nggak enak kalau kamu yang masak." Kata-kata manis seperti itu sudah biasa keluar dari bibir Ardi.

Biasanya Alya akan tersipu dengan hati berbunga-bunga, tapi kali ini dia hanya tersenyum kaku.

"Nggak cuci muka dulu?"

"Nggak usah. Udah makin laper karena bau nasi goreng kamu." Ardi tersenyum lebar.

Alya mengambil nampan berisi piring dan air putih. "Ini. Makan pelan-pelan,' lirihnya. Wanita itu sedikit menunduk menyembunyikan gumpalan cairan bening yang hampir tumpah. 

"Oooooeee .... Oooooeee ...." Suara tangis si bayi sampai di kamar itu karena pintunya memang sengaja tidak Alya tutup.

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Ardi baru ingat soal bayi itu. 

"Pelan-pelan, Mas." Alya menyodorkan gelas.

Ardi meneguk cepat. Lantas dengan nafas tersengal dia berkata, "Cepat ke sana, Al! Anak itu nangis. Sama siapa dia?" Tampak raut cemas di wajah Ardi.

Alya mengangguk lalu pergi dengan rasa tak karuan. 'Mas Ardi perhatian sekali pada bayi itu,' batinnya.

Di kamar sebelah.

Alya gegas membuat susu dengan mata sembab. Sesekali dia seka ujung pelupuk mata dengan punggung tangannya.

"Kamu udah bangun. Minum susu dulu ya." Alya mencoba bersabar dan bersahabat dengan si bayi tak berdosa itu.

Mbok Sari-pengurus rumah telah datang bersama pak Karto suaminya.

"Mbok, minta tolong mandikan bayinya. Aku masih sedikit takut kalau sekecil ini." Alya menggendong bayi itu ke lantai bawah.

"Bu Alya, ini anak siapa?" Mbok Sari mengambil alih bayi itu.

Wanita paruh baya itu tercengang saat melihat wajah bayi. 'Kok mirip wajah Pak Ardi ya?' batin Mbok Sari, tidak berani mengatakan langsung.

Alya menarik paksa dua ujung bibirnya, meski tetap tampak kaku. "Anak ... anak teman Mas Ardi yang dititipkan di sini."

Mata wanita paruh baya itu melebar. "Oh ... anak teman Pak Ardi? Bayi merah seperti ini dititipkan? Orang tuanya memangnya di mana?" 

Alya menggeleng. "Mas Ardi masih lelah, dia belum banyak cerita. Aku ke atas dulu, Mbok. Nitip bayinya nanti ambil semua perlengkapan bayi itu di kamar atas sebelah kamar utama."

Dia hanya ingin segera memungkas obrolan yang jawabannya saja baru ingin dicari.

Alya masuk ke kamar utama. Dia ingin bicara dan menghabiskan lebih banyak waktu berdua seperti biasanya. Saat suami pulang dia akan bermanja dan banyak bercerita.

"Mas," lirih Alya. Dia celingukan mencari sosok suami yang tak ada di atas tempat tidur. 

Tadi Ardi susah dibangunkan. Sekarang Alya penasaran kenapa suaminya mendadak mau bangun.

Terdengar samar suara suaminya si balkon, Alya segera mendekat dengan langkah sangat pelan.

"Iya, Ra. Aku akan segera ke sana." 

Tak ada obrolan lagi, sambungan itu dimatikan.

Alya terpaku mendengar suaminya bicara dengan seseorang yang disebut 'Ra' itu. Dia berdiri di dekat pintu balkon sampai suaminya berbalik.

"Alya? Sejak kapan kamu berdiri di situ?" Wajah Ardi tampak pias.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
perempuan tolol dan dungu tepat buat kamu, gak bisa mikirr .. memuakkan perempuan dibikin tolol ginian
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kenapa si ardi g mau punya anak darimu? krn kau tolol,dungu dan benalu. jadi kau cuma pantas jadi pengasuh anaknya dg wanita lain. dikasih otak tapi g berguna.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 3. Inisial 'Ra'

    Saat seorang suami menunjukkan gelagat aneh dan sikap tak biasa, saat itulah rasa gelisah akan membawa pikiran istri pada banyak praduga.Alya menunjukkan wajah datar agar suaminya tidak waspada terhadapnya, sehingga dia bisa lebih mudah mencari pembuktian lain. "Mas, kamu sudah bangun? Memangnya ada hal penting apa sampai kamu mau bangun? Perasaan tadi kamu bilang mau tidur lagi karena masih capek. Habis makan saja langsung tidur lagi, padahal kamu selalu takut kalau punya perut buncit."Ardi mendekat dengan senyum kaku. "Sejak kapan kamu berdiri di situ, Al?" Jelas tampak wajah gusar. Pria itu menatap istrinya menunggu jawaban.Alya membalas tatapan itu sejenak, lantas menghela nafas. "Ehm, baru saja. Aku baru saja menyuruh Mbok Sari memandikan bayi itu karena aku belum berani."Ardi mengusap wajahnya kasar sambil mendes4h lega. "Oh, tadi panggilan dari direktur yang menyuruhku cepat meninjau proyek luar kota lagi.""Padahal kamu baru saja pulang, Mas. Direktur kamu itu pria atau wa

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 4. Apa Sudah Ada yang Memberi Kehangatan

    Jantung Alya berdetak kencang menunggu jawaban suaminya. Jika memang Ardi suami normal, pasti akan senang saat istrinya ikut ke luar kota. Apalagi kali ini hanya pulang sebentar tak sempat mengurai rindu. Mungkinkah suaminya tak lagi punya h4srat padanya, atau ada yang mengh4ngatkannya selama ini sampai dia sedingin itu padanya?"Aku ikut ke luar kota, ya Mas? Janji nggak akan ganggu kerja kamu. Aku cuma pengen dekat sama kamu saja. Soal Daffa aku bisa kok urus dia di sana? Please ... jangan tinggalin aku sendiri kali ini. Banyak kok suami yang bawa anak istri saat kerja di luar kota dalam durasi waktu lama." Sungguh, dada Alya takut merangkai kata itu. Dia takut karena takut mendapat penolakan suaminya. Masih posisi memeluk Ardi, Alya mengepalkan tangan kuat di belakang punggung suaminya. Kepalanya ditekan kuat pada d4da bid4ng Ardi. Dia memeluk semakin kuat.Ardi termangu belum menyahut, entah apa yang masih ada dalam pikirannya."Mas .... Apalagi kita belum sempat menghabiskan wak

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 5. Paket Gelap - Aku Pinjam Suamimu

    "Apa ini? Kenapa ada yang mengirim pakaian bayi laki-laki ke rumah ini? Apa Mas Ardi sengaja memberi tahu temannya alamat ini? Tapi dia tidak mengatakan apa pun tadi. Bahkan dia berpesan agar jangan sampai ada yang tahu keberadaan bayi itu. Jangan sampai seorang pun. Lantas ini?" Alya menggeleng dengan dada sesak. [Titip anakku sebentar saja. Dan maaf, aku pinjam suamimu. Oh, maaf ini bukan pinjam.] Catatan dalam bungkusan itu juga tanpa nama. Hanya ada huruf 'R' di ujung paper note itu. "Bu." Pak Karto menehan Alya yang terhuyung. "Hah. Hah. Hah. Mas Ardi ...." Alya lemas dalam pegangan Pak Karto. "Pak, kita bawa Bu Alya masuk dulu." Mbok Sari sangat cemas lihat keadaan majikannya. Alya di dudukan di sofa ruang tengah. Wanita langsung tergeletak bersandar lemas dengan tatapan kosong ke depan. Dia masih memegang secarik note tadi. Pak Karto lantas membawa masuk pakaian bayi yang tadi terlepas dari pegangan Alya. "Istighfar, Bu. Ini semua belum pasti seperti apa. Misa jadi ini h

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 6. Kejutan Baru - Alya ke Rumah Sakit

    Kejutan? Jika itu kejutan manis, semua istri sangat menantikannya. Namun, ini kejutan pait yang Alya harus telan dengan isakan.Di sebuah restoran terdekat dengan perusahaan itu. Alya memilih private room agar bisa lebih leluasa bicara."Aku sudah memesan semuanya ini untukmu, Sind. Anggap ini traktiran karena lama kita nggak ketemu." Alya masih tersenyum dengan melihat bibirnya.Sindy menghela nafasnya. "Katakan saja, aku ada di pihakmu karena kita sama-sama wanita. Sebenarnya sudah lama aku ingin datang ke rumahmu, tapi aku terlalu sibuk karena ada pergantian CEO baru. Semua dirombak. Ini salah itu salah. Huh! Aku sampai hampir frustasi. Dan aku juga mengkhawatirkan suamimu. Dia libur terlalu lama. Ya, memang itu jatah cuti tahunan, tapi CEO baru ini nggak suka karyawan model seperti itu." "CEO baru? Ternyata aku salah dengar. Dia pasti laki-laki, jadi jauh dan keluar dari kecurigaanku." "Sebenarnya apa yang terjadi pada kamu dan Ardi? Kenapa bisa dia cuti dan sulit dihubungi sama

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 7. Mencari Posisi Suami

    Wanita bisa sangat setia dan menjadi goyah lantas dingin tergantung bagaimana pasangannya.Alya telah turun di sebuah hotel sederhana. Tak seperti yang mereka lihat. Jabatan suaminya tak setinggi itu dan uang yang diberikan sang suami juga tidak banyak. Uang yang dipakai Alya saat ini adalah hasil dari tabungannya. "Ini cukup." Alya mengedar pandangan di kamar hotel standard room yang di pesannya. Lantas dia duduk di sisi r4njang untuk melepas penat.Ini sudah petang dan Alya memutuskan untuk memulai besok lagi sejak pagi. Dia juga butuh istirahat dan saat ini sangat ingin sendiri duduk meringkuk, larut dengan gejolak rasa dan kalutnya pikiran.Seperti sekarang ini, Alya menggeser duduknya hingga bersandar pada headboard. Dia tekuk lututnya dan meringkuk dengan tangan memeluk dua kaki itu. Kepalanya direbahkan bertumpu dua lutut. Pandangan kosong.'Mas, apa mencintaimu dengan tulus serta setia saja tidak cukup? Benarkah dengan apa yang mereka katakan jika aku memang tak layak dipanda

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 8. Tiba di Rumah Sakit

    Wanita itu merem4s tangannya. Dia benar-benar menahan sakit. D4danya seperti ada tusvkan jarum begitu banyak dan tak berhenti. Sesekali seolah ada bilah pisau yang meny4yat jika dia membayangkan kalau ... kalau saja nanti benar-benar mendapati suami yang dicintainya sedang bersama wanita lain.Alya menunduk dengan tangan bertaut di atas pangkuan. Bulir-bulir bening telah menetes membasahi tangan yang bergetar itu.Pria di sisinya melebarkan mata. Dia mencebik malas tak mau ada drama lagi. "Van! Percepat lagi! Wanita ini sudah kes4kitan. Aku tidak mau dia pingsan atau kenapa di mobilku!" seru pria tampan berahang tegas itu. Pria itu lantas menatap tajam Alya yang tak menatapnya sedari tadi. Tangannya mengepal kuat karena gumpalan gemuruh rasa yang muncul. Aneh, sangat aneh. Kenapa ada wanita yang tak merespon keberadaannya? Dia tak terima dan semakin geram.Alya menoleh. Dia menatap sesaat si pemilik mata elang itu, lantas memalingkan pandangannya. "Terima kasih," lirihnya bergetar. D

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 9. Mendapat Bukti Rekaman

    "Kamu sudah dapat data-data wanita itu, Van?""Sudah, Tuan." Ivan menyodorkan tablet pada tuannya.Pria itu mengernyit dan menatap sekian lama data wanita itu. Bersuami. Seperti ada besitan rasa kecewa samar yang terlintas di d4danya."Ehem! Jadi suaminya bekerja di perusahaan kita?" Pria itu sedikit mengendorkan dasi."Iya, Tuan. Dan suaminya baru mengajukan cuti selama beberapa hari ini."Pria itu merapikan jasnya. Tak ada kata lagi yang keluar. ---Sebelum Alya bertemu dengan dengan pria itu, dia terlebih dahulu dibantu seorang wanita untuk berganti baju di salah satu ruangan. Tak hanya baju, Alya juga disediakan sendal slop flat.'Baguslah, aku nggak perlu pakai pakaian penuh d4rah untuk berkeliling rumah sakit ini.' Alya tersenyum dengan mata berkaca membayangkan Ardi. Selangkah lagi dia telah mendekati kebenaran. Apa nanti benar-benar akan kuat? Harus kuat! Wanita itu terus menguatkan hatinya.Lantas Alya didorong kembali untuk menemui pria itu.Saat tiba di sebuah lobi. Sekele

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 10. Pengakuan Ardi

    Dunia Alya seketika runtuh. Rasa cinta yang telah dipupuk dan dirawat sekian lama itu kian menguap.Hatinya yang terpaut dalam suka duka kini terjerembab dalam luka yang dalam. Rasa cinta itu kini bagai petir yang menyambar menghancurkan hidupnya.Batinnya menjerit sakit. Dia telah terperangkap dalam lubang kekecewaan dan kepedihan.Nyeri .... Rasa itu bahkan tak bisa digambarkan lagi dalam lisannya. Cairan bening itu luruh tanpa iringan isakan."Alya!" teriak Bara dengan mata lebar. Dia gusar sendiri melihat reaksi wanita itu. Lantas, pria itu sengaja mendekat dan mencoba memahami apa yang ada dalam rekaman. Sebuah praduga telah dia simpan dalam pikiran.Alya mencoba menguatkan hati dan pikirannya. Jiwa raganya tak boleh tumbang di tempat yang salah. Wanita itu memungut puing-puing hatinya yang hancur. "Akh!" Seolah ada say4tan puing kaca di dad4nya. Wanita itu kini merangkup wajahnya dengan getaran isakan rendah. Bergetar, hingga bahunya bergerak.Bara menyuruh bawahannya yang lain

Latest chapter

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 89. Botol Obat

    "Mas, kamu menyuruhku bertemu dengan Mas Ardi di restoran? Jangan bercanda. Aku nggak mau." Alya melipat tangan di depan dada, raut wajahnya jelas penolakan."Sebenarnya aku kurang suka kamu menyebut pria itu 'Mas' bisakah kamu memanggil dengan sebutan lain?" Bara mengurai lipatan tangan istrinya, dan memegang dua tangan itu. Wajahnya menatap cemburu tak terima."Kayaknya sulit, Mas. Lagian aku panggil Mas bukan cuma sama Mas Ardi. Sama turir juga aku panggil Mas. Jangan berlebihan. Kita kembali ke pembahasan awal. Aku nggak mau ketemu dia.""Kamu nggak akan bertemu sama dia, Sayang. Kamu lihat saja nanti. Ikuti saja apa yang aku katakan.""Tapi jangan aneh-aneh, Mas." "Nggak akan."Bara mengeluarkan ponselnya, mengetik pesan cepat untuk Ardi.[Besok, jam 8 malam, Eleven Night Restaurant, private room.]Balasan dari Ardi datang hanya beberapa detik kemudian. [Dengan senang hati.]Alya memperhatikan suaminya. Terlihat tenang, tapi gerak-geriknya mengundang tanya. "Mas, jujur saja. Ada

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 88. Istri Gila Benny

    "Nona Julia, Anda pasti akan suka dengan kabar ini. Alya menerima kedatanganku dan sudah tidak membahas soal kesalahan masa lalu. Kami bahkan bertukar nomor telepon." Ardi berdiri menatap Julia dengan senyum tipis, tapi tatapan tajam."Duduk!" Julia memainkan gelas berkakinya.Ardi memilih kursi di depan Julia. Tidak seperti yang lain menunduk di hadapannya, Ardi duduk dengan punggung tegak, ekspresi datar tenang."Bara adalah teman masa kecilku. Aku juga sangat dekat dengan keluarganya. Orang tua Bara sering mengeluh padaku tentang bagaimana anak mereka berubah menjadi durhaka sejak Alya datang. Kamu pasti paham. Mantan istrimu tidak pantas jadi istri seorang Bara."Ardi mendengarkan tanpa banyak reaksi. Hanya mengangguk pelan, mengiyakan apa yang dikatakan Julia."Lantas kenapa dulu merestui hubungan mereka?"Julia malah tertawa. "Karena pengaruh Alya yang begitu kuat, Bara bahkan sampai hampir kehilangan nyawanya. Orang tua mana yang sanggup melihat anaknya sekarat hanya demi seora

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 87. Tawaran Barter

    [Saya ingin bertemu dengan istri Anda atau Anda, Tuan Bara. Kapan dan di mana, saya yang menentukan. Ardi.] Mendapat pesan seperti itu, darah Bara mendidih. Tak sabar menanti besok atau lusa lagi, pria itu langsung menekan kontak Ardi dan .... Tersambung. Dan langsung diangkat Ardi. "Berani sekali kamu mengirim pesan seperti itu padaku! Memangnya siapa kamu, ha?!" sentak Bara, tepat setelah tersambung. "Saya? Bisa jadi saya yang akan menyelamatkan Alya saat ini, Tuan." Ardi terdengar tertawa kecil. Hingga Bara semakin marah. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan dari Alya sekarang?Aku tahu trik murahan seorang mantan sepertimu. Kamu datang berlagak peduli." Ardi kembali tertawa kecil, seakan puas pada sesuatu hal pada Bara. "Tuan Bara, lebih baik kita bertemu langsung. Bicara dengan kepala dingin. Tidak perlu emosi di telepon seperti ini." "Ok, besok kita akan bertemu. Dan aku pastikan kamu akan terima akibatnya setelah berani muncul di depan istriku!" Bara langsung memutus

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 86. Sebenarnya Apa Maunya?

    "Aku terpaksa harus keluar kota beberapa hari, padahal ada yang harus segera kuselesaikan. Kamu nggak apa-apa kan aku tinggal sebentar, Sayang?" Bara memeluk erat istrinya. Sungguh dia berat untuk meninggalkan Alya, tapi mau bagaimana lagi. Alya membalas pelukan itu dan mengangguk pelan. "Jangan lupa selalu kabari aku. Aku akan baik-baik saja kalau kamu juga baik-baik saja, Mas." Bara mengusap rambut pelan, dan menghirup aroma istrinya. "Aku pastikan mama nggak akan datang ke rumah selama aku pergi. Percayalah, aku akan selalu melindungimu. Tapi kalau sampai ada sesuatu yang membuatmu nggak nyaman, jangan menunda waktu langsung hubungi aku. Jangan buat aku cemas dan merasa bersalah karena kamu sedih dan terlambat datang." "Pasti. Aku pasti akan mengadukan padamu apa yang terjadi nanti." Alya melepas pelan pelukan itu. Lalu, dia tersenyum tipis, merasa tenang dengan jaminan suaminya. Bara bergegas meninggalkan rumah. ---- Keesokan harinya, di depan rumah mewah itu, seorang

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 85. Ardi dan Tugasnya

    "Kalau kamu tetap mau Alya di sini, jangan sampai orang tuamu menyakitinya. Kemarin ayah dan ibu melihat sendiri apa yang mereka lakukan pada anak kami. Sungguh kami tidak ridho. Kamu menikahi Alya bukan untuk direndahkan. Kalau seperti itu, ayah bisa saja membawa Alya darimu." Ayah Alya menatap tajam Bara, seolah menguliti niat di balik keteguhan menantunya.Bara merunduk sedikit, tangannya mengepal di atas lutut. "Aku minta maaf atas keteledoran itu, Yah. Sungguh tidak menyangka mama akan bertindak sejauh itu. Ini salahku dan menyesalkan sampai Alya harus menerima perlakuan tidak layak."Ibu Alya menghela nafas panjang, matanya sembab dan bengkak karena semalam banjir air mata. "Kami tahu kamu suaminya, Bara. Berhak menentukan di mana istrinya berada dan harus bagaimana. Tapi hati seorang ibu ini tidak bisa tenang setelah melihat anaknya diperlakukan seperti itu. Alya sudah kehilangan anaknya. Malah dihina seperti itu."Alya menyentuh lengan ibunya. "Bu, percaya sama Mas Bara. Dia n

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 84. Sekoper Uang

    Flash back saat Bara ada di panti asuhan."Tuan, ternyata bukan panti asuhan yang ini." Ivan menjelaskan setelah mendapat pesan dari bawahannya.Bara menggeram, tangannya mengepal hingga kukunya memutih. "Lantas, di mana anakku?"Baru saja mereka tiba di panti asuhan terdekat sesuai informasi awal. Mobil bahkan belum sempat berhenti sempurna ketika kabar baru datang. Tawanan pria yang sempat mereka bawa ternyata memberi informasi lain sebelum kehilangan kesadaran."Sebelum dia pingsan, dia menyebutkan lokasi lain," lanjut Ivan dan menunggu arahan lebih lanjut."Cepat ke sana sekarang. Tidak ada waktu untuk menunggu!" Bara menghentakkan punggungnya ke sandaran kursi, rahangnya mengeras. Dia dibuat frustrasi.Mobil melaju sangat cepat di bawah arahan sopir. Bara menatap keluar jendela dengan tatapan kosong. Dia melihat bayangan istrinya yang menangis di kuburan. Dalam waktu kurang dari tiga puluh menit, mereka tiba di panti asuhan kedua."Ini panti asuhannya, Tuan."Begitu memastikan a

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 83. Siapa yang Berani Menyakiti Istriku?

    "Maksud Mama apa aku nggak bisa ketemu sama mas Bara lagi?" Alya berdiri gelisah, matanya tajam menatap Desi yang bersikap seolah tak punya rasa bersalah.Desi tersenyum culas. Tidak menjawab, malah melambaikan tangan pada dua pria berjas hitam yang berdiri di sudut ruangan. Dengan langkah cepat, mereka maju ke arah Alya."Apa ini, Mama? Jangan main-main!" Alya mundur, tubuhnya gemetar saat kedua pria itu mulai memegang lengannya. Dia berusaha berontak."Ikut saja. Kamu tidak punya pilihan lain kalau masih mau jadi menantuku." Desi terkekeh."Hey, Alya. Kamu itu harus didaur ulang biar layak pakai layak pajang. Kamu tahu sampah, kan? Nah harus masuk ke pabrik dulu biar jadi barang berguna." Julia tertawa kecil dengan menutup mulutnya.Alya menatap tajam Julia sambil terus memberontak, berusaha melepaskan diri dari genggaman mereka. "Mas Bara pasti akan marah dengan tindakan ini, Ma. Dia nggak akan tinggal diam.""Marah? Siapa yang peduli? Bara harus tahu apa yang terbaik untuknya. Di

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 82. Panti Asuhan

    "Siapa yang menyuruhmu. Jangan bertele-tele lagi!" bentak Bara.Pria itu terdiam, mengalihkan pandangannya, masih enggan untuk menjawab.Detik itu, anak buah Bara yang sedang memeriksa berlari ke depan.“Tuan, kami menemukan sesuatu di kamar belakang.”Pria itu melebarkan mata dan menelan ludah dan semakin tegang."Tidak ada apa pun di belakang." Pria itu mencoba menahan. "Jangan berani menghalangi kami!"Bara bergegas, diikuti Ivan. Mereka sampai di kamar kecil di bagian belakang rumah. Di sana, tampak sebuah tempat tidur bayi yang kosong dan seperti baru digunakan.Bara menatap tempat tidur bayi itu. Seluruh tubuhnya tegang. Pandangannya kemudian beralih ke pria tersebut. “Mana anak itu sekarang?”"Ehm ... Ehm ... anak itu ...." Pria itu belum mau menjawab. Ivan mendekatinya dengan tatapan tajam. “Kamu akan membayar mahal jika terjadi sesuatu pada anak itu. Bukan cuma menderita di penjara, tapi lebih dari itu!”Pria itu gemetar. Namun, dia masih ragu untuk mengaku. Padahal, dahiny

  • Dibalik Diamnya Istri Ternyata ....   Bab 81. Di mana Bayiku! Siapa yang Menyuruhmu!

    “Aku punya cara biar Bara benci sama Alya tanpa kita susah payah, Tante.” Julia tersenyum culas.Dua alis Desi terangkat. “Bagaimana caranya?”“Dengan menghadirkan masa lalu Alya." Desi melebarkan senyumnya. "Kamu pintar, Julia."“Alya itu janda, kan? Mantannya namanya Ardi. Dulu wanita kampungan itu sangat cinta padanya. Kalau Bara tahu Alya punya hubungan lebih sama mantan, dia pasti jijik.”Desi mengangguk. “Apalagi sekarang hidup Ardi sudah hancur. Dia nggak punya karir. Mungkin ini saat yang tepat untuk mengorek masa lalunya. Kita buat sedikit provokasi pada Ardi. Siapa sih yang nggak suka duit.”"Kamu memang cerdas, Julia. Nggak sia-sia Bara punya teman perhatian seperti kamu. Eh, calon istri maksud Tante."Julia tersenyum lebih lebar, melihat sinar ketertarikan di mata Desi yang semakin nyata. “Bayangkan, Tante. Kalau Bara melihat betapa lekatnya Alya dan Ardi dulu, apalagi kalau kita buat seakan mereka masih ada hubungan sampai sekarang, apa yang akan dilakukan Bara yang kera

DMCA.com Protection Status